Jakarta, NusantaraPos – Keberadaan agama baik insan dan nilainya di gelanggang politik, diharapkan membawa dampak positif bukan malah desktruktif. Salah satunya sama-sama berkomitmen untuk memerangi korupsi. Pernyataan ini disampaikan intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Misrawi kala diskusi Opapaci Forum bertopik ‘Inspirasi Nilai Agama dalam Politik’ di Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (21/3).
“Santri dalam politik itu menjauhi korupsi. Kita harus membuktikan punya integritas dalam membangun negeri ini,” ujar Zuhairi.
Elemen yang membawa nilai agama seperti santri, kata Zuhairi, ketika terjun ke politik diharapkan memberikan warna tersendiri. Terutama teguh memegang ajaran-ajaran kebaikan agama. Hal ini pula yang diusahakan dipraktikan Zuhairi saat memutuskan menjadi kader PDI-Perjuangan, dan maju sebagai calon anggota legislatif.
“Saya ingin politik ini adalah jihad. Jihadnya saya dalam politik itu ya memerangi korupsi. Mohon maaf kalau ada santri yang ditangkap KPK. Santri itu harus hidup sederhana, kita harus jadi warna politik hidup sederhana, tidak korupsi,” tuturnya.
Agama pun diharapkan menjadi perekat hubungan persaudaraan, baik sesama umat beragama, maupun sesama anak bangsa. Terutama yang sesuai dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Peran agama di dalam politik itu membangun persaudaraan. Negara tidak akan maju kalau kita terpecah-belah hanya karena perbedaan poltik. Agama juga harus membebaskan warga kecil, mengangkat martabat orang kecil, lemah, tidak mampu. Karena dengan begitu sama saja membebaskan kita dari radikalisme, ekstrimisme,” jelas Direktur Moderate Muslim Society.
Di tempat sama, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, mengatakan agama bisa berperan banyak dalam membuat kehidupan bernegara menjadi lebih baik. Seperti yang dilakukan Muhammadiyah, dengan menyampaikan gagasan konstruktif baik melalui partai politik maupun pemerintah.
“Seperti menyampaikan gagasan-gagasan agar negara lebih baik. Contoh kita diundang DPR untuk memberikan masukan,” ucapnya.
Muhammadiyah juga kerap melakukan lobi terhadap aturan atau kebijakan yang dianggap merugikan kepentingan masyarakat banyak. Jika dua cara tersebut dipandang tak efektif, kata Mu’ti, elemen keagamaan seperti Muhammadiyah bisa melakukan political pressure atau memberikan tekanan politik, salah satu caranya dengan berdemonstrasi.
“Kita harus menempatkan agama sebagainya kekuatan spritual bangsa Indonesia. Agama sebagai nilai di ruang publik dalam frame (bingkai) Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Saya kira ajaran semua agama sama, tidak boleh korupsi, menindas. Nilai-nilai universal ini yang kita dorong,” tandas Mu’ti. (RK)