TMMD  

TMMD 2019 Kodim Tuban yang Tak Hanya “Memerdekakan” Desa Brangkal

Senyum Petani Gurem di Tengah Mimpi JUT. FOTO : HANAFI.

Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke- 104 reguler tahun 2019 Kodim 0811 Tuban yang digelar sepanjang 26 Februari sampai 27 Maret 2019 atau dalam rentang 30 hari tak sekedar mampu menyulap “jalan tikus” di Desa Brangkal, Kecamatan Parengan, menjadi jalan usaha tani (JUT) tapi juga menginspirasi para pemangku kepentingan terkait mengusung misi mencerahkan desa mensejahterakan masyarakat.
Penulis: HANAFI WAHYUDI (TUBAN)

TUBAN-Keberadaan galengan sebagai satu-satunya akses menuju lahan pertanian di Desa Brangkal, dulu seperti kotak pandora yang menyimpan misteri selama bertahun-tahun pasca kegiatan panen raya. Maklum, galengan atau pematang sepanjang 1 kilometer dan hanya selebar tak lebih dari setengah meter ini adalah satu-satunya “jalan tikus” yang bisa digunakan untuk membawa pulang hasil panen petani ke rumah.

Namun demikian, Desa Brangkal termasuk beruntung. Desa berjarak 70 kilometer dari ibu kota Kabupaten Tuban belahan barat daya ini adalah sedikit dari desa kawasan hutan Perhutani yang menyisakan lahan pertanian lumayan luas. Dari total luas desa sekitar 275 hektar, 90 persen wilayahnya merupakan hamparan lahan pertanian, sisanya adalah pemukiman dan fasilitas umum.

Karena dalam rentang setahun padi hanya bisa ditanam sekali mengingat lahan pertanian di desa yang dihuni 799 kepala keluarga (KK) tersebut merupakan sawah tadah hujan, maka setiap bulan Desember tiba yang merupakan fase awal musim penghujan, ratusan petani dengan semangat mulai mengolah tanah. Galengan yang biasanya sunyi seolah menemukan gairahnya kembali.

Warga bergotong royong untuk memupuk kebersamaan dalam pembangunan JUT, FOTO: HANAFI

Berdasarkan hitungan kalender pranoto mongso (Jawa) sebagai pedoman hitungan memulai masa anam, bulan April seperti sekarang ini tanaman padi sudah bisa dipanen secara massal atau jamak disebut panen raya.

Sayangnya, panen raya yang harusnya menjadi “pesta” dalam setahun sekali ini belum sepenuhnya bisa dinikmati petani. Pendek kata, hasil panen yang melimpah seperti “habis” di tengah jalan karena “dibegal” ongkos angkut yang tidak murah. Maklum, untuk mengangkut hasil panen dari sawah hanya bisa dilakukan dengan cara manual. Yakni dipanggul manusia dan sebagian menggunakan sepeda pancal.

Satgas TMMD Bareng warga melakukan pemadatan tepian jalan FOTO : HANAFI
Satgas TMMD jadi operator alat berat untuk pemerataan jalan betsama Pemeribtah Desa Brangkal, guna menjadikan badan jalan bagus

“Ya, itu tadi. Karena selama ini satu-satunya akses utuk melakukan mobilisasi hasil panen menuju desa adalah galengan yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat,” tutur Kepala Desa Brangkal, Zainal Muttaqin, saat ditemui di rumahnya penghujung bulan Maret 2019 lalu.

Tapi, kata Zainal, penggalan nestapa kisah petani saat panen raya itu sekarang sudah menjadi cerita lama. Sebab, kondisi “jalan tikus” yang selama ini menjadi kisah horor para petani waktu panen raya tersebut sekarang sudah berbalik 180 derajat. Tak hanya bertambah lebar menjadi 2,5 meter.

Permukaan “jalan tikus” itu pun sekarang sudah beraspal sehingga membuat kendaraan roda empat jenis pick up hingga truk bisa dengan leluasa keluar masuk mengangkut hasil panen para petani.

Dia menuturkan, keberadaan JUT hasil bhakti TNI tahun 2019 ini tak hanya masyarakat Desa Brangkal saja yang ikut menikmatinya. Desa-desa sekitar juga ikut “dimerdekakan” program TMMD, terutama untuk kegiatan mobilisasi pasca-panen. Biaya operasional angkut gabah yang sebelumnya tembus hampir Rp 2 juta untuk 1 hektar lahan sawah, kini diperkirakan bisa berkurang hingga seperempatnya.

“Program TMMD ini nyata-nyata telah mencerahkan desa dan mensejahterakan warga,” ujar Zaenal di tengah puluhan warga yang menjubeli ruang tamu sekaligus tempat interaksi sembari melempar belbagai problem pertanian sehari-hari hingga nyerempet topik politik yang sedang hangat saat ini.

