MAGELANG,NUSANTARAPOS,- Ditengah geliat pembangunan di Indonesia, peran wanita dalam masyarakat sering kali menjadi sorotan. Apalagi di pedesaan seperti di Negeri Kahyangan, Dusun Sidodadi, Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang ini, banyak dijumpai wanita-wanita tangguh dan mandiri yang ikut serta mendukung suami mereka dalam mengais rejeki untuk kebutuhan sehari-harinya. Mereka tidak mudah berpangku tangan serta hanya mengandalkan suaminya saja dalam mencari kebutuhan untuk keluarganya.
Desa di bawah kaki Gunung Merbabu dan dikelilingi oleh gunung ini, memiliki keindahan alam begitu menakjubkan. Mulai dari pemandangan yang nampak rupawan, udara yang begitu sejuk dan tanah yang begitu subur menambah kelengkapan bagi warga Desa Wonolelo. Hal ini menggambarkan betapa Agungnya Mahakarya Sang Pencipta. Di sanalah denyut kehidupan warga mulai terlihat. Aroma masakan mengepul dari dapur-dapur sederhana, anak-anak bersiap berangkat sekolah, sementara para lelaki memikul cangkul menuju ladang. Namun di Wonolelo, perempuan tak sekadar mengurus rumah. Mereka turun ke sawah, menggenggam harapan dalam setiap benih yang mereka tanam. Dengan tangan yang lembut tetapi penuh keteguhan, mereka mencangkul, menanam, dan merawat tanaman menjadikan tanah subur ini sebagai pijakan kokoh bagi kesejahteraan keluarga.

Namun, di balik ketangguhan mereka, ada kenyataan yang masih menjadi tantangan. Jalanan berbatu dan terjal menjadi penghalang yang seakan tak pernah surut. Hasil bumi yang mereka panen harus diangkut melewati jalur yang kerap berubah licin saat hujan turun, memperlambat langkah dan menambah risiko. Bukan hanya ekonomi yang terhambat, tetapi juga pendidikan anak-anak mereka. Dari 1.065 anak usia sekolah di Wonolelo, 183 harus mengubur mimpi mereka lebih awal karena sulitnya akses dan keadaan ekonomi yang memaksa mereka memilih jalan lain.
Sekarang, di tengah keterbatasan itu, cahaya harapan mulai merekah. TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler Ke-123 Kodim Magelang hadir bukan sekadar membawa alat berat dan semen, tetapi juga harapan yang telah lama dinanti. Bagi para wanita tangguh di sini, TMMD bukan sekadar pembangunan jalan. Ini adalah pintu menuju masa depan yang lebih baik, di mana mereka tak lagi harus melewati jalanan terjal hanya untuk membawa hasil panen ke pasar atau mengantar anak-anak mereka menuju sekolah.
Di Wonolelo, wanita bukan hanya sekadar pelengkap dalam kisah kehidupan. Mereka adalah akar yang menjaga pohon kehidupan tetap berdiri, pelita yang tetap menyala meski angin tantangan terus berembus. Dan kini, dengan langkah yang semakin mantap, mereka menatap ke depan karena di Negeri Kahyangan, harapan tak pernah benar-benar padam.
TMMD Ke-123 Kodim 0705/Magelang: Langkah Nyata Membangun Wonolelo
Pagi di Taman Wisata Tol Kahyangan menyambut dengan selimut kabut yang masih bergelayut di perbukitan. Udara dingin khas lereng Merbabu merayap perlahan, membawa aroma tanah yang lembap selepas embun semalam. Dari kejauhan, siluet Gunung Merbabu berdiri kokoh, mengawasi Desa Wonolelo yang hari ini menapaki babak baru dalam pembangunan.

TMMD Reguler Ke-123 Kodim 0705/Magelang resmi dimulai, menandai langkah besar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program yang berfokus pada pembangunan infrastruktur ini tidak hanya bertujuan memperbaiki akses jalan dan pemukiman, tetapi juga membuka peluang bagi sektor pertanian dan agrowisata yang menjadi andalan desa.
