Haidar Alwi : Pasca Pertemuan Jokowi dan Prabowo, Kelompok Radikal Meningkat

Penggiat Anti Radikalisme, Haidar Alwi saat memberikan sambutan di diskusi publik.

Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Pasca pertemuan antara presiden terpilih 2019-2024 Joko Widodo (Jokowi) dengan Prabowo Subianto beberapa waktu lalu diindikasikan kelompok radikalisme dan teroris justru bertambah untuk itu perlu diberangus dari bumi Indonesia. Demikian dikatakan aktivis dan penggiat anti radikalisme Haidar Alwi saat acara diskusi publik di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (17/7/2019).

Dalam kesempatan itu, Haidar juga menjelaskan kalau kita sayang anak cucu kita, maka kita berangus radikalisme di Indonesia. Jangan sisakan satu pun, sebab paham radikalisme ini seperti virus.

“Bagi saya, lebih baik mati di atas kaki kita sendiri dari pada bertekuk lutut di kaki kaum intoleransi dan kaum radikalisme,” tegasnya.

Poster bergambar Presiden Jokowi dan Penggiat Anti Radikalisme Haidar Alwi terpampang di ruang acara diskusi.

Lanjut Haidar, radikalisme tak hanya identik dengan HTI, tapi paham ini ada di mana-mana. Bahkan di BUMN dan ASN banyak yang terjangkit paham berbahaya ini.

“Saya muter sholat Jumat di BUMN, di sana banyak kaum intoleransi dan radikalisme. Ini bahaya. Kenapa? Karena paham radikalisme ini ada biaya 10 persen dari penghasilan masuk ke kas organisasi mereka,” ujarnya.

Haidar pun mengungkapkan, ekonomi organisasi radikalisme ini besar dan berkembang terus, karena di ASN dan BUMN banyak anggotanya. Padahal sekali terjangkit penyakit radikalisme susah keluar.

“Yang namanya orang radikal, itu susah banget diberantas. Maka gerakan ini harus kontinue. Kalau tidak maka Indonesia akan lewat. Kita harus minta pemerintah tegas. Sebab radikal naik pakngkat jadi teroris,” tambahnya.

R Faturahman, Ray Rangkuti, Haidar Alwi dan Tedy Wibisana sedang khusyu mendengarkan lantunan doa.

Bagi Haidar, para anggota kaum radikalisme ini, baik HTI dan lainnya, mereka tidak mendalami ajaran Rasulallah Muhammad SAW. Ajaran yang benar adalah Islam sebagai rahmatan lil alamin.

“Inti dari Islam dan agama adalah kasih dan sayang. Itulah esensi diciptakannya manusia di dunia. Kita diciptakan untuk saling berkasih dan bersayang sebagai esensi ilahiyah. Jadi jelas, intoleransi, radikalisme, kemudian teroriame itu ajaran sesat hang bergentangan dengan agama,” pungkas Penanggun Jawab ARJ tersebut.

Dalam diskusi menghadirkan beberapa pembicara seperti Tedy Wibisana, Ray Rangkuti, dan K Faturahman. Pada awal diskusi, Haidar menjelaskan, melawan radikalisme adalah prinsip dalam berbangsa dan bernegara.(Hari.S)