Meski Sempat Tegang, Dipastikan Eyota Meninggal Bukan di Lokasi Kongres

Panitia Kongres XXIII INI dan pihak hotel Claro menggelar jumpa pers untuk mengklarifikasi atas meninggalnya Notaris Muko-Muko Eyota Matius pada Selasa (30/4) kemarin.

Makassar, NUSANTARAPOS.CO.ID – Desas-desus meninggalnya salah seorang peserta Kongres XXIII INI akhirnya terjawab. Meskipun sempat beredar kabar miring, namun ternyata Notaris asal Kabupaten Muko-Muko, Bengkulu itu meninggal saat sedang beristirahat di kamar hotel Claro Makassar.

Ketua Steering Commite dan Organizing Commite Kongres XIII INI, Ahmad Yulias, turut berbela sungkawa atas meninggalnya peserta Kongres XXIII Ikatan Notaris Indonesia (INI).

“Saudara Eyota Madius, meninggal dunia usai mengikuti pembukaan kongres pada Selasa (30/4/2019) kemarin,” katanya dalam jumpa pers di ruang Orchid Hotel Claro Makassar, Rabu (1/5/2019).

“Eyota Madius tidak meninggal saat mengikuti kongres seperti informasi yang beredar di media sosial,” ujarnya.

Diceritakan, Eyote saat tiba di Kota Makassar sekitar 03.00 WITA lalu langsung melakukan chek in di hotel.

Sebelum melakukan pendaftaran sebagai peserta Kongres, almarhum sempat sarapan pagi di hotel.

Kemudian, setelah Ishoma, Eyota kembali ke kamar. Karena merasa kelelahan dan tidak enak badan, almarhum memesan layanan pijit.

“Usai pijat, almarhum sempat cuci tangan dan kembali berbaring di kamar. Tetapi langsung pingsan,” sebutnya.

Ketika pingsan, petugas layanan pijat yang dibantu petugas kesehatan hotel, dan sekuriti langsung melarikan ke rumah sakit Faisal.

Sekitar pukul 17.00 WITA, almarhum ditangani langsung dokter jaga bernama Ahmad Irsal.

Tidak sampai 30 menit mendapat perawatan, Eyota menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 17.15 WITA di rumah sakit Islam Faisal.

Hustam Husain selaku Ketua Organizing Committee (OC) Kongres XXIII mengatakan saya cukup mengetahui karena saat acara berlangsung yang memimpin sidang adalah saya sebagai Presidium.

“Memang sempat terjadi kericuhan saat kongres di hari pertama kemarin, namun tidak benar jika ada salah seorang peserta meninggal di lokasi acara,” tegasnya.

Sementara itu salah seorang petugas hotel menjelaskan jika almarhum meninggal saat sudah berada di rumah sakit. Sebelum meninggal beliau memang sempat memesan jasa pijat karena mungkin beliau lelah.

“Namun seusai dipijat beliau pingsan sehingga memanggil karyawan hotel, dan pada saat itu juga kami langsung ke atas untuk mengecek keadaannya. Ketika saya cek pun denyut nadi di lehernya masih ada sehingga kami putuskan untuk dibawa ke rumah sakit, namun ketika ada di sana nyawanya sudah tak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 17.15 WITA,” terangnya.

Dian Kristianti selaku Ketua Seksi Olahraga dan Kesehatan Kongres XXIII menerangkan ketika kami mengetahui bahwa rekan kami ada yang dibawa ke rumah sakit. Maka kami langsung mendatangi rumah sakit tersebut.

“Namun ketika kami sampai di sana keadaan beliau sudah tidak bernyawa lagi. Untuk itu kami pun coba mencari informasi kepada petugas ataupun dokter di rumah sakit tersebut,” katanya.

Lanjut Dian, saat kami menemui petugas dan dokter rumah sakit kami ditemani tiga rekan wartawan yang kebetulan meliput Kongres. Pihak rumah sakit pun mengatakan bahwa almarhum meninggal dunia dikarenakan ada riwayat penyakit jantung karena setiba di rumah wajahnya sudah membiru.

“Jadi jika ada informasi bahwa beliau meninggal di saat berlangsungnya Kongres dan terjatuh itu tidak benar. Karena dokter rumah sakit pun mengatakan jika di tubuh almarhum tidak ada luka akibat terjatuh ataupun benturan jadi itu murni karena beliau memiliki riwayat jantung,” tegasnya.(Hari.S)