Negeri Kahyangan: Surga Tersembunyi di Balik Anugerah TMMD 123

Anggota Satgas TMMD ke-123 Kodim Magelang Bersama Warga Saling Gotong Royong

Oleh: Letkol Inf Jarot Susanto, S.H., M.Si.

Dansatgas TMMD Kodim 0705/Magelang

Negeri Kahyangan, nama yang seolah menggambarkan keindahan yang tak tersentuh waktu. Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, berdiri megah di kaki Gunung Merbabu, menyimpan lanskap alam yang mempesona. Bukit-bukit hijau menghampar luas, udara sejuk berembus lembut, dan langit biru seakan menaungi setiap jengkal tanahnya. Sebuah tempat di mana alam dan kehidupan berpadu dalam harmoni yang menenangkan.

Tak hanya dianugerahi pemandangan bak lukisan alam, Wonolelo juga kaya akan sumber daya. Tanahnya yang subur melahirkan hasil pertanian yang melimpah seperti kol, brokoli, hingga cabai tumbuh dengan subur di ladang-ladang yang terbentang. Bertani bukan sekadar mata pencaharian bagi penduduknya, melainkan warisan turun-temurun yang terus dijaga. Di balik tangan-tangan yang mengolah tanah, tersimpan harapan akan kesejahteraan dan keberlanjutan.

Namun, meski alamnya menjanjikan, kehidupan di Negeri Kahyangan tak sepenuhnya mudah. Aksesibilitas yang terbatas dan infrastruktur yang masih perlu dibenahi menjadi tantangan yang harus dihadapi masyarakat setiap hari. Jalan yang terjal dan medan yang sulit kerap menghambat mobilitas, sementara sarana umum belum sepenuhnya memadai.

Di sinilah TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler Ke-123 Kodim Magelang hadir sebagai jawaban atas harapan warga. Melalui kerja sama dan semangat gotong royong, program ini menjadi titik awal perubahan, membuka jalan bagi Wonolelo untuk berkembang lebih jauh. Dengan semangat yang menyala, Negeri Kahyangan siap menatap masa depan yang lebih cerah.

 

Fajar di Negeri Kahyangan: Menjelang Pembukaan TMMD Ke-123

Pagi masih muda ketika saya melangkah keluar, menghirup udara segar di Taman Wisata Tol Kahyangan. Kabut tipis masih bergelayut di perbukitan, membingkai pemandangan Desa Wonolelo yang terhampar di kejauhan. Dari kejauhan, siluet Gunung Merbabu berdiri kokoh, seakan menjadi saksi bisu dari langkah yang akan kami tempuh hari ini.

Pembukaan TMMD ke-123 di Tol Kahyangan Desa Wonolelo

Hari pembukaan TMMD Reguler Ke-123 Kodim 0705/Magelang akhirnya tiba. Beberapa prajurit sudah berkumpul, sibuk memastikan segala persiapan berjalan lancar. Saya melangkah perlahan, memperhatikan wajah-wajah mereka ada semangat, tekad, dan ada kebanggaan yang tak bisa disembunyikan. Kami semua tahu, ini bukan sekadar program. Ini adalah wujud pengabdian.

Di kejauhan, saya melihat beberapa warga mulai berdatangan, sebagian besar petani dan pedagang yang pagi ini meninggalkan rutinitas mereka untuk menyaksikan upacara pembukaan. Saya membayangkan harapan yang mereka gantungkan pada program ini. Jalan yang lebih layak, akses yang lebih mudah, peluang yang lebih besar bukan hanya sekadar pembangunan fisik, tetapi kehidupan yang lebih baik.

Saya menarik napas panjang. Sebentar lagi, kami akan berdiri bersama di bawah langit Negeri Kahyangan, membuka lembaran baru bagi Wonolelo. Dalam hati, saya berjanji TMMD kali ini bukan hanya tentang membangun desa, tapi juga membangun masa depan.

 

Upacara Pembukaan: Menandai Awal Perubahan

Langit Wonolelo masih diselimuti kabut tipis ketika ratusan orang berkumpul di lapangan desa. Udara pagi terasa menusuk, tetapi semangat di antara kami jauh lebih hangat. Upacara pembukaan TMMD Reguler Ke-123 digelar dengan khidmat, dihadiri oleh warga, pejabat daerah, dan para prajurit yang siap mengabdikan diri dalam program ini.

