Berharap Pemilu Damai, Ratusan Milenial Siap Perangi Hoaks

Jakarta, NusantaraPos – Ratusan anak muda yang tergabung dalam Gerakan Milenial Independen Indonesia (Gemini), menyatakan perang terhadap hoaks atau informasi bohong. Pernyataan disampaikan kala deklarasi pemilu damai dan diskusi “Stop Hoax, Radikalisme, dan Sikap Intoleransi, Menuju Pemilu 2019 yang Damai dan Kondusif” di Perpustakaan Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (11/2/2019).

“Kami dari Gemini mendukung terselenggaranya Pemilu 2019 dengan aman dan damai, serta menolak segala bentuk hoaks,” kata perwakilan Gemini Maruf.

Hadirnya hoaks dinilai merusak kualitas demokrasi. Sehingga perlu diberantas. Gemini juga menolak kekerasan, intoleransi dan ekstrimisme di Pemilu.

“Kami mengimbau seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk memelihara perdamaian dan persaudaraan dalam bingkai NKRI yang berdasarkan Pancasila, UUD ’45 dan Bhinneka Tunggal Ika, sehingga keutuhan bangsa dan negara terjaga,” papar dia.

Gemini pun mendukung seluruh pihak yang bercita-cita mewujudkan pemilu yang lancar dan sukses, termasuk oleh Polri. Adapun turut hadir perwakilan Markas Besar Polri, AKBP Syuhaimi, dalam acara.

“Agar terwujud wakil rakyat dan pimpinan negara yang menjadikan Indonesia lebih maju, adil, makmur, bermartabat dan berdaulat,” jelas Maruf.

Perempuan Sering Sebar Hoaks

Di tempat yang sama, Presidium Forum Alumni HMI-wati (Forhati), Hanifah Husein, mengatakan kaum perempuan merupakan sosok penyebar hoaks terbanyak. Hasil ini mengacu data sejumlah penelitian, termasuk dari kepolisian.

“Perempuan paling sering menyebar hoaks, lalu ada milenial dan laki-laki,” ucapnya.

Hanifah tak merinci besaran atau prosentase perempuan dalam aktivitas penyebaran hoaks. Hanya yang paling penting, kata dia, upaya penanggulangannya dari fenomena tersebut harus diutamakan.

“Perempuan cenderung mengedepankan sisi emosional ketimbang rasional kala menerima informasi, itu menjadi penyebab perempuan sering menyebarkan hoaks. Cara paling mudah memerangi ini ialah dengan memverifikasi, klarifikasi, kroscek atau tabayun ketika mendapatkan informasi yang belum bisa dipastikan kebenarannya,” jelas dia.

Sementara, pengamat terorisme Nasir Abbas, mengatakan radikalisme yang berasal dari pelaku teror dalam rangka menganggu penyelenggaraan Pemilu, belum banyak terjadi saat ini. Hanya, ia mengingatkan agar seluruh pihak terutama aparat keamanan, tetap siaga menanggulangi.

“Karena peluang sekecil apapun akan dimanfaatkan mereka untuk melancarkan tujuan kelompok radikal ini,” tandas Nasir. (RK)