oleh: Jokowi
Banyak cara dilakukan dalam membuat bumbu politik yang paling manjur di era politik saat ini terutama penyebaran berita adu domba maupun hoax antara pendukung satu dengan pendukung lainnya yang sama-sama saling melemparkan opini untuk menjatuhkan lawan. Tentu saja hal ini dianggapnya menjadi bunga-bunga pemilu di tahun 2019.
Banyaknya berita-berita yang beredar entah dari narasumber yang dapat dipercaya ataupun yang hanya asal-asalan merupakan target para pemburu opini untuk meningkatkan rating pembaca.
Yang lebih aneh lagi, para surveyer dari berbagai lembaga saling melemparkan karyanya menciptakan opini publik yang saling meninggikan pemesannya dengan tingkat elektabilitas tinggi tanpa memikirkan keamanan dan kestabilan rakyat, seolah-olah jago yang diunggulkan paling benar dari jago lawannya.
Tak ayal mereka berlomba-lomba menunjukkan ini hasil survey yang paling jitu dan paling lengkap dari lembaga lainnya. Rakyat justru dijadikan sebagai obyek untuk mengukur tingkat pemilih diantara satu calon yang padahal belum tentu diperoleh kebenarannya.
Tak ayal para calon kandidatpun menunjukkan dengan berbagai cara agar rakyat tertarik dengan apa yang mereka lakukan. Sembahyang dibuat fotolah, naik angkot dijadikan viral, bahkan sampai hal yang terkecilpun diviralkan.
Apa yang menjadi keuntungan bagi mereka ? Bukankah saling bersatu lebih utama jika dibandingkan dengan saling menjatuhkan?
Padahal, kalau dikaji lebih dalam tugas bangsa ini masih panjang dan berat terutama mengembalikan pulau-pulau, satelit, kapal yang telah terjual, Freeport yang masih dikuasai bangsa asing, Ekonomi rakyat yang masih jeblok dan bahkan membersihkan pejabat dari lingkar KKN.
Apakah rakyat hanya ditontonkan suatu pertunjukan yang isinya hanya pencitraan? Tentu tidak. Rakyat hanya butuh negeri ini makmur, aman, tentram, Lapangan kerja,kesehatan, pendidikan dan ekonomi tercukupi. Rakyat tentunya tidak akan menuntut yang macam-macam kepada penguasa. Rakyat hanya butuh tenang dan damai.