Nusantara Pos. Dengan menukil ayat-ayat suci al Qur’an, Tokoh Muhammadiyah NTT, Adam Asyrakal memberikan siraman rohani kepada warga Aisyiyah NTT, pada Kegiatan pembukaan Milad Aisyiyah ke 104 bertajuk ‘Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Sebagai Pilar Kemandirian Bangsa’ di Taman Nostalgia Kupang, Minggu (5/5).
Pada siraman rohani itu, terdapat beberapa poin penting, yang pada intinya adalah ajakannya terhadap warga Aisyiyah untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan masyarakat sosial.
Pertama, warga Aisyiyah NTT diajak untuk senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan. Karena siapa yang bersyukur atas nikmat yang diberikan, maka akan ditambahkan nikmat kepadanya, sedangkan jika tidak bersyukur maka akan mendapatkan adzab yang sangat pedih.
Kedua, warga Aisyiyah NTT diajak senantiasa beriman dan bertakwa kepada Allah, serta berpikir secara sungguh-sungguh apa yang harus dilakukan untuk masa depan Aisyiyah.
“Ingat. Allah sangat teliti terhadap apa yang kita kerjakan,” ujar pengurus Pimpinan Wilayah Majelis Ulama Indonesia Nusa Tenggara Timur (MUI NTT) itu.
Tiga, warga Aisyiyah NTT diajak menjalin kerjasama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) NTT, untuk membina pasangan calon suami istri yang hendak menikah di KUA dengan pengetahuan akan kehidupan keluarga yang sakinah.
“Hanya dalam keluarga sakinah-lah muncul rasa kasih sayang dan peduli terhadap keluarga. Berbicara keluarga sakinah, diawali dari pernikahan. Regulasi kita, sebelum menikah, pasangan calon suami istri mendaftar ke KUA. Setelah mendaftar, diberikan waktu tenggang selama 12 hari. Waktu tenggang 12 hari itulah waktunya pembinaan terhadap paslon suami istri tentang pengetahuan terhadap keluarga yang sakinah. Dalam waktu 12 hari itu juga, jika ada keluarga yang berkeberatan terhadap perencanaan pernikahan paslon suami istri itu, maka segera dianulir. Coba kita nonton di TV. Banyak pertukaran suami istri atau cerai. Itu karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang keluarga sakinah sebelumnya,” papar Adam.
Empat, warga Aisyiyah NTT diajak membina ibu-ibu nelayan di pesisir pantai tentang ekonomi kreatif dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat pesisir.
“Kebahagiaan tidak dapat diukur dengan materi, tapi tanpa materi juga keluarga tidak afdol,” sambungnya.
Lima, warga Aisyiyah NTT diminta peka terhadap persoalan Human Trafficking yang sebagian besar korbannya adalah anak dan perempuan.
Enam, warga Aisyiyah NTT diminta memperkenalkan Aisyiyah kepada masyarakat luas.
“Esensi ber-Muhammadiyah adalah membawa diri dari lingkungan persyarikatan untuk menyapa masyarakat luas. Sebagaimana yang sedang dilaksanakan di Milad ini melalui Jalan Santai dan Expo Aisyiyah. Karena Aisyiyah bukan hanya untuk Aisyiyah saja, tetapi juga untuk masyarakat, bangsa dan negara,” tutup Adam. (*MRT)