Saya berdiri tegak di barisan depan, memperhatikan setiap detail jalannya acara. Dalam sambutannya, Pj Bupati Magelang, Sepyo Achanto, menegaskan bahwa program TMMD tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga membangun kebersamaan dan harapan. Kata-kata itu terasa begitu nyata bagi warga yang selama ini berjuang dengan keterbatasan akses jalan.

Pembangunan sarana transportasi, baik pengerjaan cor blok maupun talud, akan membawa dampak besar, terutama bagi petani dan pelajar. Para petani akan lebih mudah mengangkut hasil kebunnya, sementara anak-anak sekolah tidak perlu lagi berjalan melewati jalur yang sulit setiap hari.

Di tengah upacara, Miftakhatun Irtiyah (9), siswi SDN Wonolelo, tampak bersemangat. Baginya, hari ini bukan sekadar acara formal, tetapi juga momen spesial.

“Saya sangat senang, apalagi dapat makan dan snack gratis,” katanya polos, matanya berbinar penuh kegembiraan.

Semarak perayaan semakin terasa dengan hadirnya kesenian tradisional Soreng Warga Bersatu (SWB), yang dipimpin oleh Subarno (54) dari Dusun Wonodadi. Tarian khas daerah itu menjadi ikon kebanggaan masyarakat Wonolelo. Para penari bergerak lincah, berpadu dengan ritme musik yang menghentak, membawa suasana penuh energi meskipun udara dingin masih menyelimuti.

Barjo (47), salah satu pimpinan SWB Dusun Wonodadi, mengungkapkan rasa bangganya bisa tampil dalam acara ini.

“Meskipun cuaca dingin, dengan semangat yang penuh energik, para penari kami tidak merasakan dinginnya daratan Gunung Merbabu,” katanya.

Saya memperhatikan warga yang tersenyum di antara barisan penonton. Kebersamaan inilah yang menjadi inti dari TMMD. Bukan hanya tentang bangunan yang berdiri kokoh, tetapi juga tentang ikatan yang semakin erat antara TNI dan masyarakat.

Upacara pembukaan ini adalah awal dari perjalanan panjang dengan penuh semangat dan harapan.

 

TMMD 123: Membuka Jalan Menuju Perubahan

Pembangunan Cor Blok pada Program TMMD ke-123 Kodim Magelang

Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) hadir sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat. Melalui TMMD 123, berbagai proyek pembangunan dilakukan, termasuk:

  1. Pembangunan jalan corblok sepanjang 1.600 meter dengan lebar 2,5–3 meter di Dusun Denokan, Bentrokan, dan Malang, lengkap dengan talud di beberapa titik untuk mencegah longsor.
  2. Peningkatan akses infrastruktur lainnya, seperti jembatan dan sarana air bersih, untuk menunjang kehidupan warga.
  3. Program sosial dan edukasi, seperti penyuluhan kesehatan dan pelatihan keterampilan, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Jalan yang dibangun dalam TMMD bukan hanya jalur biasa. Ia adalah nadi kehidupan warga.

  • Jalur evakuasi utama: Desa Wonolelo berbatasan langsung dengan Pempeng, Kabupaten Boyolali. Dalam kondisi darurat atau bencana alam, jalan ini menjadi satu-satunya akses keluar bagi warga.
  • Jalur pendidikan: Banyak anak-anak desa yang harus berjalan jauh menuju sekolah. Dengan jalan yang lebih baik, perjalanan mereka akan lebih mudah dan aman.
  • Jalur ekonomi: Petani kini dapat mendistribusikan hasil pertanian lebih cepat dan dengan biaya lebih rendah. Ini berarti penghasilan mereka bisa meningkat, ekonomi desa pun berkembang.

 

Membangun Akses: Jalan yang Menghubungkan Waktu dan Harapan

Bergotongroyong antara Anggota Satgas TMMD Kodim Mageang bersama Warga Wonolelo

Jalan di Dusun Denokan dan Bentrokan bukan sekadar hamparan tanah yang menghubungkan satu titik ke titik lain. Ia adalah urat nadi desa, jalur yang menghidupkan langkah dan menggiring harapan. Setiap pagi, anak-anak menapakinya dengan semangat menuju sekolah, petani melintasinya dengan pikulan hasil panen di bahu, dan kendaraan melaju perlahan membawa cerita dari ladang ke pasar. Namun, selama ini, jalan lebih sering menjadi sekat daripada penghubung, lebih banyak menghambat daripada memudahkan.

