RILIS  

Baju Nia Ramadhani dan Jessica Iskandar Ludes Diburu Pembeli

Jakarta, Nusantarapos — Mengutip ucapan Ir Soekarno yang mengatakan, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para Pahlawannya”, maka bertepatan dengan hari Pahlawan yang jatuh pada hari Minggu lalu, 10 November 2019 Gerakan Sosial Mulai Dari Kita kembali mengadakan acara untuk mengenang jasa para Pahlawan yang sudah mengorbankan jiwa & raganya untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Bertemakan #PeduliPedjoeang acara berlangsung di Yesterday Backyard, Antasari pukul 17:00 – 22:00.

Mengajak beberapa Public Figure Ibu Kota bekerjasama, rangkaian acara terdiri dari Garage Sale, Lelang Barang, Ramal Tarot, Pengumpulan Donasi dan juga dimeriahkan oleh Luks Superglad Berkaraoke. Di mana seluruh hasil keuntungan acara akan disumbangkan ke 2 tokoh Pejuang masa kini yang bertempat tinggal di Serang, Banten. Adapun beberapa Public Figure yang ikut menyumbangkan barang untuk garage sale dan lelang barang yaitu Nia Ramadhani, Jessica Iskandar, Clara Bernadeth, Windy Apsari, Cia Wardhana, Fatya Biya, Rio Dewanto, Ibnu Jamil, Tarra Budiman, Kevin Hendrawan, Aquinaldo Adrian, dan Andi Yusuf Bachtiar sutradara film Love For Sale.

Semua barang dijual seharga Rp 30,000 sampai Rp 150,000 saja meskipun barang preloved artis-artis tersebut bermerek terkenal dan mahal. Lelang barang pun dimulai dari harga dan kelipatan Rp 50,000.

Pukul 17.00 sore, pengunjung ramai dan langsung menyerbu Garage Sale. Barang Nia Ramadhani & Jessica Iskandar yang paling menjadi favorit pengunjung, hingga habis terjual dengan cepat. Lelang barang pun tak kalah seru dan menarik. Tiga sepatu merek Nike & jaket merek Adidas terlelang dengan harga paling tinggi hanya Rp 500,000 saja.

Mendapatkan keuntungan bersih dari acara sebesar Rp 10,000,000 donasi akan langsung diberikan kepada Bapak Edi & Bapak Dadang dua orang tokoh pejuang masa kini yang bertempat tinggal di Serang, Banten. Pak Edi merupakan seorang sukarelawan pengatur lalu lintas yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi. Berusia 70 tahun dengan ekonomi pas-pasan, Pak Edi selalu setia menjaga ketertiban lalu lintas lengkap dengan atribut layaknya Pejuang tanpa mendapat imbalan. Pak Dadang memiliki hidup yang lebih mengenaskan. Berusia 80 tahun, Pak Dadang hidup sebatang kara di tempat tinggal tak layak yang diberikan oleh warga setempat. Semasa mudanya, Pak Dadang pernah menjadi seorang Tentara dan dikirim ke Kongo, Afrika untuk menjalankan misi perdamaian. Pak Dadang tidak bisa mendapatkan bantuan dari Pemerintah karena semua dokumen pentingnya habis dilalap api saat rumahnya terbakar beberapa tahun silam. Kini pak Dadang menyambung hidup mengandalkan rasa iba warga sekitar sebab tubuh rentanya tak mampu lagi untuk bekerja. (*)