Deklarasi GEMA Golkar Mendukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum

Koordinator GEMA Golkar, Dico M Ganinduto ditemani jajarannya sedang memberikan keterangan pers mengenai dukungan kepada Airlangga Hartarto sebagai ketua umum Golkar.

Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Menjelang Musyarawah Nasional (Munas) Partai Golkar beberapa bulan ke depan, dukungan untuk Airlangga Hartarto terus mengalir. Pada Rabu (31/7/2019) Gerakan Milenial (GEMA) Golkar mendeklarasikan dukungan agar Airlangga Hartarto tetap menjadi ketua umum.

Koordinator GEMA Golkar Dico M Ganinduto, B.Sc mengatakan pembentukan GEMA Golkar merupakan bentuk dukungan kepada Airlangga Hartarto untuk memimpin Golkar. Kami (Gema) meyakini bahwa Airlangga akan mampu membuat Golkar lebih baik lagi kedepannya.

“Beliau sudah bisa membangkitkan Partai Golkar dalam turbulensi yang luar biasa. Bahkan, Partai Golkar bisa mendapat 12,3% suara pada Pemilu Serentak 2019 dan bertengger di peringkat kedua menjadi bukti kepiawaiannya beliau memimpin,” kata Dico usai deklarasi di Kantor DPD Golkar DKI Jakarta, Rabu (31/7).

Usai deklarasi, lanjut Dico, GEMA Golkar berencana mengadakan talkshow rutin seminggu sekali dengan tujuan memberi masukan kepada kader Golkar, khususnya generasi milenial dan masyarakat umum mengenai siapa yang pantas memimpin Golkar.

Dalam kesempatan itu GEMA Golkar juga mengadakan talkshow bertema “Airlangga Hartarto di Mata Kader Milenial Golkar” yang menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya, H. Dedi Mulyadi, SH., Adi Prayitno, Dyah Roro Esti, dengan moderator Satya Hangga Yudha.

Sosok Airlangga adalah pribadi yang lengkap. Kiprahnya dalam dunia pendidikan, keorganisasian, dan profesional sangat mengagumkan.”Pak Airlangga memiliki leadership skill sehingga cocok menjadi Ketum Golkar di periode berikutnya,” kata Roro Esti di podium diskusi.

Sementara itu Kang Dedi–panggilan lengkap Dedi Mulyadi mengatakan mari kita fokuskan pada bagaimana Partai Golkar kedepan. Masalah Golkar terbesar adalah pergolakan internal. Hampir di setiap Munas Partai Golkar lahir partai baru. Terakhir, 2009 dimana lahir Partai Nasdem.

Kang Dedi mengatakan, saat ini ada fenomena politik digital milenial yang tidak dihindari. Karena itu dibutuhkan orang-orang teknokrat. Salah satu contohnya adalah Presiden Jokowi.

“Di 2024, harus mempersiapkan diri untuk apa yang akan dilakukan. Bukan lagi mengurusi internal. Ini kebiasaan Partai Golkar dari dulu,” kritiknya.

Bicara sosok Airlangga, menurut Kang Dedi, kelemahannya murah hati dan tidak sombong.”Pak Airlangga tidak suka dengan pencitraan. Karena itu, kita punya tanggung jawab menceritakan tentang dirinya secara benar,” tukasnya.

Sementara itu Adi Prayitno memaparkan, Golkar di tangan kepemimpinan Pak Airlangga telah menjelma sebagai partainya milenial. Karena banyak anggotanya yang masih muda dan berhasil duduk sebagai anggota legislatif (DPR RI). Ini sudah menjadi fakta.

Ditambahkannya, anak-anak muda Partai Golkar sudah membuktikan kepiawaiannya dalam berpolitik. “Pemilih Golkar sudah bergeser ke kelompok milenial. Ini menjadi sebuah capaian Pak Airlangga yang membawa Golkar menjadi peringkat ke-2,” urainya.

Ditambahkannya, terjadi turbulensi politik yang bisa membuat Partai Golkar bisa saja tidak lolos PT. Tapi faktanya, badai di Golkar bisa dilalui dengan baik.

“Dengan usia kepemimpinan baru 1,5 tahun, tapi berhasil menempatkan 85 anggota legislatif di tingkat pusat di Pemilu Serentak 2019, menjadi cerminan keberhasilan Pak Airlangga,” pungkasnya.(Hari.S)