Di lapangan desa, suasana mulai menggeliat. Prajurit TNI bergerak memastikan persiapan berjalan sesuai rencana. Warga pun berdatangan, sebagian besar petani dan pedagang yang meninggalkan rutinitas mereka sejenak untuk menyaksikan pembukaan. Bagi mereka, program ini bukan sekadar proyek, tetapi harapan akan kehidupan yang lebih baik dengan jalan yang lebih layak, akses air yang lebih mudah, serta fasilitas pemukiman yang lebih memadai.
Upacara Pembukaan: Antara Sinergi dan Harapan
Kabut masih menggantung rendah ketika ratusan orang berkumpul di lapangan desa. Upacara pembukaan digelar dengan khidmat, dihadiri oleh Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo, Kapolresta Magelang Kombes Pol Herbin Sianipar, serta jajaran Forkopimda dan Forkopimcam.
Dalam sambutannya, Pj Bupati Magelang, Sepyo Achanto, menegaskan bahwa TMMD bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga wujud nyata dari sinergi antara TNI, pemerintah, dan masyarakat. Program ini diharapkan dapat memberikan dampak berkelanjutan bagi kesejahteraan warga, terutama dalam mendukung ketahanan pangan dan pengembangan ekonomi desa.
Di antara barisan warga yang hadir, Barjo, pimpinan kelompok seni Soreng Warga Bersatu dari Dusun Wonodadi, tampak antusias. Ia bersama kelompoknya telah menyiapkan pertunjukan tari Soreng sebagai bagian dari pembukaan. Bagi mereka, TMMD bukan hanya momentum pembangunan, tetapi juga ajang untuk mengangkat kembali budaya lokal agar tetap lestari.
Seiring dentuman genderang yang mengiringi tarian, semangat TMMD semakin terasa. Ini bukan sekadar seremoni, tetapi langkah awal dari perubahan yang telah lama dinantikan masyarakat Wonolelo.
Membangun Infrastruktur, Mewujudkan Kesejahteraan
Program TMMD kali ini mencakup sejumlah proyek infrastruktur yang menjadi kebutuhan utama warga. Sebanyak 15 rumah tidak layak huni akan direhabilitasi, memberikan tempat tinggal yang lebih layak bagi keluarga yang selama ini hidup dalam keterbatasan. Di sektor penyediaan air bersih, dua titik sumur bor akan dibangun di Obyek Wisata Negeri Kahyangan dan Tanah Bengkok Ngangkrong, sementara pipanisasi sepanjang 1.500 meter akan mengalirkan air ke Dusun Windusajan.
Salah satu proyek yang paling dinantikan adalah pembangunan jalan corblok yang menghubungkan Dusun Sanden dan Dusun Denokan. Jalur ini selama bertahun-tahun menjadi tantangan bagi petani dalam mengangkut hasil panen. Saat musim hujan, medan berlumpur sering kali menghambat distribusi, menyebabkan kerugian akibat keterlambatan ke pasar.
Bagi para pelajar, jalan ini juga menjadi penghubung utama menuju sekolah. Dengan adanya perbaikan infrastruktur, perjalanan yang sebelumnya sulit diharapkan dapat lebih aman dan nyaman.
Pariyah, salah seorang petani sayur di Wonolelo, menyampaikan harapannya.
“Kalau jalan sudah bagus, hasil panen bisa lebih cepat sampai ke pasar. Tidak lagi harus dipikul jauh-jauh atau motor tergelincir karena jalan licin,” ungkapnya.
Dengan akses yang lebih baik, distribusi hasil pertanian menjadi lebih efisien, membuka peluang peningkatan ekonomi bagi masyarakat.
Cahaya Pertama di Negeri Kahyangan: Menyingkap Jalan Menuju Harapan
Di antara lembah dan perbukitan Dusun Denokan dan Bentrokan, ada jalan yang lebih dari sekadar jalur tanah dan batu. Ia adalah denyut kehidupan yang menghubungkan rumah-rumah dengan sekolah, ladang dengan pasar, dan masa lalu dengan masa depan. Setiap hari, anak-anak melangkah di atasnya dengan harapan, petani menapakinya dengan beban panen di pundak, dan roda kendaraan melaju perlahan, membawa cerita dari desa ke kota.
