Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Pak Jokowi merasa lega karena ibarat bisul-bisul yang menggangu di tubuh pecah sudah, merasa lebih ringan, lincah untuk menari pasca kopdarpol, kumpul Parpol untuk koalisi besar minus PDIP.
Koalisi besar ini anak panahnya membidik telak untuk mengusung Prabowo-Airlangga (Capres-Cawapres), peristiwa ini diluar kontrol dan prediksi Mega, Predicting unpredictabel.
Bagi Parpol yang tergabung dalam koalisi besar yang diendorse Pak Jokowi ini merupakan “antitesis” poros ARB, dan seakan ingin mengatakan kami Partai Pemerintah yang sedang berkuasa.
Bu Mega boleh jadi sedang meriang dan gelagapan, enggak nyangka jika Pak Jokowi tega membelot ke Prabowo, menari-nari di atas Cangkang PDI-P yang dulu membesarkan menghantarkan hingga jadi seorang Presiden . Bu Mega tampaknya kesulitan membaca gestur tubuh, karakter asli serta selera politiknya Jokowi yang sering disebutnya “petugas” partai ini. Disini terbukti lagi bahwa “tak ada kawan dan lawan yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingan”.
Membaca buku jangan tertarik cuma karena melihat covernya, tampak luar sering mengecoh dan menipu, apalah daya nasi sudah menjadi bubur. Dalam kesendirian Bu Mega sambil merenung, mengevaluasi sesekali ngedumel, mencoba untuk bangkit dari kekalutan yang boleh jadi telah merampas mood serta selera politiknya yang akhir-akhir ini membuat tidak nyaman.
Kopsadar (Kopi Sawah Darat) Jokowi, Prabowo dan Ganjar di tepi sawah yang padinya sedang di panen petani yang sempat viral belum lama berlangsung ternyata untuk mengencangkan ikatan tali temali yang sempat kendor-kedodoran ke kubu Prabowo, dengan merekonstruksi koalisi besar, otomatis akan menggeser dan mereduksi peluang Ganjar dan Puan.
Semakin jauh panggang dari api. Ganjar dan Puan telah terbonsaikan dari efek tarian politik Jokowi, Puan dan Mega cuma mengharap rangkulan Ratu politik, Boss PDI-P karena itu mutlak kebijakan tunggal Mega. Dan Mega sekarang lebih waspada dan berhati-hati jangan sampai kejeblos dalam lobang yang sama.
Atmospher dan cakrawala perpolitikan tanah air lagi seru- serunya, keperkasaan PDIP akan semakin teruji bila dalam kesendirian tetap PD melaju dalam kontestasi Pilpres 2024.
Jagat politik menjadi lebih gila, akan banyak manuver tak terduga, pasalnya perpolitikan di tanah air lagi sedang tidak baik-baik saja, masih dalam rangkulan dan bayangan awan gelap oligarki dan bandit politik.
Silahkan Parpol bermanuver tapi pilihan dan yang punya suara dan opsi adalah “rakyat”.
Begitu gumam publik bergema dimana-mana.
Dalam kesemrautan peta buta politik, jika salah baca akan menyasar kemana-mana, ikutin google map aja terkadang masih kesasar. Dalam kondisi seperti ini, maka selling point dan keunggulan Mahfud MD ydan ARB semakin stragis.
Untuk Mahfud jika hari ini digelar Pilpres maka peluangnya besar untuk menang. Apalagi jika Mahfud sukses menghajar dan membngkar kasus mega skandal TPPU Rp.349T ditopping lagi dengan rencana mahfud MD membongkar jaingan Traffiking melalui jalur Batam.
Publik sudah kesengsem sama Mahfud MD, populeritasnya tak bisa dibendung karena itu sudah kehendak Tuhan yang punya Kuasa. Seandainya Mahfud MD dicopot sebagai Menko Polhukam oleh Pak Jokowi dijamin Mahfud MD semakin melejit, meroket karena rakyat butuh dan rindu pemimpin yang lebih berani,tegas dan amanah.
Kini Mahfud MD bagaikan duri dalam daging. Mahfud MD ibarat Umpan lambung semua pemain rebutan ingin menguasai bola tersebut. Sepertinya Mega jatuh hati pada Mahfud MD, satu-satu obat mujarab untuk PDI-P tidak lain kecuali menggendong Mahfud MD tak ada yg pemali dan pemalu dalam politik.
Bu Mega masih beruntung karena dalam kesendirian akan lebih jernih dalam menentukan pilihan dan mengambil sikap. Sensitifitas dan emosionalitas kudu diredam dan dikontrol, jika salah langkah semua akan jebol dan ambrol.
Pasca kopdar Politik untuk koalisi besar yang digagas Jokowi, Partai Demokrat (PD ) ikut terkaget-kaget, hantu dari kubu KSP Muldoko masih gentayangan belum rela dan menyerah. Berniat melakukan PK ke Mahkamah Agung lagi terhadap kasus PD AHY dan PD versi KSP Muldoko.
Cukuplah dengan pake kacamata kuda AHY , mampu membaca jurus “Dewa mabuk” lawan. Sasaran bukan sebatas merebut saja tapi untuk mengganggu pencapresan Anies, lebih tajamnya menjegal ARB agar gagal sebagai Capres 2024. Perseteruan di kancah politik Serumpun ini semakin tajam.
Namun tarian Jokowi masih terus berayun meliuk-liuk. Jokowi sudah kadung kecebur ranah politik Pilpres dengan membangun koalisi besar ( Golkar, Gerindra, PKB, PAN dan PPP) sekaligus bersikap Bapak asuh.
Dalam kekalutan Mega masih sempat berfikir untuk kepentintangan populeritas dan elektabilitas PDIP.
Dengan keras menolak kedatangan Timnas Israel U20 pada piala dunia untuk datang ke Indonesia, yang berujung FIFA batalkan itu . Semangat konsisisten, komitmen politik Luar Negeri Bebas aktif, sejak Bung Karno hingga hari ini Indonesia tidak ada hubungan diplomatik dengan Israel dan itu adalah legasi, warisan kebijakan politik luar negeri sejak Ayahnya Mega Bung Karno.
Penolakn melalui suara Gubernur Jateng dan Gubernur Bali secara tidak langsung telah mengapresiasi lebih 70% rakyat Indonesia menolak kedatangan Timnas Israel. Tentu ada luberan simpati publik khususnya ummat Islam kepada PDI-P. atas penolakannya terhadap Timnas Israel.
Meskipun berbenturan dengan policy, kebijakan Pemerintah, namun demikian sedikit menuai simpati atas sikap PDI-P menolak Israel-Zionis.
Perhelatan pesta demokrasi 5 tahunan tetap jalan, berlanjut tak ada aral apalagi Perpu tentang Pemilu sudah disahkan menjadi UU Pemilu 2024 oleh DPR RI.
Beda dengan Anies R.Baswedan meskipun tidak sepi dari hantaman penjegalan untuk maju nyapres di 2024 tapi ARB relatif terkendali, aman dan tenang, tapi belum cukup nyaman.
Posisi ARB untuk maju sebagai Capres 2024 semakin kokoh karena partai pengusung (Nasdem, Demokrat dan PKS ) sudah seatle dan kian mantap melangkah. ARB tidak perlu menari-nari, apalagi over confiden merasa sudah di atas angin, tak perlu berlebihan merespon, membalasan cibiran dari influenzer dan BuzzeRp. Sikap yang terbaik untuk Anies adalah enjoy dan “Duduk-Duduk Manis”.
Wallahu A’lam Bisshawab
Jakarta 8 April 2023
Dr. A.H., S.H.,M.M