Jakarta, Nusantarapos – Pada hari Sabtu, 27 Maret 2021, pukul 20.30 – 21.30 (waktu setempat), gerakan EARTH HOUR akan kembali dilakukan serentak di seluruh dunia. Earth Hour 2021 mendatang akan menjadi momen dalam menyatukan penduduk dunia untuk berbicara tentang alam ditengah krisis kesehatan global COVID-19.
Secara daring, seluruh penduduk dunia akan bersatu dalam gerakan simbolis mematikan lampu selama 1 jam, sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan bumi yang merupakan rumah kita bersama, demi keselamatan dan kesehatan seluruh makhluk hidup.
Tahun ini, Yayasan WWF Indonesia dan Komunitas Earth Hour di 30 Kota mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersatu dalam menjaga masa depan keanekaragaman hayati sebagai kekayaan bangsa. Melalui pesan Unity in Biodiversity, dengan terus menghimbau perubahan gaya hidup menjadi ramah lingkungan serta berkelanjutan. Momen ini juga akan dilaksanakan secara daring dan terhubung dengan masyarakat di sisi lain Bumi kita. Banyaknya bencana alam termasuk wabah COVID-19, menyadarkan kita bahwa mencegah kerusakan alam sangat penting bagi manusia untuk bertahan hidup dan membangun masa depan.
“2021 adalah tahun yang krusial bagi umat manusia. Ketika dunia mencoba untuk membalikkan keadaan dan pulih dari kerusakan akibat pandemi COVID-19 serta membangun kembali dirinya sendiri, kita perlu menempatkan alam sebagai solusi utama bagi upaya pemulihan kehidupan didunia untuk memastikan masa depan ekonomi dan masyarakat kita. Earth Hour adalah momen persatuan bagi individu, pemimpin, dan pecinta lingkungan agar bersama-sama menyerukan tindakan dan aksi nyata untuk mengembalikan hubungan manusia dan alam sekaligus mengamankan kehidupan di dunia ” ujar CEO Yayasan WWF-Indonesia, Dr. Dicky Simorangkir dalam rilis WWF, Kamis (25/3/2021).
Najelaa Shihab, Pendidik dan Anggota Board Yayasan WWF-Indonesia mengatakan, ”Gerakan Earth Hour ini sangat penting bagi pembentukan karakter dan kompetensi anak muda, yaitu mendukung profil pelajar pancasila, dalam konteks Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, bagaimana kita berinteraksi dengan alam adalah salah satu wujudnya,” kata Najeela.
Lanjutnya, ”Selain itu, dalam situasi pandemik ini kita terus kreatif, melalui program blended learning tahun ini WWF dan relawan Earth Hour menggabungkan pendidikan online yang kolaboratif, dengan aksi di lapangan yang tetap dijalankan sesuai dengan protokol kesehatan,” paparnya.
Relawan Komunitas Earth Hour Indonesia Arselia Dwi Handayani mengatakan, “Earth Hour bagi saya adalah momen persatuan”. Secara bersama-sama kami yang tergabung dalam komunitas Earth Hour dari Aceh sampai Papua bertekad untuk selalu bersatu dalam melindungi keanekaragaman hayati di Indonesia dan merawat planet kami tercinta. Kita harus menjaga tekad ini dan kami anak muda berusaha untuk berkontribusi nyata. Namun, penyebaran virus Covid-19 memaksa kita untuk menghindari pertemuan publik secara massif dan terbuka. Mari berkumpul secara virtual untuk Earth Hour tunjukkan komitmen kita untuk planet Bumi, rumah tinggal bersama satu-satunya,” jelas Arselia.
“Kita harus saling menjaga rumah satu-satunya yang kita miliki. Mari bergabung bersama saya dan jutaan orang di seluruh dunia untuk menjadikan Earth Hour ini sebagai momen solidaritas kita. Mari angkat suara kolektif kita untuk memastikan masa depan bumi yang lebih bersih, sehat, aman, adil, hijau, lestari dan berkelanjutan,” pungkasnya.