Penulis: Aktivis Senior Jakarta Sugiyanto
Jakarta, Nusantarapos.co.id – PDIP perlu berpikir secara cerdas dan strategis. Memaksakan dukungan kepada calon yang bukan kader PDIP, seperti Anies Baswedan, kemungkinan justru berpotensi merugikan partai, baik dari segi elektoral maupun citra.
Dalam konteks politik Pilkada Jakarta, pilihan untuk mendukung Anies Baswedan tidak serta-merta menjamin kemenangan bagi PDIP. Fakta menunjukkan bahwa koalisi KIM Plus, yang mengusung Ridwan Kamil dan Suswono sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pilgub Jakarta 2024, memiliki peluang besar untuk mendominasi.
Terlebih lagi, PKS dikenal sebagai partai yang memiliki basis pemilih yang solid dan signifikan di Jakarta, bahkan menjadi pemenang di Provinsi DKI Jakarta pada pemilu Februari 2024. PKS mengusung kadernya, Suswono, untuk mendampingi Ridwan Kamil sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta.
Dengan demikian, PDIP perlu berpikir secara cerdas dan strategis. Memaksakan dukungan kepada calon yang bukan kader PDIP, seperti Anies Baswedan, kemungkinan justru berpotensi merugikan partai, baik dari segi elektoral maupun citra.
Jika PDIP kalah dalam Pilkada Jakarta setelah mendukung calon yang bukan dari kadernya sendiri, maka kekalahan tersebut akan terasa lebih menyakitkan. Hal ini karena pilihan tersebut tidak mencerminkan identitas dan prinsip partai.
Lebih baik bagi PDIP untuk maju dalam Pilkada Jakarta dengan mengusung kader sendiri, dengan keyakinan bahwa menang atau kalah adalah bagian dari perjuangan yang bermartabat.
Slogan seperti “PDIP tidak takut kalah karena mengusung kader PDIP sendiri daripada salah memilih orang yang bukan kader PDIP” sepertinya penting menjadi pegangan.
Kemenangan yang dicapai dengan kader partai sendiri akan memberikan legitimasi yang kuat bagi PDIP. Dan hal lainya, kekalahan yang diterima dengan kepala tegak karena setia pada prinsip akan lebih terhormat daripada kalah karena mendukung calon yang bukan kader.
Selain itu, PDIP juga harus mempertimbangkan bahwa Pilkada Jakarta bukan hanya tentang memenangkan kursi gubernur. Ada hal prinsip yakni, tentang menjaga integritas dan identitas partai di mata para pendukung dan konstituen.
Lebih baik kalah terhormat dengan mengusung kader PDIP sendiri daripada kalah dengan mengusung orang yang bukan kader PDIP.
Prinsip ini akan menjaga soliditas partai dan menunjukkan bahwa PDIP adalah partai yang berpegang teguh pada prinsip dan loyalitas kepada kadernya sendiri.
Dengan demikian, sepertinya PDIP harus menegaskan sikapnya dan mengusung kader sendiri dalam Pilkada Jakarta. Dasar alasannya karena pilihan ini tidak hanya memperjuangkan kemenangan, tetapi juga menjaga kehormatan dan martabat partai di tengah persaingan politik yang semakin ketat.