Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Pertemuan antara Presiden Republik Indonesia ke 8 Prabowo Subianto dan Presiden Republik Indonesia ke 5 Megawati Soekarno Putri seperti sebuah langkah rekonsiliasi dua raja, satu tahta pasca pemilu 2024 lalu yang sempat sedikit memanas. Pertemuan kedua tokoh bangsa itu tentunya menjadi harapan baru bersama agar situasi yang sebelumnya panas bisa kembali sejuk dengan sama-sama berpikir memajukan bangsa dan negara ini.
Pertemuan antara keduanya pun mendapatkan apresiasi dari Tim Hukum Merah Putih yang merupakan organ relawan pendukung Prabowo-Gibran.”Kita sebagai relawan dari Pak Prabowo sangat mengapresiasi langkah-langkah itu. Bagaiamana pun juga pertemuan yang ditunjukkan itu mudaha-mudahan bisa menjadi langkah baru ke depan pemerintah dibawah Prabowo Subianto ini semakin kuat dan mendapatkan benefit yang baik,” kata Kordinator Tim Hukum Merah Putih C. Suhadi di Jakarta, Rabu (9/4/2025).
Dia mengatakan dengan begitu pembangunan ke depan akan jauh bisa berjalan. Segala harapan pemerintah bagaimana memajukan bangsa dan negara ini bisa cepat terealisasikan.
“Kita juga mengapresiasi sikap dari Ibu Mega sebagai ketua umum PDIP yang begitu sangat elegan bisa menerima Bapak Presiden Prabowo. Tentunya kita tidak ingin mendengar isu-isu yang menyerang dan sebagainya pasca pertemuan itu,” ujar Suhadi.
Suhadi menjelaskan meskipun begitu tapi kita tetap berharap jika nanti PDIP ada di dalam pemerintahan, kritik dan saran untuk membangun itu tetap diperlukan. Karena yang namanya di dalam kabinet bukan segala-galanya yang harus diikuti sehingga perlu adanya koreksi.
“Tak lupa kita juga berterimakasih dengan Pak Dasco (Sufmi Dasco,red) yang begitu piawai dalam memerankan pertemuan ini. Dari tangan beliau inilah pertemuan tersebut bisa terjadi, terlebih momennya sedang tepat dalam suasana lebaran,” ungkapnya.
Untuk diketahui Prabowo mengunjungi Megawati ke kediamannya di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin malam (7/4/25) kemarin.
Dalam pertemuan itu, selain membicarakan hal-hal pribadi, keduanya juga mendiskusikan isu-isu penting, seperti perang dagang Amerika Serikat, konflik di Timur Tengah, serta berbagai topik strategis nasional yang menyangkut kesejahteraan rakyat dan keberlangsungan negara.