Namun, selama bertahun-tahun, jalan ini lebih mirip sekat daripada penghubung. Saat hujan turun, tanahnya berubah menjadi kubangan yang menahan langkah. Di musim kemarau, debu berhamburan, memburamkan pandangan. Bukan hanya menyulitkan, jalan ini telah menjadi penghalang bagi kehidupan yang lebih baik.
Melalui TMMD Reguler Ke-123, jalan corblok sepanjang 1.600 meter dengan lebar 2,5 – 3 meter mulai dibangun. Tak hanya di sini, Dusun Malang juga mendapat pembangunan serupa, lengkap dengan talud di beberapa titik untuk menahan longsor. Jalan ini tak sekadar memperpendek jarak, melainkan membentangkan akses yang lebih luas menuju pendidikan yang lebih dekat, ekonomi yang lebih berkembang, dan kehidupan yang lebih aman.
Pemilihan lokasi ini bukan tanpa alasan. Jalan ini berbatasan langsung dengan Pempeng, Kabupaten Boyolali, sekaligus menjadi satu-satunya jalur evakuasi saat bencana datang. Di sinilah semuanya berpangkal tempat perekonomian berputar, tempat anak-anak menggantungkan cita-cita, dan tempat harapan dirajut dari tanah yang selama ini sunyi.

Namun, seperti membangun harapan, membangun jalan ini pun tak mudah. Medan yang terjal dan akses material yang terbatas menjadi tantangan besar. Semen, pasir, dan batu tak bisa langsung diangkut ke lokasi. Semuanya harus melewati tiga tahap mulai diangkut dengan truk ke titik awal, dipindahkan ke kendaraan L300, lalu dipanggul satu per satu oleh prajurit dan warga, menyusuri jalur yang menanjak.
“Gotong royong adalah kekuatan utama,” ujar seorang warga yang bahunya tak hanya terbiasa memikul beratnya material, tetapi juga beban
Membangun dengan Tangan, Tekad, dan Doa
Setiap hari, 150 personel TNI dan 100 warga bekerja sejak pagi hingga sore. Ramadan bukan alasan untuk melambat. Di bawah terik matahari, mereka tetap mencangkul, mengaduk semen, dan meratakan coran. Bahkan, atas permintaan warga, pekerjaan berlanjut hingga malam hari. Namun, suhu dingin yang menusuk hingga 18°C menghadirkan ujian lain menyelinap di sela-sela pakaian, merasuk hingga ke tulang.

Di antara suara molen yang terus berputar dan cangkul yang membelah tanah, ada semangat yang tak terlihat tetapi nyata seperti akar yang bekerja dalam diam, menguatkan tanah tempat kehidupan bertumbuh.
Namun, musuh terbesar bukan hanya medan, melainkan cuaca yang tak menentu. Hujan turun tiba-tiba, menghambat pekerjaan, membuat semen sulit mengering, dan tanah menjadi licin. Tapi bagi mereka yang terbiasa menghadapi kerasnya hidup, ini hanya rintangan kecil. Bahkan jika harus melawan cuaca, mereka tetap melangkah.
Muhammad Reza (38), pemuda Dusun Surodadi, memilih menghabiskan waktu luangnya untuk membantu pengecoran jalan. “Bulan puasa tidak menyurutkan semangat saya untuk membantu,” katanya.
Seharusnya, hari libur adalah waktu bersama keluarga, tapi ia merasa tak pantas hanya berdiam diri. “Ubur-ubur ikan lele, bulan puasa tetap ngecor, Le,” candanya, menyulut tawa di tengah lelah yang menggunung.
Kapten Kav Sriyanto, Pasiter Kodim 0705/Magelang, pun mengapresiasi dedikasi warga. “Ramadan tak menghalangi tekad kami. Ini bukan sekadar membangun jalan, tetapi juga membangun kebersamaan,” ujarnya.
Suatu hari nanti, jalan ini akan menjadi saksi, tentang anak-anak yang melangkah lebih ringan menuju sekolah, tentang petani yang tersenyum saat membawa hasil panennya, dan tentang sebuah desa yang akhirnya terbebas dari keterisolasian.
