SOLO, NUSANTARAPOS – Deretan rumah di pinggir jalan Nglegok, Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar seperti pada umumnya. Dinding kusam dan atap rapuh bercerita sepenggal kisah perjuangan pasangan suami-istri (pasutri) untuk mengubah nasib hidupnya.
Adalah Marinem, wanita 54 tahun, bersama sang suami kompak berjuang diawali sebagai kuli di tempat pembuatan kue, setidaknya membuat penghasilannya segitu-gitu saja dan hanya cukup buat makan sehari-hari.
Untuk menambah penghasilan, setiap hari suaminya keliling menjajakan burger harga hemat dengan motor, telah memotivasi Marinem memutar otak bagaimana cara menambah penghasilan untuk kebutuhan keluarga.
Melawan rasa takut sedikit demi sedikit dilawan pasutri tersebut, dengan memberanikan diri membuat varian roti selain burger yang biasa dibuatnya. Tak disangka keberanian pun berbuah manis dari roti-roti manual buatannya cukup digemari masyarakat di sekitar rumahnya.
“Kalau kuli di tempat pembuatan kue sudah lama dan suami berjualan burger keliling. Saya mikir untuk mencoba membuat roti dengan 3 vairan rasa dan alhamdulillah laku, ” ujar Marinem dengan wajah sumringah, Rabu (29/11/23).
Namun saat usaha mulai berkembang, kendala menghampiri karena tidak ada alat untuk mengaduk adonan roti. Sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH), ia pun mendapat pendampingan untuk program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) berupa alat mengaduk atau mixer.
“iya, walau pun belum maksimal bantuan program PENA cukup membantu memproduksi roti-roti yang diproduksi setiap hari setidaknya membantu untuk mengaduk adonan roti, ” ungkap Marinem.
Ia bercerita sebelum mendapatkan bantuan dari Kementerian Sosial melalui program PENA, penghasilannya berkisar Rp 1,2 juta perbulan dari berjualan keliling burger harga hemat ke sekolah-sekolah.
“Kulo seneng soalnya bantuan PENA telah meningkatkan penghasilan dari Rp 1,2 juta menjadi 3,5 juta perbulan dan produksi ditambah jadi 3 varian roti selain burger harga hemat yang lebih dulu dijual,” ucapnya.
Rasa syukur pasutri tersebut dengan pindah rumah ke samping rumah lama, karena rumah lama rusak karena memiliki anak yang memiliki keterbelakangan mental dan sering merusak barang-barang di sekitarnya.
“Mengumpulkan uang dan akhirnya pindah ke samping rumah lama yang lebih bagus, berkat usaha roti yang laris manis dan terus berkembang, ” katanya.
Setelah menerima program PENA selain didampingi pendamping, Marinem dan suami terus melebarkan penjualan roti dan hingga kini sudah 30an warung dan 4 toko yang menerima penitipan roti-roti yang produksinya.
“Ada 30an warung dan 4 toko yang menjadi langganan untuk menitipkan roti-roti buatan saya, juga produksi akan bertambah saat ada pesenan seperti acara pengajian dan acara-acara lainnya, ” kata Marinem.
Marinem sadar bantuan dari pemerintah yang ia terima melalui PKH sudah saatnya diberikan kepada warga lain yang lebih membutuhkan, sehingga ia bertekad bulat untuk segera gradusi melalui PENA mandiri.
“Usaha roti saya terus berkembang pelan-pelan tentu saja melalui bantuan program PENA. Kini saya pun sudah siap untuk digradusi. Terima kasih Bu Risma dan Kementerian Sosial, ” pungkasnya.(Ri)