KLB INI Dalam Penggodokan, RDP Dengan Komisi III Diharapkan Ada Win Win Solution

Bakal calon ketua umum (Bacaketum) Ikatan Notaris Indonesia (INI) Irfan Ardiansyah Uthen sedang menjawab pertanyaan awak media.

Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Pasca penundaan Kongres ke-XXIV Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia (PP INI) di Serang, Banten beberapa waktu lalu, dinamika di organisasi notaris terbesar dan tertua di Indonesia itu semakin memanas. Bahkan, ada 2 (dua) wacana Kongres ulang atau Kongres Luar Biasa (KLB).

Salah satu bakal calon ketua umum (Bacaketum) INI Irfan Ardiansyah Uthen saat ditemui usai halal bihalal dengan ratusan pendukungnya di kawasan Jakarta Selatan, pada Rabu (17/5/2023) malam pun memberikan tanggapannya.

Pria yang akrab disapa Bang Irfan itu juga merupakan salah seorang yang menginisiasi KLB pasca ditundanya Kongres mengatakan, untuk persiapan KLB pihaknya masih mempersiapkan hal tersebut. Dimana dirinya tetap berpatokan pada P24 (24 Pengwil) yang ada. Sementara ini, kata dia masih dalam perencanaan dan mudah-mudahan P24 tersebut bisa terlaksana.

Terkait dengan perencanaan RDP dengan DPR, dirinya baru menerima informasi yang mana itu merupakan undangan untuk Pengwil-Pengwil. Jika nanti, kata Irfan disana hadir seluruh Pengwil dia merasa tidak ada masalah. Disana nanti pihaknya hadir dengan harapan bisa memberikan saran terkait keberlanjutan demokrasi yang ada di tubuh INI.

“Kalau untuk 24 Pengwil yang kami inginkan tentunya adalah kembali kepada AD/ART jangan sampai dikangkangi dan tidak menyalahi aturan. Agar, organisasi bisa tetap berjalan, berputar sebagaimana mestinya dan seharusnya. Sehingga, bisa disesuaikan apa yang menjadi amanah dan menjadi sebuah keputusan yang harus ditaati,” ujar Irfan.

RDP itu, lanjut dia juga merupakan kelanjutan daripada surat dari Kemenkumham, karena satu pihak beralibi sehingga hal tersebut perlu dikritisi.

“Sehingga, apakah barang ini offside atau tidak. Saya yakin di komisi III adalah orang-orang yang pastinya paham, mengerti dan mendalami mengenai hukum.

“Kalau ini tidak dikawal oleh kita ataupun pemerintah dan Komisi III DPR, INI mau dibawa kemana? Kita harus tegakan AD/ART itu sebagaimana mestinya dan seharusnya,” tegas Irfan.

Terkait KLB, katanya masih dalam penggodokan, karena dia tidak ingin sewenang-wenang dan juga agar diketahui oleh seluruh anggota yang ada. Nanti, kata Irfan pada saatnya akan diumumkan kapan hal itu terjadi.

“Kita tetap berusaha berkomunikasi terhadap mereka, tapi sampai saat ini kelanjutannya pun tidak ada, entah kenapa belum ada respon. Namun, kita tetap berharap komunikasi itu terbangun dalam artian bentuknya itu kebersamaan bukan kepentingan. Kalau hanya untuk itu ya sudah tinggalin aja,” tuturnya.

“Saat ini kita menghimbau dan mengajak kepada anggota di seluruh Indonesia yang mana jangan meniadakan dari AD/ART ataupun aturan perkumpulan yang ada saat ini dan mengangkangi itu. Yuk kita sama-sama tegakkan AD/ART yang ada,” imbuh Irfan.

Usai mengadakan halal bihalal Irfan Ardiansyah Uthe (Bang Irfan) berfoto bersama pendukungnya.

Dinamika yang berjalan seperti halnya RDP, katanya nanti bisa mungkin jadi persiapan supporting dari KLB. Intinya, kata Irfan setiap titik temu itu perlu dihargai dan dihormati. Tapi bila tidak sesuai dengan yang menjadi aturan maka perlu dikritisi.

