PACITAN,NUSANTARAPOS,- Pengawasan siswa di Sekolah Dasar tentunya bagi seorang pendidik harus memiliki ekstra ketat karena anak usia tersebut selalu punya rasa ingin tahu dalam segala hal. Para pendidik atau guru harus mampu mendidik murid dengan sebaik-baiknya agar memiliki moral yang baik.
Namun sungguh disayangkan, beberapa waktu lalu sekira tanggal 22 Januari 2025 di ruang sekolah kelas 4B SD Alam yang terletak di Plelen, Kelurahan Sidoarjo, Kabupaten Pacitan terjadi dugaan pembullyingan antara siswa dengan siswa.
Menurut keluarga Korban, AR (Nama samara) menceritakan kejadian tersebut kepada wartawan, Senin (10/2/25), bahwa anaknya berinisial MM (10 Th) diduga telah menjadi korban bullying oleh temannya sendiri. Rok yang dipakainya diplorotin oleh temannya berinisial NY di depan teman-teman dan juga diketahui oleh guru kelasnya.
Melihat korban yang akhir-akhir ini nampak murung di rumah dan tidak mau sekolah tentu saja menjadikan orang tuanya AR merasa janggal atas kelakuan anaknya yang tidak seperti biasanya. Ia pun akhirnya menanyakan apa yang terjadi pada anaknya tersebut dan menceritakan bahwa dirinya telah dibullying oleh teman sekelasnya di hadapan teman-teman sekelas dan gurunya.
“Rabu Pulang sekolah anak saya telephone terus nangis-nangis saya Tanya ada apa katanya dapat bullying dari temannya, dia celananya diplorotin. Akhirnya hari Kamis karena memang awalnya kejadian itu minta pindah sekolah gak mau sekolah lagi,” kata AR kepada wartawan.
Melihat anaknya yang tidak mau sekolah dan ingin pindah sekolah ini, ibu MM pun akhirnya mendatangi sekolahan anaknya untuk menemui Kepala Sekolah. Namun sayangnya saat itu kepala sekolah menurut ibu korban tidak berada di sekolah. Merasa belum ada titik temu yang diinginkannya, ibu korban ini pun pulang ke rumah.
Selang beberapa hari, guru kelas bersama dengan pelaku mendatangi ke rumah korban untuk minta maaf. Namun ini sungguh disayangkan oleh ibu korban karena pelaku dipertemukan kepada korban yang masih mengalami trauma.
“Kalau untuk guru memang hari Jumat kalau gak salah satu minggu yang lalu datang ke rumah. Tapi sayangnya membawa pelaku ke rumah. Itu jelas dari kami pun tidak menyetujui hal itu karena anak saya sebagai korban tidak mungkin dipertemukan dengan pelakunya karena mental. Karena memang dari anak saya belum mau ketemu lagi, bukan karena takut tapi karena malu,” terangnya.
Merasa menemui jalan yang masih buntu, orang tua korban akhirnya memberanikan diri untuk melaporkan kejadian tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, dimana ibu korban diterima dengan baik oleh pihak Dinas Pendidikan dan pihak Dinas akan berupaya untuk membantu menyelesaikan permasalah yang telah terjadi di sekolah tersebut hingga selesai.
Semenatar itu, Pengamat Pendidikan Doni A Koesoema menjelaskan bahwa kejadian tersebut diduga ada semacam kelalaian dari guru untuk segera menanggapi peristiwa buli di dalam kelas.