Nusantara Pos. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Nusa Tenggara Timur (PWM NTT), Prof.Dr.Sandi Maryanto mengatakan, perjuangan Aisyiyah di NTT khususnya Kota Kupang, melalui kegiatan amal usahanya yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan dan masyarakat tak ternilai harganya.
Namun menurutnya, warga Aisyiyah NTT sebagai perkumpulan pergerakan perempuan perlu untuk meningkatkan kemandirian ekonominya sebagai penyanggah keluarga, yang kemudian menjadi pilar kemandirian bangsa.
“Pada kesempatan ini saya hanya ingin menyampaikan beberapa hal. Sesuai tema Milad, Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Sebagai Pilar Kemandirian Bangsa’. Kata pilar itu dalam bahasa Jawa adalah soko guru. Di dalam rumah kuno itu soko guru itu ada empat tiang. Kemandirian ekonomi perempuan adalah soko guru atau tiang penyanggah kemandirian keluarga yang merupakan sebagai pilar kemandirian bangsa itu,” ujar Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang tersebut dalam sambutannya pada Kegiatan Milad Aisyiyah ke 104 yang bertajuk ‘Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Sebagai Pilar Kemandirian Bangsa’ di Taman Nostalgia Kupang, Minggu (6/5).
Dengan kemandirian ekonomi, lanjutnya, sudah menjadi barang tentu terciptalah kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran bangsa.
“Itulah yang disebut Islam berkemajuan dan bangsa berkemajuan,” sambungnya.
Sementara itu, Aisyiyah itu sendiri, lanjut Sandi, adalah wadah perjuangan perempuan melalui kegiatan-kegiatan amal usahanya.
“Jika melihat Sub-Tema kegiatan, Islam Itu Sayang Anak dan Keluarga, mari kita menengok di kota-kota besar. Banyak anak yang diculik dan dipaksa melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai seperti mengemis dan lainnya. Aisyiyah hadir melalui amal usahanya berjuang untuk menjaga anak dan keluarga,” pungkasnya. (*MRT)