Jakarta, NusantaraPos – Penyebaran hoaks yang masif saat ini, salah satunya dinilai akibat rendahnya berpikir kritis masyarakat. Masyarakat dipandang mudah menelan informasi mentah-mentah, padahal kebenarannya diragukan.
“Hoaks itu akibat nalar kritis kita rendah. Ini menjadi pintu masuk hoaks,” kata Kabid Keagamaan Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia (HMPI) Fadhly Azhar, pada diskusi ‘Menjaga Demokrasi dari Bahaya Hoaks untuk Pemilu yang Jujur dan Berintegritas’ yang digelar Indonesian Democracy Network (IDN), Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (22/1/2019).
Kritik yang disampaikan masyarakat sebelum ini, cenderung terarah dan memiliki landasan yang jelas. Namun sekarang, kata Fadhly selain kualitas dan kuantitasnya rendah, kritik yang dibangun berdasarkan aspek-aspek tak masuk akal.
“Bayangkan saat ini (keilmuan) Quraish Shihab (dianggap) kalah sama netizen yang beragama baru enam bulan,” ucapnya.
Orang-orang yang dianggap ahli dalam suatu bidang atau keilmuan, kini lebih banyak tak dihiraukan. Mereka kalah atau tak dipandang dibanding dengan pendapat pihak-pihak yang tak jelas latar belakangnya, namun populer di masyarakat baik di dunia maya maupun nyata. Fenomena ini, imbuh Fadhly, disebut sebagai The Death of Expertise, atau matinya kepercayaan masyarakat terhadap para ahli. Keadaan ini dinilai berbahaya, sebab membuat penyebaran hoaks semakin luas.
“Keadaan The Death of Expertise harus dilawan dengan The Power of Expertise, atau mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap para ahli,” tandasnya. (RK)