Nusantarapos,-Syukuran mitoni Wenda istri Dandim 0801, kehamilan tujuh bulan berlangsung khidmad. Ibunda dari Wenda turut mendampingi Ritual Syukuran 7 bulan di rumah dinas Dandim A.H Lawitang Kodim 0801 Pacitan. Turut hadir pula Ketua Paguyuban Wartawan Pacitan Danur Suprapto SH. dan para pewarta Pacitan, Ketua Dewan DPRD Pacitan Roni Wahyono, Kapolres Pacitan AKB Sugandi S.I.K beserta jajarannya, Sekda Drs. Suko Wiyono.M.M dan Kepala Depag Drs. Huda.
Syukuran sederhana tapi syarat akan makna cultur (budaya) ritual Jawa Yogya. Ketika di sambangi nusantarapos Dandim mengatakan”Makanya kita membuat acara itu. Mumpung kita dekat sama Keluarga Besar dari ibu Mertua Yogya dan Solo. Acara ini sangat menarik, bukan hal biasa buat saya. Sayakan jarang lihat, kebetulan ada even organition dari Yogya, nggak ada salahnya kami nurut kemauan orang tua karena ingin mempertahankan adat masa lalu ya sekalian kita adakan acara itu. Memang kita upayakan, sesuaikan dan ambil pakem budaya Yogya, bukan pakem Pacitan. Pakem budaya Pacitan tak selengkap pakem budaya Yogya, Seru dan Bagus juga, filosofisnya kan tinggi budaya Jawa ini”, Dandim sampaikan dengan penuh persaudaraan, layaknya saudara tua kepada saudara muda ,”jelasnya . (12/02/2019).
Dandim 0801 Akmil lulusan Tahun 1999 itu menyampaikan gambaran Kepribadian Kebudayaan bangsa yang beraneka ragam bagaikan tamansarinya dunia. Tapi pasti ada permasalahan. Budaya sebagai jiwa pemersatu kita (Gotong Royong), tak mungkin tidak terselesaikan. “Di daerah lain, selain budaya Jawa kita punya filosofis sama maknanya. Saya sudah ke berbagai wilayah Indonesia nich, namun yang belum ke Papua saja. Sumatera udah, Maluku Ambon udah, Kalimantan udah, Sulawesi udah, mungkin hanya ke Pulau Papua saya belum masuk. Dari macam-macam tempat itu, kekayaan kebudayaan kita luar biasa. Menurut saya tantangan di suatu daerah histori penyelesaiannya sekarang pun masih ada, tinggal bentuk budaya itu. Sehingga kita menghadapi tantangan hari ini dan ke depan kalau kita tidak buka peninggalan kebudayaan, maka kita mulai dari nol lagi. Bila kita ambil dari luar ya ngak nyambung budaya kita. Namanya kita hidup di Indonesia, Nusantara. Tantangannya pasti beda dari Eropa atau Amerika.
Jadi sangat tidak bijak jika menjawab tantangan hari ini dan ke depan menggunakan budaya dari luar, bukan berarti fanastis budaya. Tapi secara efektifnya, logisnya mengambil budaya lokal untuk menyelesaian bentuk-bentuk masalah lokal. Leluhur kita sudah membakukan nama lain jati diri bangsa ini dengan nama budaya. “Ada dalam Pancasila bila kita mencari Ketuhanan Yang Maha Esa, lihat bagaimana budaya kita. Dalam soal ritual kepada Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Esa itu ada Humanisme, masalah Internationalisme, Persatuan Indonesia, Demokrasi. “Dalam budaya kita semua ada, kita menjawab persoalan di Indonesia ya menjawab dengan budaya Indonesia. Bolehlah budaya lain sebagai bahan untuk berasimilasi, di analisa menjadi bahan jalan keluar yang mungkin akan disesuaikan dengan waktu. Karena tantangan tidak hanya lahir dari dalam tapi campuran, dari dalam ada dan luar ada,” jelasnya.
Acara diakhiri dengan ditandai menjual dawet dan rujak oleh istri Dandim 0801 Pacitan .”
(AW).