“Kita menyambut baik dengan adanya RDP, ini jalan tengah dimana DPR merupakan wakil rakyat. Di dalam itu nanti kita akan mengingatkan mana yang keluar jalur dan di dalam. Jika, keluar maka ayo kembali kedalam supaya treknya enak dan pas. Semoga di RDP nanti ada win-win solution yang positif, bukan untuk saya pribadi atau kepentingan seseorang dan kelompok tertentu tapi untuk kepentingan seluruh anggota yang ada di rumah INI,” ucap Irfan.

“Jika di dalam RDP nanti menghasilkan untuk tetap mengadakan Kongres, maka saya berpendapat selama itu masih sesuai dengan AD/ART tidak ada masalah. Tapi lihat dulu apakah masih bisa melaksanakan Kongres atau tidak, siapkan dulu semua perangkat-perangkat yang ada,” kata Irfan.

“Kita harus tegaskan dan pastikan tidak antipati dengan Kongres atau KLB. Yuk kita sambut secara bersama-sama, duduk satu rumah dan bicarakan apa yang menjadi aturan yang ada ditegakan dan jalanlah sesuai dengan apa yang ada,” sambungnya.

Sekarang, masih kata Irfan bukan masalah kepentingan-kepentingan lagi, tapi kebersamaan yang harus ditegakan. Untuk KLB yang saat ini sedang digodok maka pihaknya mengajak kepada semua kandidat bacaketum untuk tidak membeda-bedakan semuanya. Kalau di aturan yang ada baik itu pelaksanaan Kongres, kepada balon, kandidat, tim verifikasi dan tim pengawas semua aturannya sudah ada, tinggal menjalankan saja.

“Untuk KLB kita sudah ada SC dan OC-nya, maka merekalah yang berkoordinasi dengan para kandidat. Kalau saya yang berkoordinasi nanti dikhawatirkan akan ada konflik of interest. Terkait somasi kita lihat dalam artian mereka masih punya kapasitas tidak? Kalau saya sih menganggapnya menurut kesepakatan tidak ada kapasitas,” tegasnya lagi.

Irfan menambahkan, tata kelola organisasi sebagaimana mestinya tidak bisa dilupakan. Sedangkan, terkait somasi dirinya tidak mau merespon, malah katanya terima dengan baik dan lapang dada saja.

Dia juga merasa heran, jika ada yang salah kenapa koordinasi tidak dibuka dan komunikasi tidak ditanyakan. Karena, kata Irfan didalam peraturan organisasi itu jelas, seorang pemimpin harus tahu bagaimana menjembatani suatu hal.

“Dengan adanya somasi seperti itu, berarti kan tidak membuka komunikasi logikanya aja. Jadi yang tidak berkomunikasi itu siapa? Karena kita ingin kok berkomunikasi dan ingin membangun rumah INI. Karena, saya tidak ambisi. Justru saya ingin tetap berkoordinasi dan berkomunikasi, tetapi karena adanya kepentingan kan jadi susah,” ucap Irfan.

Meskipun ada somasi, dia masih berkomunikasi dengan siapapun dan tidak membatasi. Irfan tidak merasa gerah jika mereka (kandidat lain) punya pemikiran lain meskipun mereka tidak mau membangun komunikasi dan silaturrahmi lalu melancarkan dengan somasi.

“Ayo perbaikilah secara bersama-sama, karena saya rasa masih ada pemahaman akan hal itu. Kalau terus berharap, hindari semua segala kepentingan dan tabayyun. Saya menghimbau kepada semua teman-teman notaris, dinamika terjadi antara dua pihak tidak mungkin satu pihak, untuk itu hindari pemikiran yang dikotomi terhadap satu pihak. Karena tidak mungkin konflik itu terjadi hanya ada satu pihak, sehingga perlu kita komunikasi dan sama-sama sadari bahwasanya tidak ada yang menang dan kalah. Mari, sama-sama kita dapatkan untuk menjadi tujuan kepentingan semua,” pungkas Irfan.