NUSANTARAPOS,JOGJA,- Buntut dari kericuhan yang terjadi pada saat pertandingan sepak bola Derby antara PSIM vs Persis Solo di Stadion Mandala Krida Yogyakarta pada Senin (21/10) lalu berujung pelaporan oleh dua orang jurnalis foto ke Polda DIY, Rabu (23/10).
Kedua jurnalis foto tersebut adalah Budi Cahyono Jurnalis Foto Goal Indonesia dan Guntur Aga Tirtana Jurnalis Foto Harian Radar Jogja.
Kedua jurnalis mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda DIY didampingi Janu Riyanto Ketua Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) dan sejumlah rekan seprofesi pada pukul 10.30 WIB.
Keduanya langsung membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) atas intimidasi yang mereka alami pada saat melakukan tugas jurnalis meliput laga lanjutan Liga 2 2019.
Bud Budi Cahyono Jurnalis Foto Goal Indonesia mengatakan, dirinya mendapatkan intimidasi berupa kekerasan oleh pemain PSIM Achmad Hisyam Tolle.
“Saat itu saya sedang memotret kericuhan yang berakhir perseteruan Achmad Hisyam Tolle (Tolle) dengan pemain Persis Solo, Mochamad Shulton Fajar,” ujarnya.
Namun lanjut Budi, dirinya langsung didatangi oleh Tolle dan langsung menghardik serta memaksa dirinya untuk segera menghapus foto-foto yang diambil. Walaupun demikian dirinya tetap mempertahankan file- file foto yang ada didalam kameranya.
“Ketika saya mempertahankan kamera dan suasana sangat kacau hingga saya terdorong dan tersungkur jatuh namun Tolle tetap dengan nada emosi menghardik saya untuk segera menghapus file foto yang ada di alat kerja saya itu,” jelas Budi.
Denga rasa takut Budi meminta Tolle untuk pinndah ke ruang ganti pemain bila ingin mengahapus file foto yang ia miliki. Akan tetapi Tolle tidak mengindahkan hal tersebut, ia dan dua rekan PSIM lainnya yang bernama Hendika Arga Permana dan Aldaier Makatindu tetap memaksa Budi untuk menghapus foto-foto perseteruan.
“Seiba diruang ganti, saya tetap diintimidasi oleh Tolle dan rekannya, mereka dengan sendiri memilih fofo-foto saya dan dengan rasa tekanan tersebut akhirnya saya menghapus semua file foto yang ada di dalam kamera,” tegas Budi.
Berbeda dengan Jurnalis Foto Harian Radar Jogja Guntur Aga Tirtana, dirinya diintimidasi oleh sejumlah suporter PSIM dnegan aksi pengeroyokan.
“Ketika pecah kerusauhan saya terus memotret dan tiba-tiba saya dicekik lalu dipukuli beramai-ramai dari belakang. Saya tidak tahu siapa saja mereka, tapi mereka intinya meminta saya menghapus foto-foto yang saya ambil,” tuturnya.
Kedua jurnalis tersebut menyayangkan atas apa yang terjadi pada mereka karena profesi jurnalis sudah terlindungi dengan Hukum Pers yang berlaku di Indonesia.
Kedua jurnalis Budi Cahyono dan Guntur Aga Tirtana berharap kejadian yang mereka alami tidak terjadi kembali dikemudian hari. Dan berharap kasus ini dapat diusut tuntas. (AKA).