OPINI  

Kualitas Keimanan Manusia Diuji Ditengah Wabah Covid-19

Penulis:Rian

Hakikat iman yang benar ialah pada saat orang lain merasa aman dan nyaman dengan kehadiran kita,itulah makna bersatunya agama dan rasa kemanusiaan saat ini di tengah dunia maupun Indonesia menghadapi wabah covid-19 yang begitu mematikan sehingga sudah ribuan manusia menjadi korbannya,(16/5/2020).

Wabah covid-19 adalah ujian ketangguhan,ditinjau dari perspektif agama apakah kita selaku hamba-Nya didunia fana ini sudah benar-benar beriman?.Dari sisi kemanusiaan pun juga,apakah kita selaku umat manusia sudah benar-benar memiliki kepedulian kepada antar sesama makhluk ciptaan Tuhan(Allah),baik dari sudut pandang kebangsaan keIndonesiaan secara rela berkorban demi Agama,kemanusiaan dan kebangsaan yang merupakan satu kesatuan yang dapat terpisahkan.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:”Tidak beriman seseorang kecuali ia mencintai saudaranya seperti mencintai diri sendiri”Nabi Muhammad SAW pun pernah menegaskan dalam hadistnya yang lain bahwa tidak beriman seseorang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan.

Apalagi bagi umat Islam Se-dunia khususnya di Indonesia,Bulan suci Ramadhan kali ini di Tahun 2020 merupakan bulan pembuktian untuk memberikan cermin Rahmat bagi siapa saja di jagat raya ini sebagai Agama rahmatan Lil Alamin.Ditengah wabah corona atau covid-19,kita dituntut tidak hanya berteriak minta pertolongan kepada orang lain atau pada pemerintah tetapi yang terpenting ialah buktikan kepeduliannya bukan hanya pada diri sendiri baik dalam kondisi memiliki kenikmatan maupun kesusahan.Hal inilah yang pernah dicontohkan penduduk Madinah yang disebut sebagai kaum Anshar(para penolong)yang lebih mengutamakan kebutuhan para Muhajirin(para pendatang)meskipun kaum mereka sendiri dalam kesulitan.

Di ujian wabah covid-19 telah mengubah cara pandang kita terhadap banyak hal,termasuk bagaimana cara kita beragama.Sejatinya sudah banyak firman Tuhan atau khususnya Sabda Nabi Muhammad SAW yang kita baca atau dengar bahwa Allah tidak melihat baju yang kita kenakan,juga bukan pada cantik atau gagahnya penampilan,Namun pada teguhnya keimanan serta satunya kata yang dibarengi dengan perbuatan.

Untuk itu,sebagai umat Islam mari kita jadikan Ramadan kali ini sebagai saksi kecintaan kita selaku hamba pada Maha Pencipta(Allah SWT)dengan mengaktualisasikan serta menumpahkan rasa kasih sayang pada sesama manusia sekaligus merawat dan menjaga kelangsungan alam semesta ini.

Memanggil Tuhan dengan suara keras dari atas menara di masa covid-19 mungkin sementara waktu tak lagi berguna karena Tuhan sejati ada di dalam ketulusan hati.Memohon ampun pada Tuhan tak perlu dengan cara berteriak,tapi cobalah kita menepi sekali-kali juga pada sudut-sudut yang sepi dan berbisiklah dengan pasrah”Tuhan,aku datang memohon ampunan”

Barangkali juga,inilah bulan Ramadan yang menggugah kesadaran sehingga meruntuhkan keangkuhan bahwa manusia ternyata tak berdaya bahkan di hadapan makhluk mahakecil yang bernama virus korona yang hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang bisa menyembuhkan.Yang bisa dilakukan hanyalah menghambat lajunya,memutus rantai penularannya dengan tetap tinggal dirumah serta menjaga jarak fisik antar sesama.

Ramadan kali ini juga bagi umat Islam menganjurkan kita untuk mengintropeksi diri untuk menyulap dusta menjadi nyata,membalik benci jadi cinta,meredam amarah kemudian mengubahnya menjadi Rahmat.Rumah Tuhan yang berwujud dalam kemegahan arsitektur dibuat sunyi oleh covid-19,ini menjadi isyarat bahwa Tuhan sejati adalah yang bersemayam di hati manusia.

Kepada seluruh umat muslim se-Dunia utamanya di negara Indonesia,Melalui bulan suci Ramadan ini,mari kita semua buktikan bahwa berdoa dalam bulan yang penuh berkah dan mulia dengan meningkatkan iman dan takwa serta yakin bahwa tidak ada ujian kecuali semuanya datang dari Tuhan.Semoga melalui Bulan penuh Rahmat ini covid ini segera berakhir.