Jakarta, NusantaraPos – Pabrik yang berdebu dan beratapkan asbes maupun rumah, ternyata dapat memicu orang yang berada di lingkungan tersebut beresiko terkena kanker paru-paru.
Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI – RSUP Persahabatan Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) mengatakan,” Asbes itu menyebabkan penyakit kanker paru-paru kalau dilihat dari partikel debu, seratnya itu terhirup kemudian masuk ke paru paru menyebabkan parunya menjadi hidrosis atau kaku-kaku,” ujarnya saat diwawancarai Nusantarapos.co.id pada acara Seminar Sehari tentang Kewaspadaan dan Deteksi Kanker Paru pada Layanan Primer di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Minggu (16/12/2018).
Lanjutnya, asbes dapat menyebabkan dua jenis kanker, yaitu kanker paru dan kanker pada selaput paru.
Akan tetapi, kanker paru ini baru dapat terdeteksi pada orang yang mengidap partikel debu asbes selama bertahun-tahun. “Biasanya kalau menyebabkan kanker paru bisa 20-30 tahun rata-rata,” ungkapnya.
Maka dari itu, pemeriksaan dini perlu dilakukan bagi orang yang bekerja di lingkungan yang terdapat asbes. “Orang-orang yang beresiko seperti ini mesti mulai sadar, walaupun dia tidak ada gejala, pemeriksaan berkala terhadap dirinya. Misalnya setahun sekali harus check up, walaupun di daerah nggak ada dokter paru, bisa medical check up dengan foto toraks,” paparnya.
Lebih berbahaya lagi, tak hanya asbes, jika seseorang itu juga merokok, maka resiko menderita kanker paru semakin besar. “Bukan hanya asbes, resikonya kalau ditambah rokok itu 8 kali lipatnya dibanding kena rokok saja atau asbes saja,” tandas dr. Agus.
Kanker paru merupakan kanker dengan angka kematian tertinggi di dunia di antara seluruh kanker. Satu dari lima kematian seluruh kanker disebabkan oleh kanker paru. Sekitar 1,7 juta orang meninggal setiap tahunnya karena kanker paru. Kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak dengan insiden tertnggi pada Iaki-Iaki di Indonesia.
Di dunia, Jumlah kematian kanker paru Iebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kematian akibat kanker payudara, kanker kolorektal, kanker prostat bahkan masih tinggi bila digabungkan. Dari seluruh jumlah kanker paru di Indonesia, 11.2% adalah perempuan.
Di RSUP Persahabatan sebagai Pusat Ruiukan Respirasi Nasional, termasuk pusat rujukan kanker paru, angka kunjungan pasien kanker dan meningkat hampir 10 kali lipat dibandingkan dengan 15 tahun yang lalu.
Upaya deteksi dini kanker paru wajib dilakukan pada pasien dengan usia menengah (di atas 35 tahun), perokok aktif atau pasif atau memiliki risiko tinggi (paparan bahan kimia, polusi, riwayat kanker pada keluarga, riwayat penyakit fibrosis paru, bekas TB). Selain itu, juga memiliki gejala respirasi (batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, pembengkakan di dada, suara serak, dan berat badan turun) yang tidak kunjung sembuh dengan pengobatan biasa. (RIE)