Jakarta, Nusantarapos – Tidak asing lagi jika mahasiswa semester akhir seringkali dihadapkan pada berbagai tekanan dan tantangan yang datang bersamaan. Dalam menjalani masa-masa yang menentukan masa depannya ini, kesehatan fisik dan mental mereka sangat penting. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah memberikan bantuan yang sangat diperlukan bagi banyak mahasiswa yang menghadapi tekanan. Banyak sekali orang-orang yang terbantu dengan adanya program tersebut, contohnya seperti kisah mahasiswi yang menceritakan perjuangannya pada semester akhir menggunakan BPJS Kesehatan untuk mengakses pelayanan kesehatan.
Mutiara Dwi Lestari (21) atau biasa akrab dipanggil Muti, merupakan seorang mahasiswi semester akhir di salah satu universitas negeri yang ada di Ibu Kota. Dalam perjalanannya mengejar gelar Sarjana Ilmu Komunikasi yang sedang ia tempuh, Muti telah menghadapi banyak tekanan dan tantangan. Beban akademik yang tinggi, tugas kuliah, persiapan ujian, dan pemikiran tentang masa depan adalah beberapa hal yang membuatnya merasa tertekan dan khawatir akan masa depannya.
“Masa-masa semester akhir ini adalah saat yang sangat penting untuk menentukan kelulusan saya mencapai gelar sarjana. Tekanan dari tugas-tugas kuliah yang berat dan persiapan ujian membuat saya merasa sangat stres dan kadang hal tersebut membuat fisik dan mental saya menjadi lelah, sehingga gampang emosi. Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengalami penurunan kesehatan seperti sakit kepala dan kelelahan yang mengakibatkan terganggunya fokus saya pada studi,” ucap Muti saat dijumpai di kediamannya di daerah Cipayung pada Jumat (08/09).
Muti menambahkan bahwa saat mengetahui kondisi tubuh yang kurang baik, dirinya merasa perlu mencari bantuan medis dengan segera, namun ia khawatir tentang biaya perawatan medis yang mungkin akan menjadi beban tambahan orang tuanya. Pada saat yang genting itu, ia mengingat bahwa orang tuanya mendaftarkan seluruh keluarganya menjadi peserta JKN ke segmen Peserta Bukan Pekerja Umum (PBPU) atau sebagai peserta mandiri. Kemudian Muti segera mengunjungi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan memperoleh perawatan yang dibutuhkannya tanpa harus memikirkan biaya.
“Saya merasa sangat bersyukur bahwa orang tua saya sangat mengutamakan kesehatan sehingga saya dan seluruh keluarga telah terdaftar menjadi peserta JKN. BPJS Kesehatan ini sangat berguna dan sangat menolong disaat-saat genting seperti ini. Dalam pelayanan kesehatannya sendiri saya merasa sangat lega karena bisa mendapatkan perawatan medis dengan tepat waktu. Kalau tidak ada BPJS Kesehatan, saya mungkin tidak akan bisa mendapatkan pelayanan kesehatan seperti pada saat itu. Dokter yang merawat juga memberikan diagnosis dan meresepkan obat yang sesuai untuk mengatasi penyakit saya,” ujar Muti.
Muti berpesan bagi mahasiswa lainnya yang mungkin menghadapi tekanan serupa bahwa para mahasiswa tidak sendirian dalam perjuangan ini. “Program JKN ada untuk membantu mahasiswa untuk mendapatkan perawatan yang kita butuhkan tanpa khawatir tentang biaya, sehingga kami dapat fokus dalam belajar demi mendapatkan gelar sarjana. Selanjutnya jangan pernah ragu lagi untuk mencari bantuan medis jika para mahasiswa mengalami tekanan atau masalah kesehatan lainnya karena ada JKN yang siap menjamin, ” ungkapnya.
Kisah Muti mengingatkan kita bahwa Program JKN tidak hanya memberikan perlindungan medis, namun juga merupakan sumber dukungan yang penting bagi mahasiswa yang berjuang dengan tekanan dan tantangan. Dalam perjalanan menuju kelulusan dan masa depan yang cerah, program ini memberikan harapan dan kemudahan akses ke perawatan medis.