Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Sekolah Dasar Negeri (SDN) 09 Grogol Utara baru saja direhabilitasi oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta setelah sebelumnya memerlukan waktu kurang lebih tahun untuk proses pembangunannya. Adapun rencananya sekolahan tersebut akan digunakan pada Senin (4/3/2019).
Ketika akan digunakan kembali, berhembus kabar jika pihak SDN 09 meminta sejumlah uang untuk masyarakat yang ingin berdagang di kantin lingkungan sekolah. Jumlah pun cukup banyak yakni sekitar 10 juta rupiah.
Menanggapi hal tersebut, awak media coba menemui Kepala Sekolah SDN 09 Grogol Utara Suyanto. Di dalam kesempatan tersebut Suyanto mengakui jika setiap pedagang yang ingin berjualan di kantin dikenakan uang 10 juta untuk jangka waktu lima tahun ke depan.
“Memang benar pedagang kami kenakan tarif 10 juta rupiah, itu bisa dikatakan sebagai kontrak untuk lima tahun ke depan. Seandainya membangun sendiri hitungannya pun pasti lebih dari itu, jadi kami memberikan kemudahan untuk pedagang,” katanya di saat syukuran gedung SDN 09 Grogol Utara, Jakarta, Selasa (26/2/2019).
Lanjut Suyanto, meskipun hanya guru-guru yang minat dan mau membayar kontrak di kantin ini. Tapi saya tidak bolehkah, karena saya tegaskan kantin ini hanya untuk orang luar sekolahan. Biarkan para guru fokus dengan mengajarnya, dan usaha kantin ini dikelola oleh orang luar.
“Terkait iuran kantin per bulannya belum dibicarakan, nanti setelah berjalan baru kami bicarakan dengan pedagang yang menempati kantin ini. Intinya saya juga tidak mewajibkan diadakannya iuran, apalagi sampai mematok sekian itu tidak ada karena tidak diwajibkan,” ujarnya.
Suyanto menduga hembusan negatif yang beredar di luar terkait harga sewa kantin itu karena ada yang ingin ngontrak tapi sudah tidak bisa lagi.
“Saya menduga orang yang memberikan informasi mengenai hal itu adalah orang yang menginginkan kantin, sebab puluhan orang menginginkannya dan saya berikan kepada orang yang sebelumnya memang sudah lama di kantin sekolahan ini,” terangnya.
Suyanto menjelaskan kantin ini juga nantinya saya tidak perbolehkan untuk menjual makanan dan minuman yang sachet ataupun instan, sebab ada di sekolahan SMP waktu itu siswanya gula darahnya sudah mencapai 700. Memang jajanan sachet atau yang instan itu menguntungkan bagi pedagang, tapi tanggung jawab juga harus diperhatikan. Sebab generasi mendatang itu dari sekolah, selain itu saya nantinya tidak memperbolehkan adanya plastik, siswa harus membawa piring dan botol minum sendiri untuk membeli makanan dan minuman.
Terkait adanya isu iuran untuk syukuran gedung SDN 09, Suyanto pun menanggapinya dengan santai. Menurutnya iuran itu hanya 200 ribu rupiah per kelas, kalau muridnya dalam kelas berjumlah 30 siswa maka tidak sampai 10 ribu, apa arti uang 10 ribu. Selama ini sekolah tidak pernah memungut biaya foto copy, buku dan lainnya karena sudah ada BOS.
“Sebelumnya dikenakan iuran syukuran itu, saya telah lebih dulu memanggil para orangtua murid dan ada yang bertanya pak kapan peresmian, untuk pengawas sendiri juga tidak mengetahui. Karena pengawas kan terkadang terserah Kepala Sekolah yang penting berjalan dan tidak meminta, sekarang juga kan boleh berkolaborasi dengan Komite sekolah dengan catatan tidak di targetkan nilai angkanya,” tegasnya
Menutup keterangannya, Suyanto mengungkapkan jika siswa di SDN 09 berjumlah 861 siswa.Untuk melayani konsumsi siswa siswi ketika sudah masuk sekolah nanti, pihak sekolah akan menarik beberapa pedagang dari luar untuk berjualan di lingkungan sekolah.
“Pedagang di luar kita tidak perbolehkan agar tidak menggangu masyarakat, pedagang di luar nanti akan kita masukkan ke dalam sekolahan. Tetapi jumlah hanya 6 pedagang saja dengan menggunakan tenda payung,” tutupnya.(Hari)