Diduga Akan Dihapus, Pengelola Kapal Tradisional Pulau Seribu Ingin Bertemu Anies Baswedan

Jakarta, Nusantarapos – Buntut rencana PT Trans 1000 Jakarta Transportindo membuka bisnis transportasi laut di perairan Kepulauan Seribu dengan rute Pelabuhan Kaliadem – pulau-pulau di Kepulauan Seribu membuat pengelola kapal tradisional resah.

Pasalnya, kehadiran perusahaan itu diduga bakal memberangus kapal-kapal tradisional yang telah selama bertahun-tahun merintis rute yang kini diinginkan Trans 1000 itu. 

Untuk menyelesaikan persoalan ini, para pemilik kapal tradisional yang tergabung dalam pengelolaan PT Samudra Sumber Artha (SSA) ingin sekali bertemu dengan Gubernur DKI Anies Baswedan.

Direktur PT Samudra Sumber Artha (SSA) Juwono Bayu Setia menyatakan, pihaknya ingin bertemu Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan untuk menyelesaikan polemik yang muncul akibat rencana PT Trans 1000 Jakarta Transportindo membuka bisnis transportasi laut di perairan Kepulauan Seribu dengan rute Pelabuhan Kaliadem – pulau-pulau di Kepulauan Seribu. 

Pasalnya, dengan adanya rencana keberadaan Trans1000, para pemilik kapal menjadi resah dan membuat kondisi mental para pemilik kapal dan operatornya menjadi tidak kondusif.

“Kami setuju bila pemerintah, baik pemerintah pusat melalui Kemenhub (Kementerian Perhubungan) maupun Pemprov DKI Jakarta ingin merevitalisasi angkutan laut di Kaliadem ini, tapi dengan mendatangkan kapal baru dengan operator yang baru pula, itu bukan solusi, tapi memancing gesekan yang dapat fatal akibatnya,” tegas Bayu kepada Nusantarapos di kantornya di kawasan Pelabuhan Kaliadem, Jakarta Utara, Kamis (12/9/2019)kemarin siang. 

Ia menilai, kehadiran perusahaan itu yang bakal memberangus kapal-kapal tradisional. Selain itu, dirinya juga mengaku, selama ini pihaknya sebenarnya telah memiliki rencana untuk meremajakan kapal-kapal tradisional agar menjadi kapal cepat yang modern, namun karena tak ada dukungan dari pemerintah pusat maupun provinsi, rencana itu hingga kini tak dapat direalisasikan. 

“Jangankan membantu merealisasikan rencana kami meremajakan kapal tidak kunjung datang, padahal selama ini kami sering diajak rapat dan melakukan pertemuan, namun meski Kemenhub selalu memantau pelabuhan ini dan tahu bagaimana kondisi kami yang hanya mendapat penumpang melimpah pada Sabtu, bantuan sama sekali tak ada. Kami bahkan tidak mendapat subsidi BBM,” tegasnya. 

Bayu menceritakan suatu peristiwa yang cukup menyakitkan. Kata dia, pada akhir 2017 SSA diajak rapat oleh instansi-instansi terkait, termasuk dari Ditjen Hubungan Laut Kemenhub dan Dinas Perhubungan (Dishub), dan saat itu disepakati kalau kapal akan direvitalisasi dengan cara dicat agar terlihat lebih cantik. “Tapi setelah rapat, anggaran untuk pengecetannya tidak kunjung cair,” katanya. 

Bayu menegaskan, meski terbuat dari kayu, 27 dari 38 kapal tradisional yang saat ini beroperasi di Pelabuhan Kaliadem (karena yang 11 rusak), semuanya memenuhi standar dan laik jalan. Kapal-kapal ini juga memiliki semua alat-alat kelengkapan, sesuai imbauan dan arahan Syahbandar maupun Kemenhub. 

“Karenanya, ketika pemerintah menyatakan akan merevitalisasi transportasi laut dan kemudian muncul Trans 1000, kami marah. Apalagi karena perusahaan itu berencana meremajakan kapal-kapal kami dengan menjadikannya sebagai kapal kargo, sehingga nantinya kami tak bisa lagi menjalankan aktivitas mengangkut penumpang. Ini apaan?” tegasnya. 

Bayu memberitahu bahwa SSA lah yang membenahi bisnis transportasi angkutan laut di Kaliadem, sehingga Trans 1000 pun tergiur.  Bahkan, sebelum PT SSA berdiri pada 2015, usaha transportasi angkutan laut di Kaliadem sangat berantakan dan semrawut.

“Dengan menggandeng para pemilik kapal sebagai mitra, sekaligus menjadi bapak angkatnya, SSA membenahi usaha ini dengan melibatkan semua elemen masyarakat seperti karang taruna, tokoh masyarakat, dan warga Kepulauan Seribu,” tutupnya.