NusantaraPos- Sebagai tindak lanjut dari rapat koordinasi penanganan stunting pada Agustus 2017 lalu, Menko PMK, Puan Maharani, siang ini memimpin dan memberikan arahan pada dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri (RTM) yang membahas tentang percepatan prevalensi stunting di ruang rapat Menko PMK lt.1 gedung Kemenko PMK, Jakarta.
Menko PMK dalam RTM ini berkesempatan mengikuti paparan perkembangan terkini Program penanganan stunting dari Kementerian/Lembaga yang hadir, mulai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Desa dan PDT, Kementerian Pertanian, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri, dan sebagainya. Rapat dihadiri oleh Menkes, Nila F Moeloek; Mendes PDT, Eko Putro Sandjojo; Seskemenko PMK, YB Satya Sananugraha; Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan, Sigit Priohutomo; Staf Khusus Menko PMK, Dolfie OFP; dan Staf Ahli Menko PMK bidang Kependudukan, Sonny HB Harmadi.
Mengawali paparannya, Menko PMK memaparkan secara singkat apa saja progres dari intervensi penanganan stunting di tahun 2017 ini. Angka penurunan stunting hingga kini telah mencapai angka 27,5 persen atau lebih rendah dari target penurunan stunting yang sebesar 28 persen. “Meskipun menurun, stunting tetap jadi masalah serius bagi kita,” tegas Menko PMK mengawali arahannya.
“Pada dasarnya semua kementerian dan lembaga sudah punya program intervensi penanganan stunting. Yang terpenting sekarang adalah kita harus menentukan dengan jelas mana saja desa yang menjadi lokasi sasaran program intervensi ini,” kata Menko PMK lagi. Desa yang akan ditentukan menjadi sasaran program intervensi adalah desa yang punya angka stunting tinggi dan kekurangan sarana sanitasi dan air bersih serta fasilitas layanan kesehatan.
Untuk tahun 2017 ini, program intervensi penanganan stunting menyasar delapan kabupaten. “Jika sudah ditetapkan mana saja desa di kabupaten itu, dengan program-program yang sudah dimiliki oleh kementerian/lembaga negara tadi, bukan tidak mungkin kalau program intervensi penangan stunting ini dapat menjadi program pengentasan kemiskinan di desa-desa,” papar Menko PMK.
Menurutnya lagi, pembangunan sarana sanitasi, embung desa, sarana air bersih, PAUD, Polindes dan sebagainya dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk melakukan pencegahan tetapi juga dapat mulai membudayakan gerakan hidup bersih dan sehat. Sementara itu, program intervensi penanganan stunting di tahun 2018 akan menyasar 100 kabupaten/kota.
Dalam kesempatan RTM siang ini, diperkenalkan pula konsep ‘Isi Piringku’ atau gerakan makan makanan yang sehat dengan gizi seimbang sebagai pengganti slogan 4 Sehat 5 Sempurna di masa lalu. ‘Isi Piringku’ dapat bermakna 10 pesan gizi seimbang dengan porsi makanan yang terdiri atas makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan.
Kebiasaan makan makanan sehat dalam ‘Isi Piringku’ ini diiringi dengan perilaku hidup bersih dan sehat berupa kebiasaan cuci tangan, banyak melakukan aktivitas fisik, rajin memantau berat badan agar tetap normal, dan banyak minum air putih. ‘Isi Piringku’ disusun untuk mengangkat kearifan lokal berupa makanan pokok khas dari 34 provinsi yang ada.
Konsep ini diketahui tengah disusun strategi komunikasi publiknya untuk disampaikan dalam berbagai materi sosialisasi dan edukasinya. ‘Isi Piringku’ diketahui juga akan menyasar kalangan remaja. “’Isi Piringku’ kalau perlu kita luncurkan dulu sebagai langkah awal sosialisasi tahap pertama,” pinta Menko PMK. (Humas Menko PMK)