Di Musim Penghujan, Hati-Hati RSV Mengancam Kita

Virus RSV

PACITAN,NUSANTARAPOS,- Respiratory syncytial virus (RSV) adalah virus pernapasan yang tersebar luas dan dapat menular melalui inhalasi atau kontak dengan sekresi pernapasan dari mereka yang terinfeksi. Biasanya virus ini menunjukkan gejala-gejala termasuk hidung tersumbat, batuk, mengi, dan demam ringan.

Gejala penyakit ini mirip dengan infeksi pernapasan lain seperti flu biasa, termasuk batuk, pilek, dan demam. Proses diagnosisnya membutuhkan tes khusus yang sering kali mahal, memakan waktu, dan tidak mudah diakses secara luas.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, dr. Daru Mustiko Aji, Senin (23/12/24) melalui pesan WhatsApp Massangernya mengatakan, “Infeksi virus RSV akan menimbulkan gejala mirip pilek atau flu, antara lain hidung berair, batuk, bersin, napas mengi, demam, nafsu makan berkurang, dan tubuh lemas. Gejala infeksi RSV biasanya muncul setelah 4–6 hari sejak pasien terpapar virus.”

Bahkan di saat musim penghujan seperti ini, penyebaran virus RSV ini sangat rentan apalagi terhadap usia anak-anak yang masih memiliki kekebalan rendah. Namun, menurut dokter Daru ada kasus infeksi RSV ringan, dimana jika perawatan di rumah dapat membantu mempercepat pemulihan penyakit ini. “Infeksi virus RSV akan hilang dengan sendirinya setelah 1–2 minggu,” terangnya.

Sementara itu, untuk prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam 3 tahun di Asia Tenggara mencapai 15,2 juta kasus dan di Indonesia, prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam tiga tahun bisa mencapai 6,1 juta kasus.

Dirinya juga menguraikan bahwa bagi kelompok rentan, penyakit infeksi saluran pernapasan ini dapat memicu komplikasi serius, termasuk bronkiolitis, asma, dan infeksi telinga tengah. “Dengan pengobatan infeksi yang ringan dapat dilakukan di rumah, tetapi kasus parah mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit,” pungkasnya.

Dilain sisi, dr. Fariz Nurwidya, SpP(K), PhD meyampaikan “Kami mencatat peningkatan tingkat positif kejadian RSV di antara subjek yang diuji pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Temuan ini menunjukkan beban infeksi RSV yang signifikan, yang menggambarkan “fenomena gunung es,” di mana jumlah kasus terdeteksi hanya sebagian kecil dari keseluruhan kasus yang sebenarnya terjadi di populasi.”

Penulis: JOKO