Melalui TMMD Reguler Ke-123, jalan corblok sepanjang 1.600 meter dengan lebar 2,5–3 meter mulai dibangun. Tak hanya di sini, pembangunan serupa juga berlangsung di Dusun Malang, lengkap dengan talud di beberapa titik untuk mencegah longsor. Bukan sekadar memperpendek jarak, jalan ini akan menjadi denyut kehidupan baru, membuka akses pendidikan, ekonomi, dan lebih dari itu memberikan rasa aman bagi warga.

Alasan pemilihan lokasi ini tak bisa dipisahkan dari letaknya yang terisolasi. Jalan ini berbatasan langsung dengan Pempeng, Kabupaten Boyolali, sekaligus menjadi satu-satunya jalur evakuasi saat bencana datang. Di sinilah semuanya berpangkal tempat roda perekonomian berputar, tempat anak-anak menjejakkan mimpi pertama mereka, dan tempat harapan dirajut dari tanah yang selama ini sunyi.

Namun, seperti membangun harapan, membangun jalan ini pun bukan perkara mudah. Medan terjal dan akses distribusi material yang terbatas menjadi tantangan tersendiri. Material tak bisa diantar langsung ke lokasi. Harus dibagi dalam tiga tahap pertama dengan truk ke titik awal, lalu dipindahkan ke L300, dan terakhir dipanggul oleh prajurit dan warga, satu per satu, melewati jalur yang menanjak. Semen, pasir, batu-batu besar semuanya harus digotong dengan tangan dan tekad.

“Gotong royong adalah kekuatan utama,” ujar  Mulyadi (37) warga Desa Wonolelo yang bahunya sudah terbiasa memikul berat beban, bukan hanya dari material, tetapi juga dari kehidupan.

Setiap hari, sekitar 150 personel TNI dan 100 warga bahu-membahu sejak pukul 08.00 WIB hingga sore hari. Meski Ramadan menuntut mereka berpuasa, semangat tak sedikit pun surut. Bahkan, atas permintaan warga, pekerjaan dilanjutkan hingga malam hari. Namun, dingin yang menggigit dengan suhu mencapai 18°C menghadirkan ujian lain menyentuh kulit, merasuk ke tulang.

Di antara suara molen yang terus berputar dan cangkul yang membelah tanah, ada semangat yang tak terlihat, tetapi nyata seperti akar yang bekerja dalam diam, menguatkan tanah tempat kehidupan bertumbuh.

Hujan menjadi lawan yang tak terduga. Turunnya tiba-tiba, menghambat waktu, merintangi langkah. Namun, bagi mereka yang sudah terbiasa dengan kerasnya hidup, ini hanya rintangan kecil. Bahkan jika harus melawan cuaca, mereka akan tetap melangkah.

Saya percaya, jalan ini bukan hanya tentang batu dan semen, tetapi tentang masa depan yang lebih dekat, harapan yang lebih nyata. Ketika nanti proyek ini selesai, saya ingin melihat anak-anak melangkah lebih ringan menuju sekolah, petani tersenyum saat mengangkut hasil panennya, dan desa ini tak lagi merasa terisolasi.

TMMD bukan sekadar membangun jalan. Ia membangun koneksi antara desa dan kota, antara masa lalu dan masa depan, antara harapan dan kenyataan.

 

Membangun Harapan di Negeri Kahyangan

Perempuan Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan Tak Kalah Ikut Ambil Bagian dalam Bekerja Bantu Anggota Satgas TMMD ke-123

Pagi di Negeri Kahyangan selalu menawarkan ketenangan. Hembusan angin dari lereng Merbabu membawa aroma tanah yang basah, menyusuri rumah-rumah yang berdiri di sepanjang desa. Beberapa di antaranya terlihat kokoh, tetapi tak sedikit yang tampak lapuk oleh waktu. Dinding kayu yang mulai rapuh, atap yang berlubang, dan lantai tanah yang lembap menjadi saksi bisu perjuangan penghuninya.

Hari ini, ada yang berbeda. Di 15 rumah di berbagai dusun, suara palu bertemu kayu mulai terdengar. Debu beterbangan, tumpukan bahan bangunan memenuhi halaman. Rumah-rumah yang dulu reyot itu akan berubah, berdiri lebih kuat untuk menaungi kehidupan di dalamnya.

