Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Anggota DPR dari Partai Nasional Demokrat dapil Sumatera Barat I, Lisda Hendrajoni mengaku berterima kasih kepada masyarakat Sumbar khususnya di daerah Pesisir Selatan yang telah memilihnya menjadi wakil rakyat untuk periode 2019-2024.
“Berkat dukungan dari masyarakat khususnya di Sumatera Barat I dan Alhamdulillah resmi dilantik hari ini,” kata Lisda usai pelantikan di Gedung Nusantara DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (1/10).
Lisda mengucapkan terima kasih atas dukungan masyarakat Sumbar pada pemilu serentak sehingga berhasil lolos menjadi anggota DPR RI. Sebagai anggota DPR RI yang baru banyak hal yang akan dilakukan mulai dari memperjuangkan hak-hak perempuan, pembangunan daerah dan lainnya..
Menurut dia memperjuangkan kepentingan rakyat tersebut akan dilakukan melalui tiga fungsi, yakni legislasi, budgeting, dan kontroling. Tiga fungsi ini yang akan dia gunakan untuk memperjuangkan hak-hak rakyat selama masa jabatan hingga 2024.
Di kesempatan itu, Lisda juga memberikan pandangan mengenai terkait beberapa Rancangan Undang-Undang (RUU) yang mendapatkan penolakan dari masyarakat.
Menurut dia, saya yakin RUU ini sudah dibahas sekitar 3 sampai 4 tahun sebelumnya. Mungkin karena kurangnya pemahaman yang lebih jelas ke masyarakat sehingga mendapatkan penolakan.
“Sebagai contoh RUU peternakan, kalau orang perkotaan mungkin tidak mengalami hal-hal yang dialami di daerah. Kalau di kampung ada sapi yang dilepas di jalanan, sebingga itu akan mengganggu ketentraman umum, bahkan yang lebih fatal bisa terjadi kecelakaan bagi masyarakat yang sedang mengendarai kendaraan bermotor,” ujarnya.
Lanjut Lisda, saya yakin orang perkotaan tidak akan mengalami hal tersebut, tapi kami di desa-desa sering mengalami. Sehingga hal tersebut perlu disosialisasikan ke masyarakat agar mereka paham kenapa diajukan RUU tersebut.
“Pada dasarnya kalau dari fraksi kami setuju jika RUU ini ditunda, sampai kita membahasnya di rapat-rapat berikutnya. Agar tidak terjadi lagi polemik seperti saat ini, ketika RUU akan diajukan terjadi pro kontra di masyarakat,” ucapnya.
Terkait kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua, banyak warga asal Sumatera Barat yang menjadi korban meninggal dunia. Lisda menyampaikan duka cita yang mendalam bagi keluarga korban yang ditinggalkannya.
“Saya menyampaikan turut berduka cita bagi warga yang menjadi korban di Wamena, semoga keluarga yang ditinggalkan bisa bersabar. Karena pada saat kejadian itu saya sedang menjalani pendidikan di Lemhannas sehingga sangat kaget mendengar berita tersebut,” katanya.
Lisda menjelaskan memang ada warga dari Sumbar khususnya di Pesisir Selatan yang menjadi korban dan dipulangkan. Namun masih ada beberapa warga yang bertahan di sana (Wamena,red) meminta untuk dipulangkan juga.
“Terlepas dari itu semua, tentunya ke depan kita berharap agar Papua tetap menjadi bagian dari Indonesia. Meskipun kita belum tahu bagaimana keputusan selanjutnya terkait konflik di sana,” ujarnya.
Lisda melihat konflik di Papua bukan lagi soal SARA, tetapi dia melihat karena adanya keinginan masyarakat yang memerdekakan diri dari Indonesia.
“Karena yang dianiaya di sana itu bukan hanya orang dari luar Papua, yang dari Papua pro NKRI juga ikut menjadi korban penganiayaan. Kita berdoa bersama semoga Indonesia tetap damai dan bersatu seperti semboyan Bhinneka Tunggal Ika,” tegasnya.