Sesaat sebelum pamitan pulang, para petani bersahaja desa bantaran Kali Kening, anak Sungai Bengawan Solo, yang menjadi salah satu titik rawan banjir saat musim hujan bertamu ini, menitip pesan kepada Zainal Muttaqin agar para prajurit yang sudah rampung melakukan bakti TNI suatu kelak bisa kembali ke desa mereka, membawa pencerahan dan tindakan nyata. Seperti yang dilakukan selama gelaran TMMD reguler ke-104 tahun 2019 hasil inisisiasi jajaran Kodim 0811 Tuban.

“Tolong Pak Inggi (sebutan kepala desa warga setempat) sampaikan kepada Bapak-bapak TNI tahun depan bisa kembali lagi ke Desa Brangkal. Karena program TMMD benar-benar bermanfaat bagi masyarakat luas. Perilaku dan tutur katanya yang semanak (akrab) bikin kami kangen,” ungkap Rajiman, salah satu warga, sembari beranjak meninggalkan ruang tamu Zainal Muttaqin.

Merespon ekspektasi para petani tersebut, Dandim 0811 Tuban Letkol Inf Nur Wicahyanto, mengatakan jajarannya tidak akan pernah meninggalkan petani berjuang sendirian karena TNI adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Hal ini sejalan dengan semangat TMMD sebagai aplikasi kebersamaan dengan masyarakat, bersinergi, gotong royong berkarya untuk membangun desa.

Panen Padi Warga Desa Brangkal dalam Merajut Asa

Selain itu, TNI ikut memonitor langsung hasil produksi pertanian di daerah teritorialnya sebagai langkah dalam mendukung program ketahanan pangan dan kedaulatan pangan pemerintah.
“TNI all out membantu mengamankan kebijakan pemerintah untuk ketahanan pangan. Peran Babinsa terus kita optimalkan untuk mendampingi kelompok tani serta penyuluh. Ketika petani menemui kendala soal sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pertanian agar tidak segan-segan melapor. Sehingga penanganannya bisa cepat,” tandas dia ditemui terpisah.

Meniti Jalan Usaha Tani dari Intaian Anomali

Sementara pada bagian lain, kondisi Desa Brangkal yang secara geografis berada di sempadan Kali Kening, bencana banjir mengintai hampir sepanjang tahun diperlukan sinergi untuk menanggulanginya.
Selain menggenangi pemukiman dan areal persawahan, banjir tahunan tersebut juga berpotensi menggerus JUT hasil program TMMD Kodim Tuban tahun 2019 ini.

Mengantisipasi kejadian anomali yang sebagian besar misterinya belum dapat dipecahkan tersebut Perum Perhutani KPH Parengan akan menggairahkan gerakan reboisasi atau penanaman pohon di sebagian lahan hutan di Desa Brangkal untuk resapan air dan mengembalikan fungsi hutan pada habitatnya.

Adm Perhutani KPH Parengan, Badarudin Amin, mengungkapkan agar manfaat yang dicapai maksimal, penanaman tidak hanya difokuskan pada lahan kritis, tetapi juga pada lahan-lahan kosong yang ditimbulkan oleh aktivitas tebang habis dan tebang pembangunan.

Tentu saja, Perhutani tak mampu bekerja sendiri. Butuh dukungan warga sekitar untuk mensukseskan program reboisasi. Sebab merekalah penentu berhasil tidaknya program reboisasi.

Karena itu, hubungan yang dibangun Perhutani dengan masyarakat sekitar ini tidak semata antara pemberi kerja dan pekerja, melainkan harus menyentuh sampai pada tingkat emosional penduduk.
Harus mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai fungsi hutan dan pentingnya bagi kehidupan flora dan fauna serta penduduk di kawasannya. Kepentingan itu tidak semata soal ekonomi, tetapi juga soal ekologi seperti mencegah longsor dan menjaga sumber air.

“Kami juga akan membantu pesanggem (masyarakat kawasan hutan) yang ada di Desa Brangkal untuk memiliki surat hak guna dalam pemakaian lahan perhutani agar mereka bisa bertani dengan maksimal,” ujar Badarudin.

Tak Hanya itu. Perhutani, kata dia, saat ini juga tengah mengembangkan perekonomian mikro bersama warga dengan membentuk badan usaha milik desa (bumdes). Yakni dengan melakukan pembangunan ruko dan toko dengan sistem sewa sesuai kesepakatan yang tertuang dalam peraturan desa (perdes).

Sementara hasil telisik lapangan yang dilakukan Perhutani KPH Parengan luas jalan bekas lori (kereta pengangkut kayu) di Desa Brangkal seluas 1.114 meter persegi. Jumlah warga yang memanfaatkan eks jalur lori di sepanjang jalan menuju TPK Brangkal sebanyak 14 orang.

Rencana pemanfaatan yang tertuang dalam perjanjian kerja sama ini akan digunakan untuk pendirian bangunan semi permanen. Di antaranya warung, kios, toko, bengkel las, tambal ban, rumah tinggal, jalan maupun teras rumah.

“Ke depan perjanjian kerja sama tersebut nantinya diharapkan sangat membantu peningkatan perekonomian di Desa Brangkal,” tandas Badarudin. []