Melalui Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dalam TMMD Ke-123 Kodim 0705/Magelang, TNI hadir untuk memberikan harapan. Lima belas keluarga di Desa Wonolelo menjadi penerima manfaat program ini:

Menurut Kapten Kav Sriyanto, Pasiter Kodim 0705/Magelang, pemilihan penerima bantuan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.

“Kami turun langsung ke lapangan, dari rumah ke rumah. Data dari desa menjadi acuan, tetapi kami tetap memastikan dengan melihat kondisi secara nyata. Bantuan ini harus benar-benar sampai kepada mereka yang paling membutuhkan,” tegasnya.

 

Di antara deretan nama itu, Mulyadi dari Dusun Malang menjadi salah satu yang paling terkejut ketika namanya diumumkan sebagai penerima bantuan.

“Saya tidak pernah membayangkan rumah ini akan diperbaiki. Atap yang bocor, lantai yang dingin, semua ini sudah saya terima bertahun-tahun. Sekarang, rasanya seperti mimpi,” katanya, matanya berkaca-kaca.

Di sudut desa, di antara deru mesin dan keringat yang jatuh, ada harapan yang sedang dibangun. Satu demi satu, rumah-rumah di Negeri Kahyangan berdiri lebih kokoh, membawa masa depan yang lebih baik bagi mereka yang tinggal di dalamnya.

 

Pipanisasi: Mengalirkan Kehidupan ke Windu Sajan

Air bersih bukan sekadar kebutuhan dasar di Dusun Windu Sajan, air adalah nyawa. Pipanisasi sepanjang 1.700 meter ini akan mengalirkan air ke 220 kepala keluarga, mengubah keseharian mereka yang selama ini bergantung pada sumber air yang terbatas.

Saya berdiri di tepi jalur yang tengah digali, melihat prajurit dan warga bekerja bahu-membahu. Keringat mengalir, tetapi tak ada keluhan. Ada semangat di sana sebuah gotong royong yang menjadi inti dari TMMD.

“Air ini bukan hanya untuk minum,” kata Mulyadi yang membantu pemasangan pipa. “Ini untuk sawah kami, ternak kami, untuk masa depan anak-anak kami,” imbuhnya.

Saya tahu, pembangunan ini lebih dari sekadar infrastruktur. Ini adalah harapan. Setiap pipa yang tersambung adalah langkah kecil menuju kehidupan yang lebih baik.

“Kita pastikan air ini benar-benar mengalir sampai ke rumah warga,” ujar saya kepada tim. Mereka mengangguk, paham betul bahwa tugas kami bukan hanya membangun, tetapi memastikan manfaatnya benar-benar dirasakan.

Dalam TMMD, yang terbangun bukan hanya fisik, tetapi juga hubungan antara TNI dan rakyat, antara harapan dan kenyataan. Hari ini, di Windu Sajan, air mulai mengalir. Dan bersama air itu, kehidupan pun kembali mengalir.

 

TMMD 123: Membawa air untuk masa depan

Selain membangun jalan penghubung antardusun, TMMD kali ini juga berfokus pada penyediaan air bersih bagi masyarakat. Dua sumur bor sedang kami bangun satu di Dusun Surodadi, satu lagi di Dusun Wonodadi.

Di lokasi pengeboran, proses pengerjaan berjalan lancar. Sumur bor di Dusun Surodadi telah mencapai kedalaman 80 meter. Begitu selesai, airnya akan mengaliri 250 kepala keluarga dan menopang pertanian seluas 40 hektare. Sementara di Dusun Wonodadi, sumur dengan kedalaman yang sama akan mengairi 350 kepala keluarga dan mencakup lahan pertanian seluas 50 hektare.

Saya berbicara dengan beberapa warga yang selama ini harus berjalan jauh hanya untuk mendapatkan air bersih. “Saat kemarau, kami harus menempuh tiga kilometer ke Sungai Pabelan, Pak,” kata seorang bapak, suaranya mencerminkan kelelahan yang sudah terlalu akrab.

Saya memahami betul bahwa air bukan sekadar kebutuhan, tetapi sumber kehidupan. Sumur ini bukan hanya untuk konsumsi sehari-hari, tetapi juga mendukung pertanian dan bahkan objek wisata Negeri Kahyangan. Saya melihat harapan di mata mereka. Setelah sumur ini berfungsi, mereka tidak perlu lagi bergantung pada curah hujan atau berjalan jauh untuk mendapatkan air.

