Kelangkaan BBM jenis Solar di SPBU Tuban terjadi, Antrian kendaraan meluas hingga ke badan jalan. Bikin Sopir Terpaksa Antre Berjam-jam.
TUBAN – Nusantarapos.co.id – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar atau biosolar membuat runyam antrian di beberapa SPBU di Kabupaten Tuban.
Mengeringnya stok bahan bakar kendaraan diesel ini membuat sebagian penggunanya menggerutu. Bahkan menyebabkan antrian hingga memanjang ke badan jalan. Alhasil, sopir terpaksa mengantri hingga diluar area antrian SPBU dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sebelumnya masyarakat Tuban dibuat resah dengan dugaan adanya Pertalite oplosan. Sebagian membuat sepeda motor brebet (tersedat). Belum reda, keriyuhan terjadi pada BBM jenis solar. Disebagian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) hasil olahan fosil ini kosong alias habis stok.
Sejak beberapa hari terakhir, sejumlah sopir truk dan angkutan umum mengeluhkan sulitnya mendapatkan solar. Kalaupun ada, biasanya harus antri dari pagi hingga tengah hari. Nampak di lapangan antrean panjang kendaraan pun tak terhindarkan di berbagai titik.
Semisal antrean kendaraan bertonase besar antri di SPBU Gesing, turut Kecamatan Semanding. Jalur Pantura yang seharusnya bebas hambatan, justru sisi badan jalannya untuk antrian. Serupa di SPBU Sleko, Kelurahan Gendongombo, Kecamatan Semanding. Saking macetnya, bahkan anggota Satlantas, Polres Tuban diterjunkan, Kamis (30/10). Pada malamnya, antrian itu juga masih juga belum mencair.
Keluhan sopir diutarakan Toni Hermawan, saat mengantri di SPBU Sleko. Sudah hampir setengah hari mengaku antre. Sejak pagi, sekitar pukul 09:00 pagi sampai pukul 13:00 WIB.
“tadi setelah angkut penumpang, antri sekitar jam 09.00 sampai jam 13.00. Biasanya dari Kerek ngangkut penumpang, tapi sekarang tertunda karena solar langka,” sambat Toni sembari menunggu antrian.
Kondisi seperti ini terjadi sudah sejak 2 hari terakhir. Banyak sopir yang terpaksa memarkirkan kendaraan lebih dulu sambil menunggu giliran pengisian. Bahkan sebagian sopir memilih membeli solar eceran untuk menghindari antrean panjang di SPBU.
“kalau kendaraan banyak ya sampai jalan sama mas. Biasa mas kalau akhir bulan begini,” sahut Ihsan, salah satu sopir truk lainnya.
Menurutnya, kelangkaan BBM jenis solar ini sering terjadi. Dipastikan pada akhir tahun, bahkan sekitar dua atau tiga bulan sekali. Sejawat sopir ini berharap agar kelangkaan solar ini tidak terjadi setiap tahun.
“kita sudah kerja susah, jangan langka terus, supaya lancar dan tidak seperti ini terus. Ini bikin pekerjaan kami tersendat,” harapnya.
Akibat kelangkaan ini, aktivitas pengangkutan logistik dan distribusi barang di sejumlah wilayah Tuban menjadi terganggu. Para sopir mengaku rugi waktu dan biaya karena operasional terhambat.
Menanggapi kondisi tersebut, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Ahad Rahedi, menampik akan fenomena kelangkaan solar. Sebab, antrian panjang tidak ada hubungannya dengan kelangkaan solar.
“Antrean belum tentu diartikan terjadi kelangkaan. Antrean menunjukkan adanya kebutuhan akan barang yang sama di waktu yang bersamaan,” katanya melalui pesan singkat.
Ia menambahkan, stok Biosolar di SPBU wilayah Tuban dan sekitarnya sejatinya aman. Bahkan jatah Biosolar di SPBU wilayah Tuban dan sekitarnya masih ada dan tersedia. Jika ada SPBU yang kosong atau tidak melakukan pengisian solar, tandanya statusnya sedang dalam pengiriman.
“Kami memantau secara digital stok produk di masing-masing SPBU,” terangnya.
Ahad juga menjelaskan bahwa Biosolar merupakan jenis BBM bersubsidi yang penyalurannya harus sesuai dengan kuota yang ditetapkan pemerintah. “Biosolar sebagai salah satu jenis BBM bersubsidi harus disalurkan sesuai jumlah kuota penugasan yang ditetapkan oleh pemerintah kepada Pertamina,” akhir isi pesannya. (Fie).

