Antropolog Uncen: Kesadaran Anak-anak Papua untuk Berbangsa dan Bernegara Sudah Sangat Tinggi

Jakarta, Nusantarapos.co.id – Menyikapi gejolak OPM di Papua yang tengah terjadi beberapa waktu lalu, Antropolog Papua dari universitas Cendrawasih “Petrodes Mega mengaku prihatin hal itu kembali terjadi. Dirinya menilai seharusnya menjadi menjadi keseriusan dan perhatian Papeda.

Menurut bung Mega panggilan Petrodes Mega, konflik yang terjadi sebenarnya sudah tuntas artinya dilihat kesadaran anak-anak Papua untuk berbangsa dan bernegara sudah sangat tinggi, bisa dilihat dengan program afirmasi yang di berikan oleh Presiden Jokowi merupakan kesempatan dan peluang bagi anak-anak Papua bisa bekerja di suatu kedinasan bahkan kementrian.

” Saya lahir dari perempuan Papua tepat nya Biak, saya merupakan salah satu pendiri dan inisiator organisasi pemuda Papua Penuh Damai (papeda) yang kita dirikan di Jakarta pada tahun 2017 lalu dengan tujuan menjaga silahturahmi dan persaudaraan teman-teman anak Papua yang berada di perantauan khususnya Jakarta,”terang nya saat di temui di kedai kopi di bilangan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. (21/7).

Lebih lanjut Bung Mega menilai, soal gejolak OPM seperti terjadi nya penembakan, pembunuhan bahkan pembakaran ini sesuatu yang fatal, dan mindset anak muda tentang pentingnya bernegara di tanah Indonesia harus di rubah.

“Kita sama-sama tahu dana Otsus ini kan sangat lah besar, anggaran yang di berikan oleh pemerintah untuk Papua juga sangat besar apalagi sekarang akan ada perhatian khusus untuk Indonesia Timur dan akan ada wacana lembaga khusus Papua, ada badan khusus untuk percepatan dan pengembangan Papua ini kan menurut saya kita harus menyelamatkannya generasi yang esok akan mengisi pembangunan mulai dari umur 17 tahun , kita harus selamatkan mereka,”terangnya.

Selain itu, Bung Mega juga memastikan bahwa anak-anak Papua mampu bersaing dengan yang lain nya, asupan makanan yang masih alami dan sarat akan gizi salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak Papua dapat menerima pendidikan dan pengetahuan dengan baik.

Untuk itu, kata Bung Mega, anak-anak di Papua mestinya di fasilitasi sekolah formal untuk merangsang daya saing . Karena banyak anak muda Papua yang pintar-pintar dan hanya butuh ruang dan kesempatan.

“Maka saran saya untuk menghadapi dinamika konflik di Papua , perjuangan Papua merdeka ini cukup beraneka ragam, berjuang kemerdekaan diri nya bagaimana menjadi orang yang bertanggung jawab, bagaimana kita berfikir tentang nasib orang Papua dan itu berfikir nya masing-masing, jangan ada lagi ada darah dan air mata tumpah di tanah Papua, orang Papua sudah sedikit jangan lagi ada orang Papua yang mati, jangan lagi ada hal-hal yang memancing konflik horizontal antara Nusantara dan Papua, jumlah kami sudah mulai sedikit , banyak cara yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki nasib orang Papua di dalam bingkai NKRI dengan cara kita memantapkan diri, bagaimana memiliki daya saing . Pada prinsipnya bagi saya kemanusiaan adalah kodrat tertinggi dari segala kepentingan apapun,”ujarnya.

Lebih jauh Bung Mega mencontohkan bagaimana anak-anak Papua mencintai Indonesia adalah disaat ada salah satu petinggi Negara kita yang sedang lakukan kunjungan ke Papua naik helikopter ke daerah rawan konflik di Senin pagi , dari atas heli bosa di lihat banyak anak-anak Papua pakai celana pendek merah dan baju putih sedang hormat bendera merah putih tengah melaksanakan upacara bendera dengan kaki telanjang, kemudian pejabat tadi turun helikopter dan sapa anak-anak, pasti anak-anak sapa dengan tutur bahasa Indonesia yang baik.

“Artinya ini ada pendidikan secara spontanitas bahwa mereka mengakui sebagai anak yang cinta Indonesia. Sebetulnya permasalahan di sana sudah tuntas saya pikir bagaimana dinamika di sana tidak berkepanjangan, ada sebuah upaya kongkrit dan betul-betul mencapai target, ada beberapa waktu lalu saya sampaikan kepada teman-teman di Papua perlu adanya edukasi dan pendidikan, kita intervensi mindset agar anak-anak muda tidak lagi terjebak dengan filosofi berada di persimpangan jalan, mereka ini di berikan edukasi agar lebih berfikir bagaimana membangun diri , menjawab apa yang menjadi harapan orang tua dan keluarga, bagaimana menjawab diri sendiri sebagai putra Indonesia tanpa melihat suku, ras dan golongan,”tutupnya.