Jakarta, Nusantarapos – Indonesia tengah mengalami tantangan yang cukup pelik dalam menangani isu sampah plastik. Terlepas dari upaya berbagai pihak untuk menyelesaikan persoalan ini, mulai dari pemerintah, perusahaan, hingga masyarakat, tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah sampah plastik di Indonesia masih tergolong tinggi.
Berdasarkan dari data The World Bank pada tahun 2020, Indonesia memproduksi sebanyak 7,8 juta ton sampah plastik per tahun dan lebih dari separuhnya, yakni sebesar 4,9 juta ton sampah plastik belum terkelola dengan baik. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, seperti sampah yang tidak dikumpulkan dengan baik hingga dibuang di tempat pembuangan terbuka tanpa sistem pengelolaan yang memadai.
Menyadari hal tersebut, Tridi Oasis hadir sebagai wirausaha sosial yang fokus pada pendaurulangan material sampah menjadi material baru sehingga dapat digunakan kembali. Founder & CEO Tridi Oasis Dian Kurniawati mengatakan, “Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara di dunia yang menyumbang sampah plastik terbesar di lautan menurut data dari Condor Ferries. Meski kesadaran masyarakat akan isu lingkungan sudah mengalami peningkatan dan semakin banyak tokoh yang menyuarakan isu tersebut, kita masih perlu memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas industri waste management demi menekan angka limbah plastik yang ada di Indonesia. Sebagaimana rencana pemerintah Indonesia melalui platform National Plastic Action Partnership (NPAP) untuk mengurangi 70 persen sampah plastik di laut pada 2025, Tridi Oasis juga turut membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan hidup di Indonesia serta mendorong kontribusi dari pihak lokal untuk menyelesaikan permasalahan ini,” ujarnya melalui Siaran Pers yang diterima Nusantarapos, Jumat (20/5/2022).
Berdiri sejak tahun 2016, Tridi Oasis memproduksi berbagai macam serpihan PET (Polyethylene terephthalate) kelas menengah hingga tinggi yang dapat diubah menjadi kemasan dan produk tekstil berkelanjutan yang banyak dicari oleh berbagai industri seperti kemasan makanan dan tekstil. Bermisi untuk membangun dan memajukan ekonomi sirkular di Indonesia, Tridi Oasis berupaya membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan dan memperhatikan lingkungan sembari menyediakan lapangan kerja yang berkesinambungan kepada lebih banyak orang.
“Sebagai salah satu pengelola limbah plastik yang sedang berkembang di Indonesia, kami menghadirkan lebih dari sekadar produk yang berfungsi dengan baik, tetapi juga pengelolaan limbah plastik yang bertanggung jawab, transparan, dan dapat memberikan traceability (ketelusuran) data sampah plastik yang diolah dari sumber awal. Dengan berfokus mengembangkan teknologi dan inovasi sains, Tridi Oasis kini dapat memproduksi lebih dari ribuan ton plastik daur ulang per tahun. Sampai dengan tahun 2021, Tridi Oasis telah berhasil mendaur ulang 250 juta botol plastik yang kemudian digunakan kembali di pasar. Di tahun yang sama, kami juga mendapatkan dukungan dari Bank DBS Indonesia berupa pemberian pembekalan dan pelatihan pengembangan bisnis untuk menghasilkan dampak sosial yang lebih luas, termasuk Human Resources, Finance, Branding and Marketing Strategy. Selain itu, kami juga dipercaya Bank DBS Indonesia untuk memperoleh dana hibah melalui DBS Foundation,” lanjut Dian Kurniawati.
Dengan dana hibah yang didapatkan dari DBS Foundation, Tridi Oasis dapat merekrut tambahan sumber daya manusia yang bertugas di bidang operasional untuk memastikan proses kerja berjalan baik. Selain itu Tridi Oasis juga dapat melanjutkan studi kelayakan, riset pasar, dan menyelesaikan penelitian dan pengembangan terkait proses daur ulang kemasan plastik multi-lapis (MLP), sebuah jenis plastik yang paling sedikit didaur ulang namun yang paling umum berakhir di lingkungan.
Di sisi lain, Tridi Oasis juga sukses membangun kerja sama dengan berbagai perusahaan di bidang FMCG, e-commerce, dan logistik. Perkembangan ini menandakan misi Tridi Oasis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi sirkular dan menghadirkan pertumbuhan berkelanjutan (sustainable jobs) yang memenuhi kondisi sosial, lingkungan dan ekonomi menjadi lebih dekat.