Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Kongres atau Kongres Luar Biasa kami yang asli, adalah “pemegang kekuasaan tertinggi”, bukan kedaulatan, karena kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar (UUD) Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945. Jadi, rakyat tidak pernah memberi kedaulatan kepada anda, apalagi kami Partai Demokrat yang asli, sama sekali tidak pernah “mendaulat” anda tuh.
Asal anda tahu kekisruhan yang sudah terjadi ini, kan anda penyebabnya? Yang pada waktu itu, anda katakan bahwa hanya ngopi-ngopi sambil cerita tentang pertanian, yang menjadi salah satu hobi anda.Masih ingat gak sih Moel ?
Arah demokrasi kami juga tidak pernah bergeser kemana-mana, karena kami menganut “Demokrasi Pancasila”, yang meletakkan perjuangan berdemokrasi kami di Indonesia berazaskan “Pancasila” sebagai landasannya.
Memang ada situasi khusus dalam perpolitikan nasional, karena rakyat jadi tahu dan mereka marah besar menyaksikan anda menerima jabatan ketua umum abal-abal dari peserta abal-abal pada KLB abal-abal di Deli Serdang, Sumatera Utara.
Kan, rame jadinya…
Kecenderungan tarikan ideologis di tubuh demokrat, itu kata-kata yang anda “ciptakan sendiri”, loh. Kami aja baru mendengarnya hari ini. Karena di tubuh Partai Demokrat yang asli sampai saat ini,”Garis Ideologi Partai” kami sangat jelas menganut ideologi “Nasionalis-Religius”, yang selalu menghormati nilai-nilai keagamaan, kemajemukan dan pluralisme di negeri ini.
Menurut anda ini untuk menyelamatkan bangsa & negara yang mana? Karena kami, Partai Demokrat yang asli, “TIDAK PERNAH sekalipun” melakukan upaya kudeta pada bangsa & negara ini. Kami masih tetap hidup & berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang akan terus kami jaga keselamatannya sepanjang hayat di kandung badan.
Saat KLB menerima permintaan untuk memimpin Demokrat, dari peserta yang mana ? Karena peserta dalam KLB abal-abal di Deli Serdang itu,”bukan peserta” yang sah sebagaimana diamanatkan oleh AD/ART Partai Demokrat hasil Kongres V Tahun 2020.
Sayang sekali ya, anda mengajukan 3 (tiga) pertanyaan kepada orang-orang yang salah. Tapi kami maklum, karena anda mengajukan 3 (tiga) pertanyaan itu lewat telepon sih. Makanya anda tidak sempat lihat, apakah mereka ini peserta yang sah atau bukan ? Sampai-sampai, anda juga tidak bisa melihat bahwa di dalamnya ada peserta dari Partai Emas (saja deh), yang partainya pun sampai sekarang belum terdaftar sebagai partai politik resmi di negara ini.
Moeldoko sekarang gantian kami yang akan menjawab pertanyaan anda, dimana ada 3 (tiga) pertanyaan itu yang harus dijawab.
Pertanyaan pertama :
Apakah KLB ini sesuai dengan AD/ART ?_
Walau peserta menjawab sesuai pun, pasti anda tidak bisa membedakan sesuai atau tidak, karena anda kan belum pernah membaca AD/ART kami, yang sesuai dengan hasil Kongres V Partai Demokrat Tahun 2020. Belum lagi, kalau pembisik-pembisik anda justru memberi tahu kepada anda, bahwa yang mereka pakai adalah AD/ART Tahun 2005.
Pertanyaan kedua :
Seberapa serius kader Demokrat meminta saya memimpin partai ini ?
Itu sih mereka, segelintir orang yang penuh-penuhin ruangan doang, yang menjawab serius kali yaa. Kami yang lain, yang asli, yang lebih banyak, yang lebih legitimated ini pasti jawab “GAK”, tuh !!!
Pertanyaan ketiga :
Bersediakah kader Demokrat bekerja keras dengan integritas demi Merah Putih di atas kepentingan pribadi dan golongan ?
Kalau ini sih, tidak usah ditanyakan lagi, Pak.
Dari dulu sampai sekarang, dan sampai kapan pun, kami tetap “MERAH-PUTIH” yang menempatkan kepentingan Negara & Bangsa Indonesia di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sudah 20 tahun lebih Partai Demokrat ini berdiri, selama ini kami aman-aman aja tuh menjalankannya !!!
Dan ternyata, semua pertanyaan itu dijawab peserta KLB (abal-abal), dengan : “GEMURUH”. Lho, kok bukan dengan kata : “setuju”, ya ? Nah loh, pantas aja kan, jadinya anda membuat keputusan yang “SALAH” untuk menjadi ketua umum abal-abal.
Masalahnya, yang kami tahu, dan selama ini semua rakyat pun tahu, bahwa jabatan “Kepala Staf Kepresidenan (KSP)” itu, melekat pada pribadimu, bukan pada Moeldoko yang lain kan??
Atau, ada dua “Moeldoko” nih?
Jadi, sebenarnya siapa ya, yang lebih dulu membawa-bawa nama Presiden dalam persoalan ini ?
Demokrat, “SIAP !!!”
Demokrat, “SETIA !!!”
Demokrat, “JAYA JAYA JAYA !!!”
Ketum, “AHY !!!”
Jakarta, 28 Maret 2021
Carolus Bolly (Sekretaris Dewan Pertimbangan Partai Demokrat)