Perempuan Indonesia Bergerak Desak Stop Situng dan Bentuk TPF Korban Pemilu

Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Meskipun dalam suasana puasa, tak menyurutkan ratusan ibu-ibu yang mengatasnamakan dirinya Perempuan Indonesia Bergerak (PIB) memperjuangkan keadilan demokrasi. Untuk itu PIB menggelar aksi damai di depan Istana Negara menolak hasil penghitungan suara dan sistem hitung (situng) KPU di Pemilu 2019.

Dengan menggunakan pakaian serba hitam dan kedurung merah muda, sambil bersholawat ratusan ibu-ibu dari berbagai latar belakang rela terkena panasnya sinar matahari.

 

Dengan menaiki mobil komando, Koordinator Presidium PIB Monica Armi Soraya bersiap menerbangkan balon berwarna hitam ke udara.

Koordinator Presidium PIB Monica A. Soraya saat orasi di atas mobil mengatakan kami datang ke sini untuk menutut keadilan dalam demokrasi.Sesuai putusan Bawaslu hari ini (16/5), KPU terbukti melakukan pelanggaran dalam penghitungan suara Pemilu 2019.

“Kami ingin pemerintah, ayo kita fair. Jangan lagi curang, kita harus adil, kita harus jujur. Setop situng KPU, tidak ada lagi perhitungan suara karena kami nilai penghitungan suara itu curang,” kata Monica.

Perempuan Indonesia Bergerak sedang memainkan drama treatikal ditengah aksi damai.

Selain itu, Monica mengatakan pihaknya menuntut keadilan atas ratusan petugas KPPS yang meninggal dunia selama pelaksanaan Pemilu 2019.

“Sekarang 3 ribu lebih masih berada di rumah sakit. Kami tidak ingin lagi teman-teman kita, sahabat-sahabat kita, banyak yang sekarang jadi janda. Banyak anak-anak yatim, anak-anak piatu,” jelas dia.

Tuntutan lain dari PIB diantaranya pembentukan tim pencari fakta (TPF) menyelidiki petugas KPPS yang tewas, menuntut audit forensik IT KPU oleh lembaga independen, dan mengusut tuntas indikasi pelanggaran dalam Pilpres dan Pileg 2019.

Nampak sebuah keranda mayat ketika PIB melakukan aksi damai di depan Istana Negara.

Mereka juga menuntut KPU dan Bawaslu segera mengambil tindakan atas pelanggaran pemilu, serta menyerukan TNI, Polri dan ASN agar bersikap netral dalam perlaksanaan pemilu.

Terakhir, PIB ingin agar kasus korban keracunan makanan di Sarinah Thamrin segera diusut.

PIB yang mengklaim menaungi 174 kelompok relawan ini menyatakan aksi demo akan dilakukan terus menerus hingga pengumuman hasil rekapitulasi nasional pada 22 Mei mendatang.

Dalam aksinya mereka menggelar treatikal dengan membawa keranda maya berbalut kain hitam serta menerbangkan balon hitam ke udara sebagai bentuk membebaskan demokrasi hitam. Selain itu ada anak W.S Rendra yang juga membawakan puisi dengan judul “Ibu Pertiwi Menangis”.