Jakarta, Nusantarapos – Untuk membangkitkan sektor usaha pariwisata dan ekonomi kreatif dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melakukan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menyusun protokol kesehatan dan panduan pelaksanaan sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability) bagi pelaku industri pariwisata.
Sertifikasi CHSE merupakan proses standarisasi kepada usaha pariwisata, usaha/fasilitas lain terkait, lingkungan masyarakat, dan destinasi pariwisata yang berfungsi sebagai jaminan kepada wisatawan dan masyarakat bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah aman dan memenuhi protokol kesehatan. Adanya sertifikasi CHSE ini diharapkan dapat menjadi lampu hijau terhadap pemulihan sektor pariwisata di Indonesia.
Bobobox, sebagai the next generation of lifestyle company, mengadakan Bobobox Market Outlook Outdoor Travel Experience di Jakarta (30/11).
CEO Bobobox Indonesia, Indra Gunawan, mengatakan “Sektor pariwisata Indonesia kini sudah mulai bangkit dan Bobobox melihat peluang dalam kondisi tersebut. Saat ini, dikarenakan adanya pembatasan perjalanan mancanegara, masyarakat Indonesia sedang berada pada fase menikmati destinasi dalam negeri, terutama destinasi outdoor di alam terbuka. Pengalaman autentik dengan suguhan keindahan alam dan kekayaan budaya lokal merupakan hal yang dicari oleh para wisatawan saat ini. Bobobox melalui BoboCabin mencoba membawa authentic-localized-experience dari destinasi-destinasi wisata Indonesia kepada para wisatawan dalam negeri dan mancanegara nantinya. Kami juga optimis dengan pemulihan pariwisata Indonesia di 2022,” katanya melalui jumpa pers virtual, Selasa (30/11/2021).
Dalam kesempatan yang sama Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Henky Manurung, mengatakan “Akhir-akhir ini terjadi tren positif liburan aman di mana orang-orang akan sangat patuh dengan imbauan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) serta penyedia akomodasi yang juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat melalui CHSE. Hal ini merupakan sinyal positif akan bangkitnya gairah pariwisata di Indonesia di tahun mendatang. Kami juga mengimbau, walau situasi telah membaik, kita tidak boleh lengah, tetaplah patuh terhadap peraturan sehingga kita dapat kembali berwisata dengan aman dan nyaman,” paparnya.
Usaha pemerintah untuk memulihkan kondisi pariwisata Indonesia dari keterpurukan perlahan-lahan membawakan hasil. Pasalnya, kondisi industri pariwisata Indonesia, baik dari sisi okupansi hotel maupun jumlah pengunjung destinasi wisata dikabarkan mulai menunjukkan pergerakkan positif. Namun, perlu dipahami bahwa pandemi turut mengubah kebiasaan masyarakat dalam berlibur dan menginap. Tren bepergian baik di dalam, maupun luar negeri pun berubah menjadi yang lebih aman sesuai dengan kondisi saat ini. Masyarakat mulai menggunakan istilah ‘Staycation’ dan ‘Work From Hotel’ sebagai ungkapan berlibur di hotel dan bekerja dari hotel di dalam kota di mana seseorang tinggal.
Selain itu, tren digital nomad juga semakin berkembang di masa pandemi ini. Digital nomad adalah kondisi di mana seseorang dapat bekerja tanpa terikat waktu dan tempat. Tidak hanya sekadar ‘pindah tempat kerja’, digital nomad ternyata juga memberikan kita kesempatan untuk bekerja sambil liburan. Misalnya bekerja sambil menikmati pantai, gunung, dan keindahan alam di setiap destinasi yang dikunjungi untuk bekerja. Ada dua tipe digital nomad, yaitu workation dan bleisure. Workation adalah penggabungan antara bekerja dan liburan, sementara bleisure lebih pada business and leisure. Intinya, kedua tipe digital nomad tersebut tetap sama-sama mendatangkan wisatawan untuk bekerja di destinasi tujuan.
Tren digital nomad inilah yang dimanfaatkan berbagai negara untuk menarik kunjungan wisatawan, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan tren digital nomad digadang-gadang menjadi salah satu cara meningkatkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Menutup diskusi Bobobox Market Outlook Outdoor Travel Experience, Ketua Pelatihan Sumber Daya Manusia, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Alexander Nayoan menyampaikan, “Outdoor experience ini akan menjadi primadona bagi millenials nantinya sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut lagi. Dalam hal ini, peran PHRI adalah mempromosikan Prokes 3M kepada pengusaha akomodasi, mengimbau penggunaan aplikasi Peduli Lindungi kepada wisatawan, serta memberi masukan-masukan kepada pemerintah sehingga kedepannya dapat memajukan sektor pariwisata khususnya outdoor travel experience,” tandasnya. (Arie)