Jakarta, Nusantarapos – Sejak Taman Kanak-kanak (TK) Annisa Galuh Kinayah diarahkan orang tuanya untuk menari karena melihat kelenturan dan kelincahannya. Kelas 1 SD (2008) masuk sanggar tari Bali Dwipayana di anjungan Bali, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur.
Annisa Galuh Kinaya kelahiran 8 September 2002 dengan sapaan akrabnya Galuh ini mengatakan, selama mengikuti sanggar tari Bali, dunia tarik suara pun juga diminatinya, sehingga kedua orang tuanya berinisiatif menyalurkan bakatnya ini. Galuh pun bergabung ke sanggar vokal “Kita Production” di anjungan TMII saat menginjak kelas 2 SD (2009).
“Galuh (21) anak kedua dari 3 bersaudara yang sedang studi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III Program DIV Teknologi Laboratorium Medis semester 7 menuturkan, selama beberapa tahun Ia aktif di kedua seni tersebut hingga mengikuti ujian kenaikan tingkat, bahkan berhasil menjuarai beberapa ajang bakat tari maupun vokal.
Lanjutnya, kegiatan yang ditekuninya ini sungguh begitu padatnya, akhirnya Galuh lebih fokus ke dunia tarik suara, namun terkadang masih menari bersama kelompok tarinya,” ujarnya saat dijumpai awak media Nusantarapos.co.id di kediamannya di Jakarta pada hari ini, Kamis (11/1/2024).
“Mulai tahun ke 4 dan ke 5 Ia berkeinginan lebih mengembangkan diri lagi sehingga orang tuanya pun membantunya mencarikan guru lain untuk mematangkan vokalnya,’ ucapnya.
Galuh yang juga alumnus SMAN 9 Halim Jakarta Timur (2017-2020) ini menyatakan, saat kelas 5 SD (2011) memfokuskan dirinya pada dunia vokal juga bermusik. Ia pun secara otodidak menekuni gitar dan bass dibantu kakak dan papahnya.
Sambungnya, ditahun tersebut Ia sudah memiliki girlband “Twinkle” dengan 4 personil vokal. Juga band “A4 Kids” dengan 9 personil vokal alat musik hingga menjuarai beberapa perlombaan.
Ini tak bertahan lama, Ia pun tidak melanjutkan kedua band tersebut. Seiring berjalannya band tersebut, Ia masih mengikuti perlombaan solo vokal dengan aktif baik mewakili sekolah maupun secara personal.
Dikatakan Galuh, tahun 2014 Ia kembali membentuk band baru “ChilOk” beranggotakan 3 orang dengan 2 personil lain yang lebih muda darinya.
“Band nya kali ini seringkali menggunakan additional kenalan kami yang sudah biasa bermain musik untuk pemain bass karena memang kami tidak ada yang bermain bass,” ujar Galuh.
Galuh menuturkan, sambil menunjukkan memorial foto dan videonya, sampai ada satu moment yang mengharuskan saya bernyanyi dan bermain bass di sebuah kompetisi band cilik, dan Alhamdulillah saya pun mampu beradaptasi. Akhirnya saya melanjutkan bernyanyi sambil bermain bass.
“Sampai di titik karena perbedaan umur yang lumayan signifikan sehingga mempengaruhi kesibukan terutama pada pendidikan. Akhirnya pada tahun 2016 awal kami memutuskan mengakhiri band kami, tandasnya.
Diungkapkan Galuh, kisaran setahun lamanya Saya pun vacuum bermusik dikarenakan papahku divonis dokter sakit kanker dan tak lama lagi usia bertahan hidupnya. Sehingga satu keluarga memutuskan berhijab karena meyakini kalau belum berhijab kalau keluar rumah dilihat orang lain, dosanya menjadi tanggung jawab papahnya.
“Galuh mulai berhijab atas kesadarannya sendiri untuk menutup aurat saat menginjak kelas 1 SMP akhir, naik kelas 2 SMP karena merasa sudah gede. Dalam kesehariannya Ia dan keluarga benar benar fokus ibadah untuk kesembuhan papah,” imbuhnya.
Lebih jauh Galuh menerangkan, karena Galuh itu dikenal orangnya supel, humble, public speaking yang bagus, good looking, bisa mencuri perhatian orang.
Ada orang tua dari salah satu personil group band dan juga pernah bertemu di festival sebelumnya mengajak Aku untuk bergabung dengan group band tersebut. Melalui orang tuanya, saya mengiyakan saja ajakannya.
Galuh pun mulai aktif kembali nge-band di kelas 2 SMP (2017) dengan penampilan baru yang begitu menakjubkan yaitu menggunakan hijab. Band nya “FivePlus” dengan 4 personil yang sebaya dengannya.
Band ini pastinya jauh lebih matang karena bekal pengalaman yang dimiliki lebih banyak.
Kami pun menjuarai beberapa festival band dan bahkan menjadi band pembuka beberapa acara musik artis papan atas.
