DAERAH  

Anggaran Hari Jadi Pacitan 500 Juta, Prosesi Tak Seperti Kemarin

Nusantarapos – Acara prosesi hari Jadi Pacitan ke 274 di Pendopo berjalan khidmat. Dengan berpose pakaian beskab,nampak dari kiri Kapolres Pacitan AKBP. Sugandi, S.lK, SH, MH, Sekretaris Daerah Pacitan Drs. Suko Wiyono, MM, Ketua DPRD Pacitan Roni Wahyono, Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo, Bupati Pacitan Indartato.

“Yang pertama kita sama-sama tau bahwa yang dimeriahkan adalah prosesinya saja walaupun menurut saya tidak seperti tahun yang lalu. Mengapa demikian, tgl 27-28 November 2017 kemarin kita kena musibah dari Allah SWT. Apa, bagaimana dan mengapa kita berbuat seperti ini ? Pertama, Karena kita belum bisa memulihkan kerusakan yang dialami masyarakat sehingga melaksanakan maknanya saja. Kedua mengahadapi Pemilu 2019 sehingga kita lebih hati-hati supaya Pacitan lebih  adem ayem dan tentrem mudah-mudahan terwujud, ” terang bupati , Selasa (19/02/19)

Sementara itu, Roni Wahyono Ketua DPRD Kab. Pacitan menyampaikan, “Kami mempercayakan pada ahli seni budaya yang tadi telah berkumpul berembuk membantu pemerintah daerah dalam menetapkan kegiatan pada tahun ini. Saya rasa semua sudah berjalan dengan baik tidak ada kekurangan, tapi ya yang namanya kekurangan pasti adalah,  cuman secara umum sudah baik sekali.”

Ia menambahkan, untuk catatan tahun ini  terkait bencana alam perlu dituntaskan terutama yang belum dapat bantuan dari pemerintah pusat sekitar 134 Milyar dan penanganan DBD, peran serta masyarakat melalui sosialisasi pemerintah daerah segera kita lakukan.

Ditempat yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Pacitan Drs. Daryono, MM. menyampaikan. “Kegiatan Hari Jadi Pacitan ini anggaran kira-kira sekitar 500 jt untuk prosesi dan tepatnya ada di Kabid Kebudayaan. Pada tanggal 19 Februari 2019 adalah memperingati para pendahulu sebagai titik kulminasi. Istilah muncul Pacitan di tanggal 19 ini, kita sebagai generasi penerus menghormati atas lahirnya pemerintahan Pacitan. Kita menampilkan beberapa budaya lokal dalam bentuk-bentuk kesenian di pandu dengan prosesi menghormati pada waktu sejarah Pacitan dengan Rucuh Pace dan juga menghormati pendiri Pacitan pertama Kali yaitu Tumenggung Notopuro. Ada peninggalan dalam bentuk sumur, sumbernya disebut air yang suci dan itu kita kolaborasikan seni dan pertunjukkan sehingga menjadi sebuah prosesi Atur Tirto Wening dan unjuk Rucuh Pace .Kebudayaan kita pakai acuan, adanya Tumenggung sebagai pertanda jumenengnya Pacitan artinya ada Pemerintahan. Dulu memang ada Wengker, Ki Ageng Buwono Keling, tapi istilah Pacitan saat itu belum muncul.  Keberadaan nama Pacitan tidak bisa dikatakan temuan tapi berkembang alami lalu dikatakan Pacitan.”(AW)