 

Komandan Korem 072/Pamungkas, Brigjen TNI Bambang Sujarwo, menekankan bahwa TMMD adalah bentuk kepedulian TNI dalam membantu pemerintah daerah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dan saya percaya, dengan adanya sumur bor ini, langkah awal menuju perubahan yang lebih baik sudah dimulai.

 

Membangun Kesadaran Masyarakat melalui Program Non-Fisik

Dalam setiap program pembangunan, aspek non-fisik menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Di Kabupaten Magelang, berbagai penyuluhan dan pelatihan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat di berbagai bidang, mulai dari kesehatan, keamanan, hingga ekonomi.

 

  1. Bidang Kesehatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang memberikan penyuluhan pencegahan stunting dan sumber gizi yang baik bagi ibu hamil dan anak-anak. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta gerakan masyarakat hidup sehat. Untuk mendukung upaya ini, Kodim 0705/Magelang menyalurkan 100 paket bantuan stunting bagi keluarga yang membutuhkan.

 

 

  1. Bidang Keamanan dan Hukum

Polresta Magelang memberikan penyuluhan tentang ketertiban masyarakat dan bahaya narkoba, serta materi tentang disiplin dan tertib hukum. Sementara itu, Kesbangpolinmas Kabupaten Magelang turut menyampaikan materi mengenai wawasan kebangsaan, dan Kodim 0705/Magelang memberikan pembekalan bela negara bagi warga.

 

  1. Bidang Sosial dan Media

Dinas Sosial Kabupaten Magelang mengadakan penyuluhan tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) guna meningkatkan kesadaran terhadap perlindungan keluarga. Di sisi lain, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Magelang memberikan edukasi mengenai penggunaan media sosial agar masyarakat lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi digital.

 

  1. Bidang Ekonomi dan Pertanian

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Magelang berperan dalam pembinaan UMKM, sedangkan Dinas Pertanian Kabupaten Magelang memberikan sosialisasi pertanian kepada para petani. Selain itu, Kodim 0705/Magelang mendampingi petani dalam sosialisasi harga gabah ≥ Rp. 6.500 serta kerja sama dengan Bulog.

Dalam upaya inklusivitas, Serda Mugiyantho memberikan pelatihan pertanian, peternakan, dan perkebunan bagi penyandang disabilitas, membuka peluang ekonomi yang lebih luas bagi mereka.

Program-program ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk tidak hanya membangun fisik wilayah, tetapi juga membangun kesadaran dan kemandirian masyarakat. Dengan edukasi yang tepat, diharapkan warga Kabupaten Magelang dapat lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.

 

Negeri Kahyangan: Surga Tersembunyi di Balik Anugerah TMMD 123

Indonesia adalah kanvas raksasa yang dipenuhi warna-warni keindahan alam, dan di antara sapuan hijaunya, Negeri Kahyangan di Desa Wonolelo hadir bak lukisan yang hidup. Kabut yang turun di pagi hari membalut pegunungan seperti selendang tipis, menyembunyikan keindahannya sejenak sebelum mentari perlahan menguaknya.

Berkat Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Kodim Magelang, desa ini semakin dikenal. Seperti seorang petani yang menanam benih di tanah subur, TMMD menumbuhkan harapan baru di Negeri Kahyangan. Infrastruktur yang dahulu terjalin kusut seperti benang yang hampir putus, kini mulai terajut rapi, menghubungkan mimpi-mimpi yang sempat tertahan.

Disaat tim Wasev, Mayjen Amrin Ibrahim S.I.P., M.Si. mengunjungi lokasi TMMD di beberapa dusun, beliau memberikan apresiasi kepada kami. Selain TMMD ini untuk membangun desa, juga untuk selalu mempererat sinergi antara TNI dengan rakyat. “Kami dari Mabes AD mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bupati, Pak Gubernur, Pak Kapolres, dan seluruh masyarakat yang telah membantu dan memberi bantuan dalam pelaksanaan TMMD ini,” terangnya.

Sementara untuk ketahanan pangan, seperti yang diperintahkan oleh Presiden RI, Amrin Ibrahim juga memberikan apresiasi karena sudah dilakukan oleh Kodim 0705 Magelang dengan baik, sehingga dapat sebagai penyangga kebutuhan pangan.

