TMMD  

Ketika Prajurit TNI Menjadi Guru Ngaji

Waktu baru saja masuk shalat Maghrib di sebuah desa kecil di pelosok Konawe, Sulawesi Tenggara. Selepas shalat Maghrib, Kesya, gadis cilik yang masih duduk di bangku sekolah dasar, membuka buku pelajaran Iqra, sebuah buku tentang tuntunan membaca al Quran, di hadapan seorang pria berpeci putih. Pelajaran mengaji pun dimulai dengan pria bernama Thomas itu. Suaranya memberi pelajaran cara membaca huruf Arab disertai gerakan tangan menunjuk pada lafaz huruf-huruf di buku tersebut.

Bagi keluarga yang tinggal di Desa Lawuka ini, Thomas bukanlah orang biasa. Sehari-hari, pria dengan pangkat Kopda (Kopral Dua) ini adalah prajurit TNI yang berdinas di Koramil 02 Wawotobi. Bersama beberapa rekan prajurit lainnya, dia berdiam di rumah keluarga Roswani, sebagai bagian dari program TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa) ke-104 di Kabupaten Konawe. Para prajurit ini tinggal selama sebulan penuh di rumah-rumah penduduk, yang bertindak sebagai orang tua asuh mereka selama melakukan kegiatan.

“Setiap malam saya diajar mengaji oleh bapak tentara yang tinggal di rumah, saya sangat senang,” ungkap Kesya, sambil melanjutkan, “Yang saya tahu, tentara itu tegas dan disiplin, tapi ternyata juga mempunyai pengetahuan agama yang luas.”

Thomas mengatakan, kegiatan TMMD ini sangat mendekatkan antara TNI dengan Rakyat. Para prajurit yang setiap hari hidup dalam norma keprajuritan ala militer yang seringkali dianggap “keras” oleh rakyat, menampilkan sisi-sisi lain mereka yang acap kali tidak terlihat:jati diri mereka sebagai bagian yang utuh dari rakyat Indonesia itu sendiri.