Surabaya, Nusantarapos – Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Sains dan Teknologi, Univeristas Airlangga (Unair), Firmansyah membuka membuka diskusi nasional dengan tema Peran Mahasiswa Sebagai Akselarator Indonesia Emas 2045 pada Minggu malam di Surabaya (12/11/2023).
Firman mengajak mahasiswa untuk kembali bersikap kritis terhadap situasi dan kondisi bangsa saat ini.
Dalam diskusi kali ini kembali tampil tokoh – tokoh aktivis di tingkat nasional antara lain koordinator Sekretariat Nasional Kuning Ijo Biru (Seknas KIB) Habil Maraty, mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Situmorang, Filosof & pengamat politik Rocky Gerung dll.
Habil Marati Koordinator KIB didepan mahasiswa kembali menyoroti fungsi Legislatf yang tidak berdaya di era Presiden Jokowi. Banyak kebijakan yang tidak sesuai dengan konstitusi semisal UU Omnibuslaw yang menyebabkan terjadinya peristiwa Rempang, Riau.
“Dimana atas nama investasi, rakyat di perlakukan seperti era kolonial,” ujar Habil di Surabaya, Minggu (12/11/2023).
Habil Marati soroti APBN untuk kepentingan kekuasaan demi pencitraan. Ada ratusan triliun menjadi sampah.
“Kami mengajak mahasiswa untuk mendukung AMIN (Anies – Muhaimin) yang akan memberikan lapangan kerja, pupuk murah dan terjangkau dan mahasiswa baru lulus akan di beri modal usaha. Dan kebijakan yang pro rakyat tidak pro oligarki”, sebutnya.
Sementara di kesempatan yang sama, Saut Situmorang mantan Pimpinan KPK mempersoalkan turunnya indeks Korupsi sejak revisi UU KPK, sehingga jadi alat kekuasan. Bahkan Ketua KPK (Firly) terindikasi Korupsi. “Perlu ada keberanian untuk memilih capres yang berintegritas yakni AMIN”, serunya.
Hal senada di sampaikan Rocky Gerung, filsuf dan pengamat politik yang tampil terakhir membicarakan kekuasaan Jokowi yang makin abuse of power sehingga mengkotak katik konstitusi meloloskan putra mahkotanya, yakni Gibran.
“Peristiwa pelanggaran konstitusi lewat MK ini menyebabkan krisis berat yang bisa jadi alasan kuat Jokowi di makzulkan,” kata Rocky Gerung.
Rocky Gerung juga bilang ada alat negara sudah menjelma jadi timses (tim sukses).
Bila tidak di hentikan, legitimasi pemilu yang harusnya berlangsung jujur dan adil (jurdil) tidak terjadi.
“Jangan salah pilih Presiden, Terlalu besar Indonesia hanya untuk kelanjutan ambisi kekuasan Jokowi dan para Oligarkhy,” ucap Rocky.
Acara berlangsung dinamis dan penuh dengan tanggapan kritis dari mahasiswa. Di tengah acara tampak hadir Yasin Kara (Anggota DPR 2004-2009), Andrianto Andri Aktivis Pergerakan 98, Doni (Aktivis Surabaya) dll.