TMMD  

Sasingaan, Warisan Budaya Sunda yang Masih Lestari di Konawe

Saat program transmigrasi dijalankan masa Orde Baru, penduduk Konawe, sebuah kabupaten di Sulawesi Tenggara, mulai didatangi warga dari berbagai wilayah dan kultur di Indonesia. Salah satunya, dari wilayah Jawa Barat yang kental dengan budaya Sunda.

Para pendatang itu tidak saja membawa sanak keluarga, tapi juga tradisi budaya yang berasal dari tempat asalnya. Dari sinilah kemudian muncul fenomena atraksi budaya Sunda dan Jawa di bumi Konawe. Sasingaan, yang merupakan tradisi Sunda, misalnya, kerap ditampilkan dalam acara-acara resmi pemerintah maupun swasta dalam berbagai tingkatan.

Sasingaan dimainkan secara berkelompok, dengan dua atau lebih boneka singa yang ditandu, dan di atas singa itu disediakan dudukan untuk orang yang bakal ditandu. Pemain musik dan seorang penyanyi kemudian membawakan lagu tradisional Sunda, kemudian tandu itu diarak oleh 8-10 orang mengitari lokasi acara.

Juheri (37 tahun), pimpinan sebuah sanggar Sasingaan di Anggotoa, adalah generasi pertama keturunan transmigran asal Jawa Barat. “Saya masih kecil saat orang tua pindah ke sini. Belajar Sasingaan langsung dari orang tua sendiri,” katanya. Kini, anaknya pun sudah mulai ikut dalam perhelatan yang menampilkan atraksi Sasingaan.

Akulturasi dan pembauran lintas budaya di Sulawesi sangat baik. Warga asli maupun pendatang saling menghargai dan memperkaya tradisi budaya masing-masing.

Sasingaan ikut memeriahkan acara TMMD ke-104 di Konawe. Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa, masuk ke arena acara pembukaan dengan menggunakan Sasingaan.

“Budaya harus menyatu, sebagaimana prajurit menyatu dengan warga. Ini adalah bagian dari kekayaan dan kearifan lokal negeri kita,” kata Letkol Fajar Lutvi Haris Wijaya, Dansatgas TMMD 104 Konawe.

Kelestarian budaya Sasingaan juga menjadi harapan Juheri. “Semoga atraksi Sasingaan ini tetap lestari di Konawe ini, dan bisa diteruskan ke anak cucu,” pungkasnya.