TMMD bukan sekadar membangun jalan. Ia membangun koneksi antara desa dan kota, antara mimpi dan kenyataan, antara harapan dan kehidupan.
Menyulam Rumah, Menjalin Harapan di Negeri Kahyangan
Pagi di Negeri Kahyangan selalu datang dengan ketenangan yang akrab. Angin dari lereng Merbabu berembus perlahan, membawa aroma tanah basah dan menyelinap di antara rumah-rumah yang berdiri di sepanjang desa. Sebagian masih kokoh memeluk penghuninya, tetapi tak sedikit yang tampak letih menahan waktu, dinding kayu yang mulai lapuk, atap berlubang yang membiarkan hujan masuk tanpa izin, dan lantai tanah yang dingin seperti menggigil menanti perubahan.
Namun, hari ini ada yang berbeda. Di berbagai dusun, suara palu dan gergaji menggantikan kesunyian. Debu beterbangan, serpihan kayu berserakan, dan tumpukan batu bata memenuhi halaman. Rumah-rumah yang dulu ringkih kini bersiap menumbuhkan akar baru, berdiri lebih tegak untuk menaungi kehidupan di dalamnya.

Salah satunya adalah rumah Mulyadi (72), seorang lelaki tua di Dusun Wonolelo yang telah terlalu lama hidup dalam kecemasan setiap kali mendung menggantung. Hujan bukan lagi sekadar rintik di atap, melainkan tamu tak diundang yang menyusup lewat celah-celah kayu, membuat malam-malamnya penuh kekhawatiran. Namun kini, berkat program TMMD Reguler Kodim 0705/Magelang, ketakutan itu perlahan digantikan oleh harapan.
Di halaman rumahnya, prajurit TNI dan warga bekerja dalam irama yang padu mengangkat material, memasang rangka, menumpuk bata seolah sedang merajut ulang cerita. Letda Inf Adi Mardiyanto Dan SSK TMMD, menyebut kebersamaan ini sebagai kunci utama percepatan pembangunan. “Kolaborasi antara TNI dan masyarakat di lapangan sangat berarti. Setiap tenaga yang dikerahkan adalah langkah menuju perubahan,” tuturnya
Sementara itu, Kapten Kav Sriyanto, Pasiter Kodim 0705/Magelang, menegaskan bahwa bantuan ini tidak diberikan sembarangan. “Kami turun langsung ke lapangan, dari rumah ke rumah. Data dari desa menjadi acuan, tetapi kami ingin melihat sendiri bagaimana kondisi mereka yang benar-benar membutuhkan. Bantuan ini harus sampai kepada tangan yang tepat,” tegasnya.
Di sudut rumahnya yang sedang dibangun, Tumin menatap dinding-dinding baru itu dengan mata yang menyimpan cahaya. “Alhamdulillah, sebentar lagi saya bisa tinggal di rumah yang aman dan nyaman,” ucapnya pelan, seakan masih tak percaya.
Mengalirkan Kehidupan di Lereng Merbabu
Di lereng Merbabu yang sejuk, air adalah denyut nadi kehidupan. Namun, bagi warga Dusun Windu Sajan, Dusun Surodadi, dan Dusun Wonodadi, air bersih bukanlah sesuatu yang mudah didapat. Kemarau panjang kerap membuat mereka harus berjalan berkilo-kilometer menuju sumber air, meniti jalanan berbatu demi membawa pulang seember air yang tak seberapa. Kini, harapan mereka mulai menemukan jalannya melalui pipa-pipa yang terhubung dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-123.
Jalur sepanjang 1.700 meter tengah digali di Windu Sajan, menjadi urat nadi baru yang akan mengalirkan air bersih bagi 220 kepala keluarga. Di bawah terik matahari, prajurit TNI dan warga bekerja bahu-membahu. Cangkul menembus tanah, keringat bercucuran, tetapi tak ada keluhan. Yang ada hanyalah semangat sebuah gotong royong yang menjadi napas dari setiap pembangunan yang dilakukan dalam TMMD.
“Air ini bukan hanya untuk minum,” tutur Marpomo, Kepala Desa Wonolelo yang turut memasang pipa, jemarinya masih berlumur tanah. “Ini untuk sawah kami, ternak kami, untuk masa depan anak-anak kami,” ungkapnya..