 

Transformasi Melalui TMMD 123

TMMD bukan sekadar membangun jalan atau mendirikan jembatan. Ia adalah jembatan itu sendiri yang menghubungkan keterbatasan dengan kemungkinan, mengantarkan desa ini menuju masa depan yang lebih terang. Di Wonolelo, jalan desa yang dulu menyerupai urat-urat tanah yang terjal, kini telah diperhalus, memudahkan roda kehidupan berputar lebih lancar.

Tak hanya infrastruktur yang menjadi perhatian. Air bersih, yang selama ini seperti harta karun tersembunyi, kini mengalir lebih dekat ke rumah-rumah warga. Pendidikan dan kesehatan pun mendapat sentuhan baru, seakan desa ini tengah dipahat ulang agar lebih kokoh menghadapi masa depan.

 

Pesona Alam Negeri Kahyangan

Jika alam adalah seorang penyair, maka Negeri Kahyangan adalah bait-bait puisi yang ia tuliskan dengan cahaya matahari dan desiran angin. Sawah-sawahnya terhampar laksana permadani hijau, dan hutan pinusnya berdiri tegak seperti prajurit yang menjaga desa dari hiruk-pikuk dunia luar.

Air terjun di sudut desa jatuh dengan gemulai, seolah-olah bumi sedang berbisik kepada langit. Setiap sudutnya menawarkan harmoni tempat di mana ketenangan bisa ditemukan dalam embusan angin dan suara gemerisik dedaunan.

Budaya dan Tradisi yang Mengakar

Namun, bukan hanya alam yang membuat Negeri Kahyangan begitu memikat. Di dalamnya, budaya dan tradisi mengalir seperti darah yang menjaga desa ini tetap hidup. Sedekah bumi bukan sekadar ritual, melainkan nyanyian syukur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Kuliner khas desa ini juga tak kalah menggoda. Setiap suapan adalah kisah tentang tangan-tangan yang terampil mengolah hasil bumi, tentang sejarah yang tersimpan dalam bumbu dan rasa. Berbicara dengan warga, mendengar kisah mereka, seakan membaca lembaran buku yang ditulis dengan ketulusan dan perjuangan.

 

Negeri yang Kini Berpendar

Warga Desa Wonolelo Menikmati Jalan Barunya

TMMD ke-123 di Desa Wonolelo kini selesai sudah. Masyarakat Desa Wonoelo kini menyisakan kenangan terindah di saat bersama dengan anggota satgas TMMD yang telah bersama selama 30 hari. Linangan air mata haru mereka mengiringi kepergian para satgas TMMD kembali menuju tugas suci mulia.

Sekarang, Desa Wonolelo seperti fajar yang selalu datang setelah malam. Perubahan pun tiba di Negeri Kahyangan berkat TMMD 123. Desa ini yang dulu tersembunyi di balik kabut keterbatasan, kini mulai bersinar, menunjukkan pesonanya pada dunia.

Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) IV Diponegoro, Mayjen TNI Deddy Suryadi, S.I.P., M.Si melalui Danrem  Danrem 072/Pamungkas, Brigjen TNI Bambang Sujarwo mengatakan bahwa TMMD merupakan salah satu wujud nyata untuk membantu percepatan pembangunan di wilayah terutama di desa tertinggal, terdepan dan terluar dengan cara gotong royong. “Pelaksanaan TMMD ini tak lepas dari TNI AD yang kerjasama dengan masyarakat, pemerintah, kepolisian dan juga organisasi masyarakat lainnya. Dengan demikian, pelaksanaan TMMD dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga dengan hasil pembangunan dapat digunakan sebaik-baiknya oleh masyarakat,” terangnya.

Dengan adanya TMMD di sini, harapan bukan lagi sekadar bayangan yang mengendap di balik bukit. Ia telah menjadi nyata, tumbuh bersama setiap langkah yang melintasi jalan baru, bersama air yang mengalir ke rumah-rumah, dan bersama tawa anak-anak yang kini bisa berlari tanpa takut jatuh di jalanan berbatu.

Negeri Kahyangan adalah bukti bahwa ketika tangan-tangan peduli bergerak bersama, sebuah desa bisa berubah menjadi surga bukan hanya bagi para penghuninya, tetapi juga bagi siapa saja yang beruntung menjejakkan kaki di sana.