Haidar Alwi Bersama Tokoh Lintas Agama Gelar Acara “Indonesia Berdoa” untuk Menjaga Kebhinekaan

Pembina Gerakan Anti Intoleransi dan Radikalisme, Haidar Alwi sedang memaparkan bahaya radikalisme di hadapan tokoh lintas agama dan peserta yang hadir dalam acara "Indonesia Berdoa".

Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Pembina Gerakan Anti Intoleransi dan Radikalisme, Haidar Alwi bersama tokoh lintas agama menggelar kegiatan “Indonesia Berdoa” di rumah susun (rusun) Marunda, Jakarta Utara, Jumat (26/7/2019).

“Dipilihnya Rusun Marunda karena di sini memiliki spesifikasi rusun terbesar di Indonesia, dimana penduduknya sangat majemuk karena terdiri dari berbagai macam suku, agama dan budaya semuanya ada di sini. Sehingga rusunawa Marunda ini bisa dikatakan sebagai miniaturnya Indonesia,” demikian dikatakan Haidar usai kegiatan.

Lanjut Haidar, kegiatan ini adalah embrio dari gerakan besar yang akan kami lakukan di seluruh wilayah untuk tetap menyuarakan persatuan Indonesia, dalam rangka mencegah dan memberangus habis kelompok intoleran dan radikal dari bumi Indonesia.

“Radikalisme dan intoleran yang paling besar untuk bergerak itu biasanya dari grassroot (bawah), dimana gerakan tersebut terus bergerak ke atas. Seperti halnya di Indonesia sekarang yang memiliki ciri sangat khas dan itu kita perlu berhati-hati, terlebih saat ini ASN (Aparatur Sipil Negara) dan karyawan BUMN sudah banyak yang terpapar radikalisme,” ujarnya.

Ketua Forum Kebhinekaan Indonesia, Haidar Alwi (kedua dari kanan) sedang duduk bersama tokoh lintas agama.

Dalam kesempatan itu Haidar juga mengatakan bahwa gerakan untuk tetap mempersatukan Indonesia akan terus dilakukan ke berbagai wilayah di tanah air.”Kita akan mulai dari titik-titik yang lebih rawan semisal di Salatiga, karena di sana itu masih banyak orang-orang yang diperkuat akibat berbeda pandangan,” katanya.

“Setelah Salatiga kemungkinan kita akan bergerak ke daerah lain seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kalau di Jawa Barat kita akan adakan kegiatan di Bogor, seperti kita tahu di sana ada sebuah jamaah gereja yang sampai saat ini untuk beribadah saja masih dilakukan di bawah pohon pinggir jalanan,” terang Haidar.

Haidar menjelaskan kita tidak ingin ada persekusi sesama bangsa, untuk itu kita meminta kerukunan umat beragama betul-betul terjadi bukan hanya cerita doang (lips service). Kita ingin melihat dari bawah betul-betul bergandengan tangan, saling tolong-menolong tidak ada lagi kata-kata minoritas ataupun mayoritas.

“Jadi semisalnya nanti ada acara keagamaan di tempat ibadah, para pemeluk agama lain yang berbeda saling bahu-membahu untuk mensukseskan yang ada di tempat tersebut. Itulah sasaran kita supaya kebhinekaan ini betul-betul bukan hanya cerita doang, tetapi betul-betul terjadi di bumi Indonesia dan kalau sudah terjadi maka luar biasa indah Indonesia akan menjadi contoh seluruh dunia,” tegas Ketua Forum Kebhinekaan Indonesia itu.(Hari.S)