Setiap pipa yang tersambung bukan sekadar infrastruktur; ia adalah jembatan menuju kehidupan yang lebih baik. Kepastian bahwa air akan mengalir hingga ke rumah-rumah warga menjadi tanggung jawab utama Satgas TMMD.
“Kita pastikan air ini benar-benar mengalir sampai ke rumah warga,” ujar seorang prajurit kepada timnya. Tatapan mereka tegas, menyadari bahwa tugas mereka bukan hanya membangun, tetapi juga memastikan manfaatnya benar-benar dirasakan.
Membawa Air untuk Masa Depan
Selain pipanisasi di Windu Sajan, TMMD kali ini juga menghadirkan dua sumur bor di Dusun Surodadi dan Dusun Wonodadi. Sumur-sumur ini bukan sekadar lubang di tanah, tetapi sebuah harapan yang digali hingga kedalaman 80 meter, tempat air kehidupan akan muncul dan membebaskan warga dari belenggu kekeringan.
Di Surodadi, sumur ini akan mengairi 250 kepala keluarga dan menopang pertanian seluas 40 hektare. Sementara di Wonodadi, air dari kedalaman yang sama akan menghidupi 350 kepala keluarga serta menyuburkan lahan pertanian seluas 50 hektare.

Di lokasi pengeboran, warga berkumpul, menyaksikan bagaimana air perlahan-lahan mulai muncul dari perut bumi. Ada harap-harap cemas, tetapi lebih banyak kegembiraan yang terpancar dari mata mereka.
“Saat kemarau, kami harus menempuh tiga kilometer ke Sungai Pabelan, Pak,” ucap seorang lelaki paruh baya. Suaranya lelah, namun ada nada syukur yang terselip di sana.
Air ini bukan hanya untuk mengisi kendi dan bak mandi, tetapi juga untuk sawah yang menguning, untuk ternak yang haus, bahkan untuk menopang objek wisata Negeri Kahyangan yang menjadi kebanggaan daerah mereka.
Komandan Korem 072/Pamungkas, Brigjen TNI Bambang Sujarwo, menegaskan bahwa TMMD bukan sekadar membangun, tetapi menghadirkan perubahan yang nyata.
TMMD ke-123 di Wonolelo bukan hanya tentang menggali tanah atau memasang pipa. Ini tentang menghadirkan kehidupan. Dan di lereng Merbabu yang hening, air kini mulai mengalir bersama harapan, bersama masa depan yang lebih baik.
TMMD Reguler ke-123: Menyemai Ilmu, Membangun Kehidupan
Di tengah kesibukan membangun infrastruktur, Satgas TMMD Reguler ke-123 Kodim 0705/Magelang tetap memanfaatkan bulan Ramadan untuk berbagi ilmu dengan mengajar mengaji kepada anak-anak di Dusun Sanden, Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.
Menjelang berbuka puasa, anggota Satgas bersama anak-anak belajar mengaji. Kegiatan ini merupakan inisiatif Satgas TMMD untuk memberikan pembinaan keimanan kepada generasi muda. Anak-anak terlihat antusias mengikuti pembelajaran, membaca ayat-ayat suci dengan bimbingan langsung dari Pratu Fadli bersama rekan Satgas yang lainnya.
Selain itu, berbagai program nonfisik turut digelar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyuluhan Pencegahan Stunting dan Sumber Gizi yang Baik untuk Ibu Hamil dan Anak dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang menjadi langkah awal dalam mencegah masalah gizi buruk di desa. Sementara itu, penyuluhan tentang Posyandu dan Posbindu dari PPPA dan PPKB Kabupaten Magelang bertujuan memperkuat layanan kesehatan di tingkat desa.
Polresta Magelang turut ambil bagian dalam memberikan penyuluhan Kamtibmas/Narkoba serta Disiplin dan Tertib Hukum, menanamkan kesadaran akan pentingnya keamanan dan kepatuhan terhadap aturan. Di sisi lain, Kesbangpolinmas Kabupaten Magelang mengadakan penyuluhan wawasan kebangsaan (Wasbang) untuk memperkuat rasa cinta tanah air, dan Kodim 0705/Magelang memberikan penyuluhan bela negara guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang peran mereka dalam menjaga persatuan bangsa.