Dikarenakan sering terjadi beda pendapat suatu kelompok pastinya, apalagi kami masih dibawah pengawasan orang tua. Salah satu personil memutuskan untuk keluar karena merasa tidak sejalan lagi.
Dengan tiga personil yang ada, tidak mematahkan semangat kami bertiga untuk terus berkembang dan maju, hingga akhirnya kami mendapatkan personil baru yang ternyata jauh lebih berpengalaman dengan umur yang sebaya.
Saat saya menginjak kelas 1 SMA, mulai tahun 2018 membentuk band “Simple Rock”. Band ini adalah band terbaik yang saya miliki mulai awal berkarir menjadi vokalis band.
Disaat yang bersamaan, saya kian aktif mengikuti lomba-lomba solo vokal. Hampir di setiap minggunya, kami aktif untuk perform ataupun ikut kompetisi bahkan sampai ke beberapa kota.
Kompetisi-kompetisi yang kami ikuti itu biasanya berkategori umum, jadi pesertanya tidak hanya yang seumuran melainkan banyak yang sudah dewasa.
Jadi ini merupakan sebuah kebanggaan bagi kami untuk menujukkan kemampuan kami dengan mengalahkan peserta lain yang jauh lebih berumur.
Pada salah satu ajang festival band, kami bertemu seorang Gitaris ternama Kangen Band yang kebetulan menjadi juri di ajang tersebut.
Ia sangat tertarik dengan band kami sampai akhirnya kami dibuatkan lagu, dan kami mengeluarkan single kami berjudul “Lepas”.
Kegiatan setelah membuat video clip adalah keliling ke radio-radio di area Banten. Hingga video kami mencapai lebih dari satu juta viewer.
Kian berjalannya waktu, karena kami terikat dengan kontrak, jadi kami tidak bisa mengikuti kegiatan diluar arahan produser kami. Sampai akhirnya salah satu personil kami merasa tertahan karena tidak adanya kegiatan. Dia memutuskan untuk keluar dari band kami.
Bersamaan dengan papa saya yang kembali sakit, sehingga waktu saya untuk latihan bersama personil lain jadi berkurang. Akhirnya band kami pun berakhir disini.
Tahun 2018 akhir, saat dikelas saya mulai iseng membuat lagu. Papah mengarahkan saya untuk melanjutkan karyanya tersebut. Dengan sinergitas beberapa pihak akhirnya saya mulai rekaman dan membuat video clip lagu berjudul “Terlalu Lama”.
Video clip ini baru dipublikasikan saat pandemi Covid tahun 2020 karena beberapa kendala. Tahun 2020 Galuh mulai memasuki dunia perkuliahan. Dan saya terus berkarya sendiri dengan bersolo vokal.
Dimulai tahun 2020 hingga sekarang, saya banyak menjuarai beberapa kompetisi solo vokal di tingkat nasional.
Keaktifannya mengikuti BEM kampus selama 2 tahun berdampak padanya hingga dapat berorganisasi, mengembangkan diri dibidang softskill nya.
Dari hal yang keluarga alami, kita mendapat berkahnya sampai ke negeri Jepang. Di Jepang ingin meraih sukses baik menyanyi mupun kerja sambil paruh waktu.
Disampaikan Galuh bahwa Directornya bilang, walaupun kamu gak bisa bahasa Jepang, tapi Saya suka sama Kamu karena menarik dan bisa mengambil hati orang dan positifnya bisa menujukkan sikap rasa kecintaan nya yang besar kepada orangtua.
Dikatakan Galuh, kalau bermusik itu modalnya gede dan gak bisa dijadikan Main Job, kecuali ada artis top mengajaknya rekaman dan berkolaborasi dengannya itu lain cerita.
Galuh senantiasa memikirkan orangtuanya karena cita cita yang Ia perjuangkan bukan untuk dirinya tapi buat orang tuanya sebagai bentuk terimakasihnya kepada orang tua yang bisa membentuk dirinya seperti ini.
“Gimana kita orangtua gak nangis dengarnya karena ingin nyenengin orangtua, timpal bundanya menambahkan.
“Waktu ditanya mimpinya apa, bingung juga jawabnya,” ujar Galuh sambil melihat wajah Bundanya yang penuh semangat untuk kesuksesannya.
Galuh pun menuturkan, pokoknya hidup tanpa kerja yang sangat keras dan keras, tanpa harus diburu buru, Saya dan keluarga bisa hidup bahagia.
Hingga di penghujung 2023, ini merupakan tahun yang paling berkesan karena saya berhasil meraih juara 1 Solo Vokal di Osaka, Jepang dan juga dengan kesibukan saya dengan kegiatan akademik tingkat akhir.
Dengan begitu padatnya kegiatan akademik saya serta banyaknya tahapan dan penyaringan pada perlombaan ini, saya pun berhasil menjadi salah satu dari dua orang yang diberangkatkan ke jepang untuk mewakili Indonesia.
“Oh ternyata, di sana saya dapat membanggakan negeri dan juga orang tua saya dengan meraih juara 1. Ajang tersebut diikuti kurang lebih 40 peserta dari berbagai negara, pungkasnya. (Guffe)