Jakarta, Nusantarapos – Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan (Disbud) DKI Jakarta mengapresiasi peluncuran pameran temporer bertema “Art. The Fact!: Suku Bangsa Bahari Nusantara” yang digelar oleh Museum Bahari Jakarta. Pameran dengan target peserta anak-anak dan keluarga ini dibuka sejak tanggal 2 Desember 2022 hingga 2 Maret 2023 di Ruang Pameran Temporer lantai 1, Gedung A, Museum Bahari, Jakarta Utara.
Seni.Fakta! merupakan rangkaian kegiatan pameran temporer yang diselenggarakan dengan memvisualisasikan museum narasi menjadi instalasi media seni rupa. Pameran ini akan menampilkan bagaimana suku bahari Indonesia dimanifestasikan melalui materi budaya dan instalasi ilustrasi seni.
Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengatakan, pameran tentang suku-suku bahari ini bertujuan untuk memperkenalkan berbagai budaya suku bahari dan pengaruhnya terhadap perubahan global, serta memahami nilai-nilai tradisional suku bahari nusantara dalam mengenang gaya hidup.
“Melalui pameran ini, diharapkan masyarakat dapat menyebarkan informasi serta memperkaya wawasan melalui koleksi tangible (berwujud) maupun intangible (tidak berwujud) terkait budaya suku bahari nusantara. Selain itu, juga agar generasi muda tergerak untuk terus mempertahankan budaya serta membangkitkan rasa cinta terhadap kekayaan sejarah bangsa,” ujar Iwan di Jakarta, Sabtu (3/12) seperti dikutip dari Siaran Pers PPID Jakarta.
Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, Mis’ari mengatakan, diminta bekerja sama dengan para seniman untuk menanggapi isu-isu inklusivitas dan menantang perubahan global. Selain itu, Mis’ari mengatakan, fokus utama dari pameran ini adalah bagaimana tanggapan dari suku bahari dapat disampaikan.
“Tidak hanya melalui narasi, tetapi juga divisualisasikan melalui ilustrasi yang dapat dipahami dalam bahasa yang pengeluaran mungkin, yaitu bahasa untuk anak-anak. Pameran ini kami harapkan dapat menjadi wadah bagi anak-anak untuk belajar di museum dan diharapkan anak-anak dapat merespons secara interaktif melalui titik-titik interaktif yang kami sediakan,” ujar Ari.
Lebih lanjut, Mis’ari mengatakan, kearifan lokal dengan memanfaatkan alam dengan gaya hidup berkelanjutan yang dilakukan oleh suku bahari telah dilakukan sejak lama. Namun, visualisasi narasi mengenai kearifan lokal suku bahari masih sangat terbatas. Seperti kearifan lokal suku Lamalera yang melakukan perburuan jeda dengan prinsip kelestarian agar keseimbangan alam tetap terjaga, dan suku Mandar yang memanfaatkan hasil sumber daya alam seperti kerang laut, namun tetap menjunjung tinggi kelestariannya.
“Oleh karena itu, kami harus menyampaikan informasi ini melalui pameran yang diharapkan mampu menggambarkan budaya pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan, hingga alat yang mereka gunakan untuk melaksanakan tradisi lokalnya, dan visualisasi lainnya yang relevan,” imbuh Ari.
Perlu diketahui, pameran temporer ini dikuratori oleh Dr. Supratikno Rahardjo (Arkeolog Univ. Indonesia), Hilman Handoni (Museolog Univ. Indonesia), Burhanudin Aziz, M.Hum. (Peneliti Independen), dan Abdul Rahman Hamid. Selain itu, desainer artistik yang telah memberikan sentuhannya pada pameran ini yaitu Zamrud Setya Negara dan Tunggul Setiawan dari Galeri Nasional Indonesia. (*)