Kodim 0801/Pacitan Lakukan Pembersihan Coretan Dinding

Pacitan – Pembersihan Tulisan yang Mengganggu Kenyamanan dan Keindahan untuk Menciptakan Kota Pacitan yang Nyaman Indah dan Aman Sebagai Kota wisata

dimulai di 4 (empat) titik lokasi beberapa hari sebelumnya masih menjadi perhatian Dandim 0801 Pacitan ,diantaranya sbb :
a. Sepanjang tembok trotoar sebelah utara Jl. Wr. Supratman (Perempatan Cuwik ke barat sepanjang 300 meter ) dan di tembok masuk wisma Atlit. Kel. Sidoharjo Kec Pacitan sebanyak 50 personil gabungan TNI dan Satpol PP.
b. Pada dinding bedeng kosong ukuran 2×3 meter, sebelah selatan jalan pertigaan JLS dengan Jl. Wr. Supratman ke timur sekitar 400 m dari pertigaan sebanyak 25 personil gabungan TNI dan Satpol PP.
c. Di wilayah Wisata Pancer Door hampir di setiap Rumah Saung Wisata sebanyak 50 personil gabungan TNI dan Satpol PP.
d. Pada bahu Jembatan jalan. Adapun tulisan dan gambar yang dibersihkan/Pengecatan diantaranya sbb :
Pacitan juga Aremania, Bonek Pacitan, Viking Mania. Viking Anjing, Gambar porno dan tulisan berbau pornografi.

Dandim 0801 Pacitan menyampaikan. Bersih – bersih tulisan-tulisan vandalis yaitu isinya coret mencoret di tembok atau tempat umum yang terdapat materi caci maki dan pornografi. Sudah lama ditempat umum , oleh karena itu Kodim 0801 sasar menghapus melalui pengecatan-pengecatan oleh anggota kami bersama Satpol PP.

“Saya rasa risih orang melihatnya , tapi mau berbuat tidak ada. Jadi kita ngajak aja semua komponen karena kalau hal itu dibiarkan dan nanti terbiasa. Jangan heran anak-anak kita pun akan menganggap makian ataupun hal-hal berbau pornografi terumbar depan umum menjadi hal biasa dan kita membiasakan hal itu juga,” Kata Aries Senin (18/3/19)

Lebih lanjut ia menilai saat ini mulai apatis kepribadian anak-anak yang mungkin mereka  sedang mencari jati diri dengan mengexplore apa yang dia lihat, dengar, melalui media macam-macam atau yang langsung mereka coba mengekpos tampilkan secara umum di depan publik.

“Kalau publik tidak merespons bahwa validasi itu adalah salah bisa jadi anak-anak itu akan menganggap hal yang wajar atau biasa sehingga dalam pemikiran dia ya nggak masalah validasi itu. Nah, pesan yang kami sampaikan hal-hal validasi tak bisa dibiarkan. Minimal psikologis anak itu bisa mereka kontrol karena karyanya di publik dihapus,” pungkasnya.(JAHID)