Menristek Resmikan Teaching Industry Oleopangan ST2P

PELALAWAN, NUSANTARAPOS,-Usai kedatangan Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sekitar tiga minggu yang lalu, kali ini Kawasan Tecknopark yang berada di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau, kembali kedatangan tamu, Jumat (6/3)

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Prof Bambang PS Brodjonegoro, Ph.D. dan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) D.r. I.r. Hammam Riza M.Sc. bersama rombongan melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) ke Kabupaten Pelalawan dan menyambangi Kawasan Teknopolitan di Kecamatan Langgam pada Jumat (6/3/2020).

Menristek Bambang didampingi Kepala  BPPT Hammam Riza dan  beberapa stake holder sawit tiba di kampus Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan (ST2P) yang berdiri di tengah kawasan Teknopark Langgam Pelalawan, Setelah melakukan peninjauan stand bazar yang digelar Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan stake holder perkebunan dan industri sawit, rombongan Menristek ke aula lantai ll kampus ST2P sebagai lokasi acara penandatangan MoU kelanjutan tekbopolitan Pelalawan sebagai program nasional.

Sebelum Menteri Bambang berkesempatan meresmikan Teaching Industry Oleopangan ST2P dan meninjau langsung ruangan riset serta penelitian industri kelapa sawit, Menteri Bambang menandatangani prasasti yang telah disediakan,

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) RI, Bambang Brodjonegoro, memuji Bupati Pelalawan HM Harris sebagai pemimpin yang visioner, “Bupati HM Harris, seorang Bupati visioner, mengingat keberanian Pemda Pelalawan dalam mendirikan Kawasan Teknopolitan yang diproyeksikan sebagai pusat industri hilir pengolahan kelapa sawit.Termasuk pusat penelitian dan riset minyak sawit melalui kampus Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan (ST2P). Saya berfikir bahwa pak bupati ini jauh lebih visioner dari kita semua, termasuk dari saya. Ada dua Teknopolitan yang sudah siap dan jadi percontohan di Indonesia. Yakni Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Banyuasin,” tutur Menristek Bambang.

Pilihan membangun Tekno Park ke Pelalawan bukan karena hasil random atau tanpa dasar.
Tapi, berdasarkan tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) memastikan ketersedian dan kepastian pasokan.

Sebab, untuk menciptakan bahan bakar nabati yang diperlukan adalah minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO), bukan minyak sawit seperti Crude Palm Oil (CPO).

Pasokan dalam mencari minyak inti sawit diutamakan dari perkebunan rakyat, bukan dari perusahan-perusahan swasta yang beroperasi di Pelalawan. Perusahaan berfokus ke CPO bukan PKO.

Jadi, sawit yang diproduksi dari perkebunan rakyat lebih menjamin ketersediaan bahan baku dalam menciptakan bahan bakar nabati.

Pelalawan jadi pilihan tim ITB, tidak hanya karena punya kebun saja tapi tanahnya cocok untuk sawit, didukung juga Tekno Park yang dengan tegas dan berani dibangun Pemda.

Apalagi dengan berdirinya kampus ST2P yang juga fokus untuk riset dan penelitian sawit serta turunannya.

“Saya harapkan Tenopolitan Pelalawan ini jangan hanya sisi hilirnya, tapi fokus kepada sisi hulunya jika memang konsetrasi ke sawit. Jadi menguasai dari hulu sampai hilir, ini lebih lengkap dan baik,” tambahnya.

Bambang mengenang pertemuan dirinya dengan Bupati Harris serta jajaran pejabat Pelalawan yang bertemu sewaktu sebagai Kepala Badan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Pemkab Pelalawan saat itu sedang mengajukan pendirian Kawasan Tekno Park, namun tidak menjadi prioritas bagi Bappenas.

Pasalnya, Bappenas khawatir jika proyek pembangunan dalam porsi besar akan sia-sia jika tidak dijalankan dan digarap secara serius. Merintis Tekno Park membutuhkan anggaran yang tidak sedikit dan jika terbengkalai akan menimbulkan kerugian besar.

Namun, setelah menjadi Menristek di periode kedua Presiden Joko Widodo, ia diperintahkan Presiden untuk memantau dua kawasan Teknopolitan yang menjadi fokus pemerintah pusat.

