Opini, Nusantarapos -Dalam memasuki tahun 2021, kesadaran untuk menumbuhkan kekuatan mencintai, mengasihi dan menyayangi itu sangatlah penting baik pada alam,sesama manusia atau segala ciptaan Maha Pencipta. Hampir di sepanjang tahun 2020 seantero Dunia dirundung musibah baik bencana maupun wabah pendemi covid-19 hingga kini dibulan desember 2020 belum juga berakhir.
Begitu pula di tahun 2021 ini seribu tantangan masalah sudah siap menghadang kita maka salah satu solusinya hanya dengan kekuatan cinta (The power of love) akan membuat yang sempit menjadi lebar yang pesimis menjadi optimis,yang miskin menjadi kaya dan yang kaya menjadi pemurah.
Hidup ini pendek,hanya kehidupan yang panjang sehingga janganlah demi penghidupan warga di negeri Indonesia ini tega mengorbankan kehidupannya (tetap jaga jarak dan pakai masker) kemana pun serta dimana pun kita berada.
Hal serupa juga harus dilakukan di negara yang kita junjung tinggi bersama ini dalam satu ungkapan “Bhineka Tunggal Ika” kepada para politisi bahwa politik membangun dan positif yang harus dikedepankan sebagai seni dalam mengelola republik ini demi kebijakan kolektif guna perbaikan otoritas publik jangan sampai dijerumuskan menjadi seni politik memecah-belah rakyat dengan mengatasnamakan untuk kebaikan publik.
Indonesia ini luas tanahnya,besar daerahnya, dan tersebar letak pulau-pulaunya dari sabang hingga merauke.
Kekuatan cinta para pemimpin saat ini yang memancarkan ketulusan berbakti untuk rakyatnya yang harus diprioritaskan tanpa harus ada jaminan popularitas dan imbalan jasanya.
Memasuki tahun 2021 saatnya para pemimpin mengurangi berbicara dengan kata-kata serta harus menggantinya dengan bahasa perbuatan.Keinsyafan untuk mengedepankan perbuatan ini pasti memerlukan pola perubahan secara state of mind yakni perubahan pandangan bahwa dirinya bukanlah semata-mata Maharaja yang harus dilayani rakyat terus-menerus melainkan ia hanya abdi yang harus melayani rakyat.
Dunia atau negara manapun saat ini membutuhkan sosok-sosok pemimpin yang memiliki kecerdasan bijak dan transformatif dalam membuat terang kesadaran dirinya bahwa pangkal keburukan kekuasaan bermula ketika orang lebih terobsesi dengan yang namanya’cinta kekuasaan'(the love of power) ketimbang kekuasaan untuk mencintai (the power to love).
Saat ini pula, negeri kita Indonesia dalam krisis yang membutuhkan kekuasaan yang bertanggung jawab pada kebaikan hidup bersama namun kembali lagi bahwa justru para pemimpin lebih mencintai kekuasaan yang melayani kepentingannya sendiri, buktinya masih banyak koruptor yang ditangkap KPK.
Atas ulah para pemimpin koruptor ini, demi kekuasaan yang melayani dirinya sendiri itu sehingga oknum-oknum elite negeri ini tega menggelapkan uang dari keringat rakyat kecil atau dari mereka (rakyat) yang ditimpa bencana. Bahkan tak segan-segan oknum elit-elit ini menjerumuskan rakyat kedalam kobaran api permusuhan antar identitas sehingga rumah kebangsaan kita bersama yaitu Indonesia menjadi terganggu akibat keributan kepentingan politik yang tidak berpihak pada kemasalahatan bangsa dan seluruh rakyat Indonesia.
Olehnya itu, semoga di Tahun 2021 ini yang perlu kita hidupkan bersama adalah kekayaan jiwa (The power of Love).Dengan solusi kekuatan cinta yang bersumber dari kekayaan jiwa mampu menjadi wahana refleksi perbaikan diri dalam mengerahkan energi dan pikiran positif kita semua untuk bergandengan tangan menghancurkan pendemi covid-19 menuju transformasi kehidupan bangsa Indonesia sehat, mandiri, maju, aman, sejahtera dan makmur.
“Jadikan momentum Tahun 2021 bangsa Indonesia keluar dari lorong gelap pendemi covid 19 menuju jalan cahaya kehidupan yang hakiki”
Penulis:Irianto