Rusuh 22 Mei Diharapkan Jadi Momen Perubahan Budaya Politik

Jakarta, NusantaraPos – Aksi demonstrasi berujung kerusuhan di sekitar kantor Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI) disesalkan berbagai pihak. Apalagi, peristiwa pada 21-22 Mei dalam rangka menyikapi hasil Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 oleh kubu calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno itu, menelan korban jiwa.

“Sudah selayaknya kita prihatin dengan kejadian tersebut. Keprihatinan ini karena ada anak-anak di bawah umur sampai meninggal dunia,” ujar pengamat ekonomi dan politik Arya Wishnuardi di Jakarta, Sabtu (25/5/2019).

Kejadian tersebut, kata dia, sudah sepatutnya menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pihak. Terutama untuk merubah kultur politik bangsa Indonesia.

“Peristiwa ini harus menjadi edukasi politik kita, yang memberikan kesadaran untuk kita semua apapun kontestasi politik di Indonesia, jangan dibangun dengan budaya kekerasan,” jelasnya.

Arya memuji langkah Prabowo yang akhirnya menempuh langkah konstitusional. Gugatan kubu mantan Danjen Kopassus ke Mahkamah Konstitusi (MK), dinilai mampu meredakan suhu politik terlebih paska kericuhan.

“Kita apresiasi juga Pak Prabowo yang membawa sengketa Pilpres ke MK, secara konstitusional. Menurut saya ini merupakan masukan positif, yang bagus, menurunkan tensi di lapangan,” tuturnya.

Arya percaya, hasil dari keputusan MK akan menjadi solusi terbaik bagi kedua kubu. Sebab putusan MK merupakan puncak dari upaya mencari keadilan, sehingga setelahnya dasar bagi kedua pihak untuk bersatu kembali membangun bangsa, menjadi lebih kuat.

“Semua pihak mencari proses yang legitimate dan fair. Rekonsiliasi itu perlu framework yang kuat. Dalam proses di MK, semoga semua pihak yang bersengkata adu data secara terbuka. Siapapun yang nanti dinyatakan sebagai pemenang, publik dapat melihat ini sebagai proses yang fair dan transparan,” tandas Sekretaris Jenderal Serikat Peternakan Rakyat Indonesia (SPRI) ini. (RK)