Di era digital, penyuluhan tentang penggunaan media sosial yang bijak dari Diskominfo Kabupaten Magelang menjadi langkah penting untuk mengedukasi masyarakat dalam memanfaatkan teknologi dengan baik. Tak ketinggalan, Dinas Sosial Kabupaten Magelang menggelar penyuluhan tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), memberikan wawasan tentang perlindungan dan hak-hak korban.
Dukungan terhadap perekonomian masyarakat juga menjadi bagian dari program ini. Disperindag Kabupaten Magelang memberikan pembinaan bagi pelaku UMKM untuk membantu meningkatkan kualitas usaha mereka. Di sektor pertanian, Distankab Magelang mengadakan sosialisasi tentang pertanian serta pendampingan harga gabah ≥ 6500 kepada petani yang bekerja sama dengan Bulog dan Kodim 0705/Magelang. Pelatihan pertanian, peternakan, dan perkebunan bagi penyandang difabel yang dipimpin oleh Serda Mugiyantho juga menjadi bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat.
Selain penyuluhan, kegiatan sosial turut menjadi perhatian. Kodim 0705/Magelang menyalurkan 100 paket bantuan stunting untuk anak-anak yang membutuhkan. Penanaman 1.000 batang pohon di Dusun Wonodadi menjadi langkah konkret dalam upaya penghijauan, sementara pembangunan ketahanan pangan di lahan kosong bekas tambang seluas 10 hektare di Dusun Sumber, Kecamatan Dukun, dengan tanaman jagung hibrida diharapkan mampu mendukung ketahanan pangan daerah.
Dandim 0705/Magelang, Letkol Jarot Susanto, menegaskan bahwa TMMD merupakan wujud nyata kemanunggalan TNI dengan rakyat dalam membantu percepatan pembangunan di daerah, khususnya wilayah terpencil dan tertinggal.
“Dengan adanya program ini, kami berharap dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan infrastruktur serta pemberdayaan ekonomi dan sosial. Kami juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berperan aktif, sehingga hasil dari TMMD dapat benar-benar dirasakan manfaatnya dalam jangka panjang,” katanya.
Dengan berbagai program yang dijalankan, TMMD Reguler ke-123 tidak hanya menghadirkan pembangunan fisik, tetapi juga membangun manusia, menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Kabupaten Magelang.
Negeri Kahyangan: Cahaya Baru dari TMMD 123 Kodim 0705/Magelang
Di kaki langit yang dibingkai perbukitan hijau, Negeri Kahyangan berdiri dalam keheningan yang menawan. Alamnya seperti lukisan yang hidup, sawah menghampar luas, hutan pinus menjulang, dan air terjun mengalir jernih, membawa kedamaian bagi siapa saja yang singgah. Namun, di balik keindahan itu, ada perjuangan panjang masyarakatnya untuk mendapatkan akses yang lebih baik. Kini, berkat TMMD 123 Kodim Magelang, desa ini tak lagi sekadar surga tersembunyi. Ia telah menemukan cahaya baru yang menerangi jalannya menuju masa depan.

Tim Pengawas dan Evaluasi (Wasev) dari Mabesad, Mayjen Amrin Ibrahim S.I.P., M.Si. mengungkapkan bahwa, dengan hampir selesainya pengerjaan TMMD di Desa Wonolelo ini semakin yakin ke depan kehidupan desa ini semakin lebih baik. Faktor ekonomi akan meningkat lebih tajam dengan memanfaatkan akses jalan yang sudah dibuat oleh TMMD ke-123 ini dengan menjual hasil perkebunan. “Saya sangat mengapresiasi kinerja para prajurit ini dalam melaksanakan TMMD regular ke-123 karena pelaksanaannya benar-benar dapat selesai dengan baik.”
