BMKG Gelar Simposium internasional, Untuk Pelajari Tsunami Palu dan Banten

Jakarta, Nusantarapos.co.id – Dalam rangka mempelajari hal-hal baru dari tsunami Palu dan Selat Sunda yang terjadi pada 2018 lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggelar simposium internasional.

“Seluruh dunia menyadari bahwa karakteristik tsunami di dua tempat di Indonesia itu memiliki ciri khas yang sangat berbeda dibandingkan dengan tempat lain,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati usai membuka “International Symposium on the Lessons Learnt from The 2018 Tsunamis in Palu and Sunda Strait” di Jakarta, Kamis(26/9/2019).

Menurut Dwikorita, simposium tersebut sangat penting sebagai bagian untuk mengembangkan teknologi deteksi tsunami dengan studi kasus Palu dan Selat Sunda.

Tsunami Palu dan Selat Sunda, lanjut dia, merupakan kejadian langka karena diawali patahan lempeng yang mendatar. Dalam teori disebut jika patahan mendatar tidak akan terjadi tsunami.

Akan tetapi, tambah Dwikorita, ternyata tetap terjadi tsunami di Palu dan Selat Sunda karena ada longsor di bawah laut. Dampak tsunaminya juga tergolong hebat karena memicu kerugian berupa korban jiwa dan material.

“Sehingga ini, di sini, kita pakar dari Indonesia dan mancanegara akan menyampaikan hasil-hasil investigasi setelah kejadian tsunami tersebut untuk membangun ilmu pengetahuan yang baru terkait fenomena tsunami,” kata dia.

Adapun agenda simposium tersebut salah satunya membagikan temuan lapangan hasil survei pascatsunami Palu yang dikoordinasi oleh UNESCO IOC melalui International Tsunami Survey Team (ITST). Survei dilakukan tujuh tim internasional yang terdiri dari 87 peneliti dari 18 negara pada 2018.

Hasil penelitian tersebut bisa dipakai untuk media pembelajaran yang berharga bagi berbagai pihak. Misalnya, untuk masukan perencanaan wilayah, usaha peningkatan sistem peringatan dini dan langkah penguatan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.