“Di situlah saya kembali bertemu dengan pak bupati. Baru saya ingat jika daerah inilah yang dulu datang ke Bappenas. Ternyata Pelalawan serius dan sudah terbangun seperti ini,” kenangnya.

Bambang berharap proses pembangunan Tekno Park dapat digarap secara bersama-sama antara pemerintah daerah dengan pusat.

Sinergi dibutuhkan untuk mempercepat dan mewujudkan program ini sehingga Teknopolitan Pelalawan menjadi yang terdepan.

Bupati Pelalawan HM Harris dalam sambutannya menyebutkan, perkembangan Kabupaten Pelalawan Pelalawan dimekarkan dengan Kampar pada tahun 1999, jumlah penduduk masih 113 ribu tapi sekarang sudah mencapai 468 ribu.

Hal itu bukanlah dipengaruhi oleh angka kelahiran tetapi angka pencari kerja yang datang ke Pelalawan.

“Karena investasi yang masuk ke Pelalawan cukup besar sepuluh tahun terakhir dalam hal industri yang menyerap banyak tenaga kerja,” terang Bupati Harris.

Investasi dibidang perkebunan, kehutanan, dan industri dipacu oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Investor melirik Pelalawan untuk menanamkan modalnya lantaran melihat peluang yang cukup besar untuk kemajuan usaha.

Hal itu juga yang membuat Pelalawan menjadi daerah yang investasinya tertting di Provinsi Riau dalam tiga tahun terakhir.
Bahkan, meraih penghargaan dari DPMPTSP Riau dan mendapat perhatian khusus dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

“Setelah ditotal nilai investasi di Pelalawan saat ini mencapai Rp 232 triliun. Dulu hanya Rp 72 T saja, waktu PT RAPP baru dibuka,” tambahnya.

Melihat iklim investasi yang bagus ini, menjadi pendorong bagi investor untuk menanamkan modalnya di Kawasan Teknopolitan ini.

Apalagi dengan hadirnya Menristek Bambang yang bisa memacu para pemilik modal membuka industri di areal Teknopark.

Bupati Harris menceritakan, pengadaan lahan Teknopolitan berawal dari keinginan masyarakat yang ingin maju dengan menyerahkan sebagian tanah ulayat untuk dijadikan kawasan industri.

Hingga Pemda Pelalawan mengurus pelepasan ke pemerintah pusat dan disetujui seluas 3.700 hektar lebih.

Dengan perkembangan teknologi industri sekarang menciptakan sumber daya manusia yang mampu bersaing ke depan.

“Program ini selaras dengan program nasional dalam persaingan ekonomi global. Kami membutuhkan dukungan penuh pemerintah pusat untuk mengembangkan kawasan ini,” kata Harris.

Kepala Bappeda Pelalawan Ir H Syahrul Syarif, MSi menyampaikan rasa syukur. “Terimakasih kepala Pak Menteri telah meresmikan Teaching Industry Oleopan ST2P. Meskipun masih sederhana dan belum sempurna,” ucap Syahrul Syarif.

Menurut Syahrul, upaya Pemda Pelalawan untuk membangun Kawasan Teknopolitan dan mendirikan kampus ST2P tidak lepas dari dukungan pemerintah pusat, Masih banyak yang perlu dibangun di kawasan Teknopark dan membutuhkan support dari seluruh elemen pemerintahan serta swasta., Syahrul juga memaparkan kilas balik dari sejak awal pembangunan Teknopolitan dan perencanaan ke depannya., Mulai pengurusan izin pelepasan kawasan, merintis lahan dan jalan, membangun infrastruktur sesuai kemampuan anggaran Pemda Pelalawan hingga mendirikan kampus ST2P.
Dalam kesempatan itu juga Kepala Bappeda Syahrul Syarif meminta agar agar Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) RI dapat kembali menjadi pendamping Tecknopark kedepannya.
“”Kita minta agar BPPT dapat kembali bersama Tecknopark karena sejak tahun 2020 ini, BPPT tidak lagi mendampingi, Jadi kami berharap hal ini dapat dikembali dipikirkan demi suksesnya Kawasan Tecknopark ini,” kata Syahrul.

Usai mendapat paparan tentang kemajuan Tecknopark Menristek/Kepala BRIN langsung meninggalkan lokasi untuk melihat langsung pabrik Asian Pasifik Rayon (APR) yang berada di Kawasan PT RAPP, Pangkalan Kerinci yang baru saja di resmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu yang lalu.(*)