Transformasi yang Mengubah Wajah Desa
TMMD bukan sekadar proyek pembangunan; ia adalah jembatan yang menghubungkan harapan dengan kenyataan. Di Wonolelo, jalan yang dulu berbatu kini lebih mudah dilalui, jembatan menghubungkan yang terpisah, dan air bersih mengalir lebih lancar, membawa kehidupan yang lebih baik bagi warganya.
Namun, perubahan terbesar bukan hanya pada infrastruktur, melainkan pada semangat masyarakatnya. Dengan berbagai penyuluhan dan pelatihan, mereka kini lebih percaya diri menghadapi tantangan. Pendidikan, kesehatan, dan keterampilan menjadi bekal yang memperkuat mereka dalam menata kehidupan. TMMD tak hanya membangun desa, tetapi juga menanamkan keyakinan bahwa perubahan ada di tangan mereka sendiri.
Keindahan yang Kini Lebih Dekat
Negeri Kahyangan selalu memikat dengan pesona alamnya. Di pagi hari, kabut menyelimuti perbukitan, menciptakan pemandangan bak negeri di atas awan. Hutan bambu berdiri kokoh, menjadi tempat yang menenangkan bagi siapa saja yang ingin sejenak melupakan hiruk-pikuk kota.
Kini, dengan akses yang lebih baik, keindahan ini tak lagi hanya dinikmati oleh penduduk setempat. Wisatawan mulai datang, menyusuri jalan desa yang lebih layak, menikmati udara segar, dan merasakan keramahan masyarakat. Negeri Kahyangan bukan lagi sekadar cerita yang beredar dari mulut ke mulut, tetapi destinasi yang siap dijelajahi.
Menjaga Warisan, Merawat Tradisi
Di balik alamnya yang memukau, Negeri Kahyangan juga kaya akan budaya dan tradisi. Masyarakatnya masih menjaga kearifan lokal, dari ritual sedekah bumi yang penuh makna hingga kuliner khas yang menjadi bagian dari identitas mereka. Di setiap hidangan tersimpan kisah, di setiap perayaan ada doa dan harapan.
Dengan kehadiran TMMD, warisan ini semakin kokoh. Pembangunan tidak menghapus tradisi, melainkan memperkuatnya. Masyarakat memiliki akses lebih baik untuk mengembangkan usaha, menjaga hasil bumi, dan berbagi cerita tentang tanah yang mereka cintai.
Sinergi untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Kini, Wonolelo bukan lagi desa yang tersembunyi di balik bukit. Berkat TMMD 123, ia telah menemukan jalannya untuk bersinar. Dengan pembangunan yang membawa kemudahan, dengan masyarakat yang semakin berdaya, dan dengan budaya yang tetap terjaga, desa ini bukan hanya bertahan tetapi tumbuh menjadi lebih kuat.
Danramil 12 Sawangan, Kapten I Ketut Kukuh AW, S.Sos., menegaskan bahwa TMMD adalah bukti nyata sinergi dalam membangun negeri, terutama di wilayah terpencil yang sering terabaikan.
“Ini merupakan langkah nyata sinergi antara pemerintah dan TNI di bidang pembangunan daerah. Yang tak kalah penting, adanya interaksi positif antara Satgas TMMD dan masyarakat menciptakan keakraban serta memperkokoh kemanunggalan TNI dengan rakyat,” imbuhnya.

Disisi lain, Pangdam IV/Diponegoro, Mayjen TNI Deddy Suryadi, S.I.P., M.Si melalui Danrem 072/Pamungkas, Brigjen TNI Bambang Sujarwo mengungkapkan bahwa sebagai Pangdam sangat mengapresiasi kinerja yang dilakukan oleh anggota satgas TMMD Kodim Magelang serta masyarakat Desa Wonolelo yang dilakukan secara gotong royong. “Ini tak lepas dari tradisi kita yang bekerja secara gotongroyong. Kita harus tetap mempertahankannya, karena TNI ini dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat,” katanya dengan bersemangat.
Di Negeri Kahyangan, perubahan bukan lagi sekadar harapan. Ia telah menjadi nyata tumbuh bersama masyarakatnya, mengalir dalam kehidupan sehari-hari, dan kini bersiap menyongsong masa depan dengan keyakinan yang lebih kokoh dari sebelumnya.