NusantaraPos – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menghimbau Perguruan Tinggi agar menjadi pintu utama dalam mencegah berkembangnya paham radikalisme.
Hal ini ditegaskan Nasir sebagai bentuk rasa empati terhadap peristiwa ledakan bom di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018) lalu.
“Yang kita hadapi adalah masalah radikalisme, intolerasi. Ini harus menjadi musuh kita bersama. Perguruan Tinggi harus menangkal yang namanya radikalisme, intoleransi yang muncul,” katanya saat ditemui di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Senin (14/5/2018).
Maka dari itu, ia meminta kepada para pimpinan Perguruan Tinggi agar mengawasi segala bentuk kegiatan mahasiswa serta dosen di lingkungan kampus.
“Baik itu rektor, direktur, ketua, tolong dimonitor pergerakan kegiatan-kegiatan kampus. Baik yang dilakukan oleh dosen, mahasiswa, yang ditengarai akan terjadi intoleransi, terjadi radikalisme. Harus kita pantau,” tegasnya.
Nasir melanjutkan, bahwa masalah radikalisme sudah ada di lingkungan kampus sejak lama. Sehingga, sebagai menteri Ristekdikti, ia sudah melakukan berbagai pencegahan dengan menyelenggarakan program Bela Negara dan wawasan kebangsaan pada tahun 2016 dan Deklarasi Aksi Kebangsaan dan Anti Radikalisme pada 2017 lalu.
“2018 kita tindak lanjuti lagi semua dari kampus ke kempus Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta. Oleh karena itu, jangan sampai pengajaran terjadi intoleransi dan radikalisme,” imbaunya.
Besok Rabu (16/5/2018) pagi Nasir berencana mengumpulkan para rektor dari Perguruan Tinggi Negeri untuk membahas pencegahan radikalisme. (ARS)