Jakarta, Nusantarapos – Dalam rangka melestarikan Noken sebagai kearifan lokal Papua yang bernilai ekonomis, Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 725/Woroagi turut mempelajari dan menjaganya bersama warga Distrik Oksibil, Papua.
Hal tersebut disampaikan Komandan Satgas (Dansatgas) Pamtas RI- PNG Yonif 725/Woroagi, Letkol Inf Hendry Ginting S, S.I.P., dalam rilis tertulisnya, Sabtu (8/6/2019).
Hendry menjelaskan bahwa Noken merupakan tas rajutan tradisional masyarakat Papua yang terbuat dari serat kulit kayu. Noken digunakan sebagai wadah untuk meletakan hasil perkebunan, hasil berburu, kayu bakar dan lain-lain.
“Tas Noken adalah tas rajut tradisional Papua yang biasa digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari mereka,” katanya.
“Tas ini juga sering digunakan mama-mama Papua untuk menggendong bayinya,” terang Letkol Hendy.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, papar Hendry, budaya tradisional tersebut perlahan-lahan sudah mulai tergantikan posisinya dengan budaya modern.
“Saat ini, tas Noken posisinya sudah mulai tergantikan oleh tas-tas modern,” imbuhnya.
*Padahal, kata Hendry, Noken ini selain merupakan peninggalan budaya nenek moyang, dilainsisi juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.*
*”Dengan semakin banyak para pengrajin Noken, tentunya dapat meningkatkan pendapatan bagi mama-mama Papua,” tegas Hendry.*
Untuk menjaga kelestarian Noken agar tetap eksis, lanjut Hendry, pada Jumat (7/6/2019) kemarin, anggota Pos Oksibil Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 725/Woroagi, mempelajari cara membuat Tas Noken/Tas Rajut di rumah Ibu Carolina Kasipmabin.
Dikatakan Hendry, dibawah pimpinan Kapten Inf Imam Mutaqin., S.S.T.Han., S.Ip., sejumlah anggotanya dengan tekun dan seksama mempelajari cara membuat Noken di Kampung Kutdol, Distrik Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
“Ini kita lakukan sebagai bentuk partisipasi Satgas dalam melestarikan kearifan budaya lokal agar terus terjaga sampai kapanpun,” katanya.
“Sekaligus untuk menjalin keakraban dan silaturahmi dengan masyarakat, khususnya di wilayah Distrik Oksibil,” tambah Hendry.
Abituran Akmil angkatan 2000 ini pun berharap, kedepan pembuatan dan produksi tas Noken atau tas rajut itu dapat diproduksi dan diperjual belikan tidak hanya di wilayah Papua saja, melainkan dapat dipasok ke luar daerah Papua hingga di ekspor ke Manca Negara.
“Saya berharap kedepan Noken dapat diproduksi dan dijual sampai ke luar negeri,” harapnya.
Kegiatan ini pun mendapat respon positif dan apresiasi dari Carolina yang juga merupakan tokoh masyarakat setempat.
“Saya senang bisa mengajari bapak-bapak TNI membuat Noken,” ungkapnya.
“Selain baik, bapak-bapak TNI ini sangat antusias belajar membuat tas Noken,” ujar Carolina.
Carolina juga mengamini harapan Dansatgas bahwa tas Noken dapat dijual sampai ke manca negara, sekaligus mengharumkan nama Indonesia.
“Keinginan dan harapan saya kedepan, tas Noken bisa mendunia,” tandasnya. (Dispenad)